Sunday, March 3, 2013

Pengertian Cerita Anak

Pengertian Cerita Anak
Karakteristik cerita anak tidak berbeda halnya dengan hakikat sastra pada umumnya. Menurut Nurgiyantoro (2005:218) pada hakikatnya sastra adalah citra kehidupan, gambaran kehidupan. Selanjutnya menurut pendapat Lukens (2003:8) “Cerita anak adalah cerita yang menceritakan tentang gambar-gambar dan binatang-binatang maupun manusia dengan lingkungan”.

Dalam cerita anak tergambar peristiwa kehidupan karakter tokoh dalam menjalani kehidupan sebagaimana diungkapkan dalam alur cerita. Dengan demikian cerita anak adalah subjek yang menjadi fokus perhatian, dan hal itu tercermin secara konkret dalam cerita. Menurut Nurgiyantoro (2005:35) “Cerita anak adalah cerita yang di mana anak merupakan subjek yang menjadi fokus perhatian. Tokoh cerita anak boleh siapa saja, namun mesti ada anak-anaknya, dan tokoh anak itu tidak hanya menjadi pusat perhatian, tetapi juga pusat pengisahan”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cerita anak adalah cerita yang mengantarkan dan berangkat dari kaca mata anak.

Unsur-Unsur Cerita Anak
Cerita fiksi anak terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur cerita yang secara langsung berada di dalam dan menjadi bagian, dan ikut membentuk eksitensi cerita seperti tokoh, latar, dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah jati diri pengarang yang mempunyai ideologi, pandangan hidup bangsanya, kondisi kehidupan sosial-budaya masyarakat yang dijadikan latar cerita. Adapun yang dipaparkan pada pembahasan ini adalah unsur-unsur intrinsik yaitu :

Tokoh
Dalam cerita fiksi anak, tokoh merupakan unsur yang menarik perhatian dan mengesankan. Nurgiyantoro (2005:222) mengemukakan bahwa tokoh cerita menjadi fokus perhatian baik pelukisan fisik maupun karakter.

Tokoh cerita yang dimaksud sebagai pelaku yang dikisahkan dalam cerita fiksi lewat alur. Dalam cerita anak, tokoh tidak harus manusia, tapi dapat juga berupa binatang atau objek lain yang biasanya dalam bentuk personafikasi manusia. Tokoh-tokoh cerita yang menjadi hero pasti akan diidolakan anak-anak, misalnya tokoh film “Bawang Putih dan Bawang Merah”, “Harry Potter”, juga tokoh komik “kapten Tsubasa”, “Crayon Sincan”, dan lain-lain.

Nurgiyantoro (2005:165) mengemukakan, “Bahwa tokoh cerita dapat dipahami sebagai seseorang yang ditampilkan dalam teks cerita naratif yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu sebagaimana diekspresikan lewat kata-kata dan wujud dalam tindakan”.

Alur Cerita
Dalam kaitannya dalam teks suatu cerita, alur berhubungan dengan berbagai hal seperti peristiwa, konflik yang terjadi, dan akhirnya mencapai klimaks serta bagaimana kisah itu diselesaikan. Menurut Sudjiman (1987:29), Alur (plot) adalah peristiwa yang diurutkan sehingga membangun tulang punggung cerita. Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh dan segala sesuatu digerakkan, dikisahkan sehingga suatu rangkaian cerita yang padu dan menarik. Selain itu alur juga mengatur berbagai peristiwa dan tokoh itu tampil dalam urutan yang enak, menarik tetapi juga terjaga kelogisannya dalam kelancaran ceritanya.

Sumardjo dan Saini (1991:139) mengatakan bahwa :
“Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungkan dengan sebab akibat. Artinya, peristiwa pertama menyebabkan terjadinya peristiwa kedua, peristiwa kedua menyebabkan terjadinya peristiwa ketiga, dan demikian selanjutnya, hingga pada dasarnya terakhir ditentukan terjadinya oleh peristiwa pertama”.

Kasim (1994:151) mengatakan bahwa :
Alur cerita adalah jalinan atau rangkaian peristiwa yang dikisahkan dalam karya satra untuk mencapai efek tertentu. Rangkaian peristiawa ini di sana terjalain secara seksama dari pengenalan peristiwa, rumitnya suasana, klimaks dan penyelesaiannya peristiwa. Alur cerita merupakan rangkaian berbagai peristiwa yang terjadi secara sambung menyambung dan akhirnya menjadi sebuah certa yang menarik.

Selanjutnya menurut Sudjiman (1987:29), alur (plot) adalah peristiwa yang diurutkan sehingga membangun tulang punggung cerita. Alur cerita dapat menghadirkan tokoh sehingga mampu tampil sebagai sosok pribadi yang menarik dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tokoh cerita tidak akan hadir dan berkembang tanpa alur cerita yang menggerakkannya, dan sebaliknya alur pun tidak dapat dikembangkan tanpa tokoh yang menjadi fokus pengembangannya. Singkatnya, ada hubungan erat antara tokoh dan alur cerita. Alur cerita tidak lain adalah cerita tentang tokoh, riwayat hidup, dan lain - lain yang terkait dengan tokoh.

Latar
Latar/setting dapat dipahami sebagai tumpuan berlangsungnya berbagai peristiwa dan kisah dalam cerita fiksi tidak dapat terjadi begitu saja tanpa kejelasan. Apalagi untuk cerita fiksi anak yang dalam hal banyak memerlukan rincian konkret yang lebih menjelaskan apa dan bagaimana berbagai peristiwa yang dikisahkan.

Latar menunjukkan tempat, yaitu lokasi di mana cerita itu terjadi, waktu, kapan cerita itu terjadi, dan lingkungan sosial budaya, keadaan masyarakat tempat tokoh dan peristiwa terjadi.

Latar terdiri atas tiga unsur, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar lingkungan sosial budaya. Latar tempat menunjukkan tempat di mana cerita yang dikisahkan itu terjadi. Dalam cerita anak, deskripsi tentang latar tempat cukup penting untuk membantu anak memahami dan mengembangkan imajinasi. Lewat deskripsi latar, pembaca akan memperoleh pengetahuan dan persepsi baru, dan itu merupakan suatu bentuk pengalaman batin yang berharga.

Tema
Secara sederhana tema dapat dipahami sebagai gagasan yang mengikat cerita. Menurut Nurgiyantoro (2005:260) “Tema merupakan dasar pengembangan cerita”. Sedangkan menurut Keraf (1984:107), “Tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Sebagai suatu gagasan yang ingin disampaikan tema dijabarkan dan dikonkretkan melalui unsur-unsur intrinsik yang lain seperti tokoh, alur, dan latar. Pemahaman terhadap tema suatu cerita adalah pemahaman terhadap makna itu sendiri. Tema merupakan gagasan utama.”

Tema lazimnya berkaitan dengan berbagai masalah kehidupan manusia, karena sastra berbicara tentang Tuhannya, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungannya. Tema apa yang akan diangkat ke dalam suatu cerita fiksi tergantung pada kemampuan penulis, tetapi yang paling banyak ditemukan adalah tema yang berkaitan dengan interaksi antar sesama.

Moral
Moral dapat dipahami sebagai sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Moral berkaitan dengan masalah baik dan buruk. Untuk cerita anak istilah moral dapat dipahami secara lebih konkret sebagai mengajarkan. Kehadiran moral dalam cerita fiksi dapat dipandang sebagai semacam saran terhadap perilaku moral tertentu yang bersifat praktis, tetapi bukan resep atau petunjuk bertingkah laku. Ia dikatakan praktis karena ajaran moral itu disampaikan lewat sikap dan perilaku konkret sebagaimana ditampilkan oleh para pelaku cerita. Dengan demikian, kehadiran dalam unsur moral dalam suatu cerita fiksi, apalagi fiksi anak, tentulah merupakan sesuatu yang mesti ada.

Sudut Pandang
Nurgiyantoro (2005:284) mengemukakan “Sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana penampilan tokoh, tindakan, dan peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah teks fiksi kepada pembaca”. Jadi sudut pandang pada hakikatnya adalah suatu cara, strategi atau siasat yang sengaja dipilih pengarang untuk mengungkapkan cerita dan gagasannya. Secara lebih konkret dan spesifik sudut pandang adalah ‘siapa yang melihat’, ‘siapa yang berbicara’, atau ‘dari kacamata siapa sesuatu itu dibicarakan’.

Style
Bahasa yang dipergunakan dalam teks-teks sastra dapat dipandang sebagai representasi suatu stile yaitu stile penulisannya. Stile itu sendiri harus dapat dipahami oleh pembaca, di dalam cerita itu pengarang juga ingin mempengaruhi pembaca (anak) untuk memberikan sikap sebagaimana yang diberikan secara implisit dalam cerita.

Apresiasi Cerita Anak
Apresiasi adalah pengalaman secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru (Alwi, 2001:53). Apresiasi adalah penilaian baik, penghargaan. Mengapresiasi adalah memberi penilaian terhadap sesuatu atau sesuatu itu lebih baik adanya atau sering dikatakan pemberian penghargaan kepada sesuatu.

Kegiatan mengapresiasi pada dasarnya adalah kegiatan individual yang bersifat subjektif, maksudnya setiap individu mempunyai kemungkinan pemahaman, penghayatan yang berbeda sesuai dengan nilai, kesungguhan, kejujuran, kepekaan, emosional serta pengetahuan dan pengalaman kehidupan masing-masing. Menurut Nurgiyantoro (2005:35) “Cerita anak adalah cerita di mana anak adalah subjek yang menjadi fokus perhatian. Tokoh cerita anak boleh siapa saja, namun mesti ada anak-anaknya, dan tokoh anak itu tidak hanya menjadi pusat perhatian, tetapi juga pusat pengisahan”. Cerita anak adalah cerita yang mengantarkan dan berangkat dari kacamata anak. Cerita anak terutama ditujukan kepada pembaca anak walau dalam praktiknya orang dewasa juga banyak yang membacanya.

“Apresiasi cerita anak adalah suatu kegiatan untuk memperoleh pelajaran yang berharga sebagai pengalaman kehidupan anak sesuai dengan dunianya untuk mengembangkan fantasinya” (Nurgiyantoro, 2005:219).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa apresiasi cerita anak adalah suatu penilaian, pemahaman, penikmatan, dan penghargaan terhadap cerita anak.
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com