Saturday, May 25, 2013

Pengertian Harga Pokok Produksi

Pengertian Harga Pokok Produksi 
Harga pokok produksi berfungsi sebagai dasar dalam menentukan harga jual. Untuk menetapkan harga jual, penting bagi perusahaan untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang akan dijual. Biaya tersebut sering disebut sebagai harga pokok produksi. 

Terdapat beberapa pengertian harga pokok produksi yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu: 

Garrison dan Norren yang diterjemahkan oleh Budisantoso (2000) menyatakan “Harga pokok produksi merupakan biaya manufaktur yang berkaitan dengan barang- barang yang diselesaikan dalam periode tertentu” (h.61). 

Witjaksono (2006) mendefinisikan ”Harga pokok adalah sejumlah nilai aktiva, tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu memperoleh penghasilan” (h.10). 

Horngren et al. menyatakan, “Harga pokok produksi menunjukkan biaya barang yang sampai diselesaikan, apakah dimulai sebelum atau selama periode akuntansi berjalan” (h.46). 

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa harga pokok produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Harga pokok memiliki fungsi sebagai berikut: 

1. Harga pokok sebagai penetapan harga jual. 
Harga pokok merupakan hal penting yang perlu diketahui oleh perusahaan karena harga pokok dapat memberikan pengaruh terhadap penentuan harga jual produk tertentu. 

2. Harga pokok sebagai dasar penetapan laba. 
Apabila perusahaan telah membuat perhitungan harga pokok maka perusahaan dapat menetapkan laba yang diharapkan yang akan mempengaruhi tingkat harga jual suatu produk tertentu. 

3. Harga pokok sebagai dasar penilaian efisiensi. 
Harga pokok dapat dijadikan dasar untuk mengontrol pemakaian bahan, upah dan biaya produksi tidak langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan harga pokok standar terlebih dahulu dan kemudian membandingkan dengan harga pokok yang aktual atau yang sebenarnya terjadi. Apakah terdapat selisih antara perhitungan kedua harga pokok tersebut, apabila ada selisih negatif berarti proses produksi yang dilaksanakan belum efisien dan perusahaan perlu menngetahui penyebab terjadinya selisih tersebut, sehingga dapat diambil tindakan koreksi untuk memperbaiki  kesalahan tersebut sedangkan bila ada selisih positif maka perlu ditelusuri terlebih lanjut atas selisih tersebut apakah karena perusahaan telah menjalankan proses produksi secara efisien atau perhitungan harga pokok standar yang kurang tepat. 

4. Harga pokok sebagai dasar pengambilan berbagai keputusan manajemen. 
Harga pokok merupakan suatu pedoman penting sekaligus sebagai suatu dasar untuk pengambilan keputusan khusus perusahaan, misalnya: 
  1. Menetapkan perubahan harga penjualan. 
  2. Menetapkan penyesuaian proses produksi. 
  3. Menetapkan strategi persaingan di pasaran luas. d. Merencanakan ekspansi perusahaan. 
  4. Pengambilan keputusan-keputusan khusus manajemen, seperti apakah akan membeli atau membuat sendiri suatu suku cadang, apakah menerima suatu pesanan khusus dengan harga khusus atau tidak. 
Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi 
Menurut beberapa ahli terdapat 3(tiga) unsur-unsur harga pokok produksi. Mengacu pada pendapat Rayburn (1999), unsur-unsur harga pokok produksi terdiri dari: 

1. Bahan Langsung (Direct Material) 
Adalah setiap bahan baku yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari produk jadi. Sebagai contoh, dalam membuat pakaian pria, kain merupakan bahan langsung. 

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost) 
Adalah upah yang diperoleh pekerja yang mengubah bahan dari keadaan mentah menjadi produk jadi. Sebagai contoh, upah yang dibayarkan kepada pekerja pabrik pakaian yang memotong kain dan menjahit hasil potongan tersebut adalah biaya tenaga kerja langsung. 

3. Overhead Pabrik 
Terkadang biaya ini disebut sebagai overhead produksi (manufacturing overhead) atau beban pabrik (factory burden). Overhead pabrik mencakup semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Penekanannya disini adalah pada istilah biaya produksi. Sebagai contoh, upah pengendali persediaan adalah overhead pabrik. Namun, gaji seorang tugas penjualan merupakan beban pemasaran. Contoh-contoh overhead pabrik terdiri dari: 
  1. Bahan tidak langsung (indirect materials), yaitu perlengkapan operasi, reparasi, dan kebersihan yang digunakan dalam pabrik. Bahan tidak langsung bisa juga termasuk jenis-jenis biaya bahan yang kecil dan tidak signifikan di mana biaya bahan itu relatif kecil dibandingkan dengan semua biaya bahan baku lainnya, seperti benang yang digunakan dalam menjahit pakaian. 
  2. Biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labor), yaitu pengawas pabrik dan pekerja terlatih lainnya serta tidak terlatih lainnya, seperti pesuruh, petugas reparasi, dan pengawas yang secara nyata tidak mengerjakan produk dan hasil usaha mereka tidak mudah ditelusuri ke produk jadi. 
  3. Biaya lainnya diluar biaya bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung, seperti, biaya sewa, pajak, asuransi, penyusutan atas fasilitas pabrik dan tenaga listrik yang digunakan dalam fasilitas pabrik. 
Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi 
Menurut Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006), “Ada 2 (dua)  sistem akumulasi biaya, yaitu: 

1. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (job order costing) 
Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah. Suatu pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item dari persediaan. 

Menurut Witjaksono (2006), perhitungan estimasi biaya produksi untuk menentukan harga jual sebagai berikut : 

Estimasi Biaya Tenaga Kerja xxx Estimasi Biaya Bahan Baku xxx Estimasi biaya overhead xxx Total Estimasi Biaya Produksi xxx  ditambah Margin Laba yang Diharapkan xxx 

Harga Jual yang Dibebankan pada Pemesan xxx 
Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (process costing). 
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah departemen, tetapi bisa juga pusat pemrosesan dalam satu departemen.Persyaratan utama adalah semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya selama suatu periode harus sama dalam hal sumber daya yang dikonsumsi, bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat mendistorsi biaya produk”. 

Blocher, Chen dan Lin yang diterjemahkan oleh Ambrriani (2001) mencatat, “Perbedaan antara sistem biaya pesanan (job costing) dan sistem biaya proses (process costing) sebagai berikut: 

Sistem Biaya Pesanan (job Costing): 
a. Biaya diakumulasikan berdasarkan biaya. 
b. Produk dan jasa berbeda-beda. 
c. Biaya per unit dihitung dengan cara membagi biaya pesanan total dengan unit produk atau jasa yang diproduksi. Perhitungan biaya per unit dilakukan pada saat pesanan telah selesai. 

Sistem Biaya Proses (Process Costing): 
  • Biaya diakumulasikan berdasarkan proses atau departemen. 
  • Produk atau jasa homogen dan diproduksi secara massal. 
  • Biaya per unit dihitung dengan cara membagi biaya proses total dalam suatu periode dengan unit produk atau jasa yang dihasilkan. Perhitungan biaya per unit dilakukan pada setiap akhir periode” (h.585).
Share :

1 komentar:

  1. kalo blh tau ini referensi bukunya (nama bukunya) apa? :)

    ReplyDelete

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com