Aku berasal dari keluarga yang retak.
Papa dan Mamaku bercerai dan hidup terpisah. Tapi aku tak peduli kalau ada yang
tau retaknya keluargaku, ya biar saja tak ada yang kututup – tutupi. Suatu hari
Cika membuat keheboan di kelasku, anak
biang gosip itu berbicara tentang Melati. Katkini ia sudah tau mengapa Melati tak mau bercerita tentang
keluarganya, ternyata adik Melati kurang waras
“betul deh! Kemarin sore aku melihat
Melati ke Rumah Sakit. Ia, adik dan mamanya sedang masuk ke ruangan Dokter
jiwa” tutur Cika. Teman – teman lain
langsung menghampiri.
“ oo…pantas ia tak
mau kita main kerumahnya
“ Pasti ia takut kalau ada orang yang tau ia keturunan gila”
Cuma aq yang tak mau ikut campur, tak lama kulihat Melati
dating, teman – temanku pada komentar
“Awas jangan dekat – dekat nanti kamu ketularan gila”.
Tadinya Melati tidak peduli, namun
komentar – komentar itu seperti mengeroyok dirinya. Melati akhirnya menangis, lalu pergi dari Sekolah.
“Melati,
tunggu…!” teriaknya, berusaha mengejarnya. Namun Melati sudah keburu naik
taksi. Aku hanya bias terdiam. Esoknya, Melati tidak masuk Sekolah. Teman-teman
heboh, lalu empat hari berturut-turut Melati tidak masuk.
“Nah lo !
kalau Melati ngadu ke Kepala Sekolah, kamu bias dikeluarkan, Cik !” teman-teman
mulai menakut-takuti Cika, Cika
ketakuatan. Apalagi setelah genap seminggu Melati tidak masuk “Cyn, tolonglah
aku. Aku benar-benar merasa bersalah. Tolong beri tahu dimana rumah Melati.
Atau nomor teleponnya. Aku mau minta maaf….”, rengek Cika suatu hari.
“Aku tidak tahu.”
“Cyn, Melati kan denganmu. Masuk kamu tidak tahu,”.
“Aku ini tidak usil seperti kamu. Melati itu tidak suka di tanya-tanya soal pribadinya. Jadi ya, aku
tidak pernah Tanya. Itu namanya menjaga privary orang. Jelas “, omelku seperti
Ibu. Cika akhirnya pulang dengan putus
asa. Esoknya aku betul-betul terkejut. Kulihat situkang gossip sedang meminta
nasihat Bu Wali Kelas. Tampak Bu Wali menasihati Cika. Kemudian menyodorkan
sepucuk kertas kecil. Kulihat mata Cika langsung berbinar-binar senang. Lalu
dengan tergesa ia menghampiriku.
“Sudah
kudapat alamatnya dari Bu Guru. Temani aku kerumahnya, Cyn !” mintanya.
Aku tak
mungkin menolaknya. Pertama, aku ingin menolong Cika Kedua, aku memang sudah
kangen pada Melati, Siang itu juga
sepulang sekolah, kami kerumah Melati. Rumahnya bagus dan mewah Sayang kata
pembantunya, Melati sedang keluar
bersama mamanya kami pun menungu diteras.
Tak lama, terdengar bunyi kleakson
mobil. Pembantu Melati bergegas membukakan pintu gerbang. Mobil berbelok masuk
ke halaman rumah. Melati pun keluar
dari Mobil, ia amat terkejut melihat Cika dan Aku.
“ Untuk apa kau kemari, Cik ! kau belum
puas menghinaku ?”
“maafkan aku Melati. Aku merasa bersalah sekali, “bisik Cika pasrah Melati tidak menanggapinya, Ia menoleh
padaku, dan suaranya berubah ramah, “Dari mana kau tahu alamatku, Cyn ?”
“Bukan aku. Tapi Cika yang menanyakan alamatmu pada Bu Guru, Melati kaget sesaat. Kemudian ia berusaha bersikap tenang. “Cyn,
sebetulnya aku sudah berkali-kali menelepon kerumahmu, tapi tidak ada yang
mengangkat. Prenah sekali diangkat, suara si penerimanya kurang jelas, seperti
orang bisu. Jangan-jangan salah sambung ?”, cerita Melati.
“Oh, itu pasti adikku. Dia memang bisu,
maafkan dia kalau tidak bias menerima teleponmu dengan baik, “sahutku ringan.
“Oh, maaf, aku jadi nyesal.
“Itu sudah biasa kok buat adikku.
Makanya aku suka kasihan sama dia.”
Melati
terdiam lam. Kemudian tanyanya
terbata-bata
“Kamu tidak malu punya adik begitu ?”
“Sama sekali tidak. Ia sudah banyak
menderita karena kurang sempurna. Sudah seharusnya aku menyayanginya, “jawabku.
“Cyn, kenapa aku tidak bias bersikap
seperti kamu. Aku sering menyesal karena punya adik yang tidak sempurna, “kata Melati lalu tiba tiba ia berbicara
keras kepa Cika.
“Tapi Cika, adikku bukan gila seperti
yang kamu kira, IQ-nya sedikit dibawah normal karena panas tinggi yang sering
dideritanya.”
Wajah Cika beranjak marah. “Maafkan aku
,Melati”
Kayaknya Melati sudah terbiasa menerima permintaan maaf Cika tak lam, kami
bertiga sudah ngobrol dengan seru.
“Melati,
kenapa seminggu ini kamu menghilang ?”, tanyaku
“Aku mau cari sekolah baru. Tapi disana
ternyata tidak ada Tukang Gosip seperti Cika.
Ya…..terpaksa deh dibatalkan, canda
Melati
“Uuh…. Awas ya Kamu !” Lisa pura-pura
marah.
Tiba-tiba terdengar suara mama Melati yang mengundang kami makan. Wah,
perut kami langsung berbunyi. Tanda harus seera di isi.
Cepat-cepat
kami beranjak ke ruang makan. Untuk makan siang. Setelah siap makan siang,
mereka menyadari bahwa kedua adiknya memerlukan uluran tangan dan kasih saying
dari mereka sampai akhirnya, Cika,
Cyn dan Melati pun berdamai dan kemudian bersahabat.
No comments:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.