PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perilaku menyimpang tumbuh di kalangan
masyarakat akibat kurang seimbangnya masalah ekonomi, terutama terhadap para
remaja Indonesia yang sering menggunakan minum-minuman keras dan obat-obatan
terlarang. Mungkin mereka kurang perhatian dari orang tua mereka atau mungkin
juga karena ajakan para pemakai atau teman-temannya. Penyalahgunaan narkoba
terhadap para pelajar SMA dan SMP berawal dari penawaran dari pengedar narkoba.
Mula-mula mereka diberi beberapa kali dan setelah mereka merasa ketergantungan
terhadap narkoba itu, maka pengedar mulai menjualnya. Setelah mereka saling
membeli narkoba, mereka disuruh pengedar untuk mengajak teman-temannya yang
lain untuk mencoba obat-obatan terlarang tersebut.
Narkoba pertama kali dibuat oleh orang Inggris dan pertama kali
disebarkan ke daerah daratan Asia mulai dari China, Hongkong, Jepang sampai ke
Indonesia. Narkoba yang paling banyak dikirim ke daerah Asia adalah heroin dan
morfin. Di Indonesia juga sudah mulai ada yang memproduksi narkoba jenis ganja,
pil lexotan dan pil Extaci
Narkoba biasanya
dikonsumsi oleh anak-anak orang kaya, yang kurang perhatian dari orang tuanya.
Biasanya mereka mengkonsumsi jenis pil lexotan dan Extaci karena proses
pembelian dan penggunaannya lebih mudah dan praktis. Pada mulanya mereka minum
minuman beralkohol di diskotik atau ber, tetapi lama kelamaan mereka mulai
memakai narkoba.
BAB II
PENGERTIAN MIRAS & NARKOBA
Miras (minuman
keras) adalah minuman yang mengandung alkohol dan dapat menimbulkan ketagihan,
bisa berbahaya bagi pemakainya karena dapat mempengaruhi pikiran, suasana hati
dan perilaku, serta menyebabkan kerusakan fungsi-fungsi organ tubuh. Efek yang
ditimbulkan adalah memberikan rangsangan, menenangkan, menghilangkan rasa
sakit, membius, serta membuat gembira.
Narkoba
adalah singkatan dari narkotika , psikotropika dan zat
adiktif lain yang jika di minum, hisap, hirup, ditelan atau disuntikan sangat
berguna untuk kepentingan dunia kedokteran sebagai pengobatan dan pelayanan
kesehatan, namun sering kali menimbulkan ketergantungan.
BAB III
DATA-DATA FAKTA MENGENAI MIRAS & NARKOBA
REMAJA paling rentan narkoba dan
miras,ini menurut penelitian kami:
·
Pengguna
narkoba dan miras terbesar ada di kelompok usia 15-24 tahun (BNN,
2004). Menurut penelitian Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB, 2002),
kelompok usia terbesar anak bereksperimen narkoba dan miras pertama kalinya
adalah 12-17 tahun.
2004). Menurut penelitian Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB, 2002),
kelompok usia terbesar anak bereksperimen narkoba dan miras pertama kalinya
adalah 12-17 tahun.
·
Dari
wawancara kualitatif yang dilakukan terhadap 672 pecandu yang dirawat
di panti rehabilitasi di Jawa menyatakan bahwa usia 13-15 tahun adalah masa yang paling kritis bagi mereka untuk memulai memakai narkoba dan miras
(YCAB, 2001).
di panti rehabilitasi di Jawa menyatakan bahwa usia 13-15 tahun adalah masa yang paling kritis bagi mereka untuk memulai memakai narkoba dan miras
(YCAB, 2001).
·
Dari
3,6 juta pecandu di Indonesia (hampir sekitar 1-1,5% penduduk), ada rata-
rata 15 ribu orang meninggal akibat narkoba dan miras setiap tahunnya (BNN,
2005). Sebagian besar yang meninggal adalah kaum muda di bawah 30 tahun.
rata 15 ribu orang meninggal akibat narkoba dan miras setiap tahunnya (BNN,
2005). Sebagian besar yang meninggal adalah kaum muda di bawah 30 tahun.
BAB IV
FAKTOR PENYEBAB MIRAS & NARKOBA
Beberapa faktor diantaraanya adalah:
♦Untuk memenuhi keinginan akan
sesuatu hal yang baru, seru, dan berisiko.
♦Untuk menstimulasi rasa tertentu
(termasuk memuaskan rasa penasaran, ingin
merasakan sesuatu yang mengubah kesadaran, dan lain-lain).
merasakan sesuatu yang mengubah kesadaran, dan lain-lain).
♦Untuk mengatasi atau melupakan
masalah atau perasaan
BAB V
AKIBAT PENYALAHGUNAAN NARKOBA &
MIRAS
Akibatnya
antara lain:
·
malas
makan, sehingga fisik lemah dan kekurangan gizi.
·
hidup
jorok, sehingga terkena eksim, penyakit kelamin,
lebih lanjut paru-paru, hepatitis.
·
sering
sakit kepala, mual-mual, muntah, murus-murus, sulit tidur.
·
gangguan
otot jantung dan tekanan darah tinggi.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang Penggunaan Narkoba & Miras
B. Pada
awalnya orang-orang yang mengkonsumsi narkoba dan miras biasanya ketika masih
sekolah SMP, di SMP mereka mulai mencoba minum-minuman keras yang ditawari oleh
teman-temannya yang ada di SMA. Ketika mereka sudah masuk SMA mereka mulai
mencoba mengkonsumsi pil lexotan yang dosisnya ringan, kemudian mereka mencoba
obat-obatan yang dosisnya tinggi. Orang-orang mengkonsumsi narkoba itu
bertujuan untuk menenangkan diri dari masalah yang dihadapi olehnya. Misalnya
anak yang selalu dimarahi oleh orang tuanya dan kurang perhatian (kasih sayang)
dari kedua orang tuanya pasti merasa kesal dan marah maka, untuk menghilangkan
rasa kesal dan marahnya mereka minum-minuman keras bahkan ada yang langsung
memakai narkoba. Apabila ditambah dengan pergaulan yang bebas, yaitu pergaulan
yang tanpa aturan, sekehendak sendiri dan tidak mau diatur sangat dominan dalam
proses penyalahgunaan narkoba ini.
C. Pengertian
Narkoba & Miras
Miras (minuman keras) adalah minuman yang mengandung alkohol dan
dapat menimbulkan ketagihan, bisa berbahaya bagi pemakainya karena dapat
mempengaruhi pikiran, suasana hati dan perilaku, serta menyebabkan kerusakan
fungsi-fungsi organ tubuh. Efek yang ditimbulkan adalah memberikan rangsangan,
menenangkan, menghilangkan rasa sakit, membius, serta membuat gembira.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika , psikotropika dan zat adiktif lai yang
jika di minum, hisap, hirup, ditelan atau disuntikan sangat berguna untuk
kepentingan dunia kedokteran sebagai pengobatan dan pelayanan kesehatan, namun
sering kali menimbulkan ketergantungan. Efek-efek tersebut antara lain: menyebabkan lumpuh atau
matirasa (narkotika); mengurangi rasa sakit, mengendorkan syaraf, menenangkan
dan membuat tidur (depresan); merangsang syaraf pusat agar energi atau
aktivitas meningkat (stimulansia); dan merubah pikiran atau perasaan agar
terasakan hal yang luar biasa (halusinogen). Ketagihan Narkoba akan menyebabkan
penurunan kekebalan, keracunan darah dan dapat pula menyebabkan kematian.
D. DATA-DATA FAKTA MENGENAI MIRAS & NARKOBA
REMAJA
paling rentan narkoba. Ini buktinya:
- Pengguna narkoba terbesar ada di kelompok usia 15-24
tahun (BNN, 2004). Menurut penelitian Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB,
2002), kelompok usia terbesar anak bereksperimen narkoba pertama kalinya
adalah 12-17 tahun.
- Dari wawancara kualitatif yang dilakukan terhadap 672
pecandu yang dirawat di panti rehabilitasi di Jawa menyatakan bahwa usia
13-15 tahun adalah masa yang paling kritis bagi mereka untuk memulai
memakai narkoba (YCAB, 2001).
- Dari 3,6 juta pecandu di Indonesia (hampir sekitar
1-1,5% penduduk), ada rata-rata 15 ribu orang meninggal akibat narkoba
setiap tahunnya (BNN, 2005). Sebagian besar yang meninggal adalah kaum
muda di bawah 30 tahun.
Padahal, masa remaja, kata orang, adalah masa terindah.
Seharusnya demikian bagi remaja dari golongan mampu karena tidak perlu stres
memikirkan pekerjaan lain selain belajar dan pertemanan. Tapi kenyataannya,
bagi remaja itu sendiri, sekolah pun terkadang menjadi hal yang tidak
menyenangkan, malah sering kali terpaksa dilakukan. Ketidakstabilan emosi
membawa depresi tersendiri bagi remaja. Apalagi, ketidaksinkronan persepsi dan
harapan antara remaja dan orang tua yang mulai memuncak di masa ini sering
mendatangkan sejumlah masalah dan ketegangan dalam keluarga. Siapa memetik
keuntungan dari itu semua? Bandar.
Masa transisi berisiko tinggi
Dari tahun ke tahun, data cukup
konsisten menunjukkan bahwa kaum remaja adalah kelompok pangsa pasar terbesar
bandar narkoba. Dominasi pelanggan remaja menjanjikan bandar pasar yang cukup
atraktif; menjanjikan pasar baru setiap hari karena proses pemasaran ala member-get-member di kalangan teman
sebaya. Bagi pelanggan yang sudah kecanduan, menjanjikan ‘kesetiaan’
membeli. Bagi yang baru coba-coba, mereka setidaknya berharap diberikan sampel
gratis. Semua itu dimungkinkan berbagai faktor; mulai dari karakteristik
biologis, psikologis, lingkungan sosial, dan budaya yang terjadi di masa
remaja.
Dari sisi biologis, masa pubertas
yang dialami remaja cenderung membawa dampak psikologis (mood, pencarian
jati diri, dan lainlain), di samping dampak fisiologis (perubahan dalam tubuh
dan pertumbuhan organ seksual). Masa transisi yang terjadi di kala anak masuk
ke jenjang SMP juga dipercayai banyak ahli sebagai masa paling kritis dalam
hidup anak. Di jenjang itulah, anak mendapatkan banyak tantangan baru dalam
hidupnya, tuntutan akademik, teman baru dan mungkin lingkungan sekolah baru.
Kedua hal itu dapat menyebabkan
berubahnya karakter dasar dan sikap remaja, dari yang tadinya 'anak manis'
menjadi individu yang berbeda dan tidak dapat diprediksi. Ada yang menjadi
supermandiri seakan tidak perlu pendapat orang lain. Ada yang menjadi sangat
tergantung pada teman. Tentu ada pula yang tumbuh menjadi individu yang mantap
dan dewasa.
Dalam perjalanan hidup anak, di masa
remaja inilah mereka mulai dihadapkan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang
dapat menimbulkan berbagai tekanan. Menurut data konseling nasional di Amerika
Serikat, seperti yang tertulis dalam buklet Parents: The Anti Drug
(2004), remaja mengakui tekanan terbesar yang mereka hadapi sehari-hari adalah
tekanan sosial untuk mencoba rokok, alkohol atau narkoba. Tekanan sosial itu melebihi tekanan
pergaulan atau kekerasan dalam keluarga yang mereka hadapi.
Data di beberapa kota besar di
Indonesia pun menemukan hal yang serupa. Sayangnya, kita belum memiliki survei
nasional dalam konteks ini.
Sumber kerentanan remaja
Transisi
seorang anak menjadi dewasa membawa dinamika tertentu. Di masa transisi itu,
para ahli seperti yang dikutip dalam World Drug Report (UNDCP, 1997)
mencatat empat tujuan dasar remaja untuk mencoba-coba atau menggunakan narkoba,
yakni:
- Untuk memenuhi keinginan akan sesuatu hal yang baru,
seru, dan berisiko.
- Untuk menstimulasi rasa tertentu (termasuk memuaskan
rasa penasaran, ingin merasakan sesuatu yang mengubah kesadaran, dan
lain-lain).
- Untuk memfasilitasi 'kesetiakawanan' atau memberi 'arti
sosial' tertentu ('jagoan', 'kompak', cool, dan lain-lain) dari
sebuah hubungan pertemanan dengan kelompok tertentu. Hal itu dikenal pula
dengan istilah peer pressure atau tekanan sebaya.
- Untuk mengatasi atau melupakan masalah atau perasaan.
Des Jarlais (1997), peneliti yang
dikutip dalam berbagai literatur yang dikeluarkan PBB, menemukan bahwa semakin
muda seorang anak mencoba narkoba, rokok atau minuman keras, akan semakin
tinggi pula kemungkinan ia untuk menjadi pecandu.
'Karier' dalam menggunakan zat adiktif (rokok, miras, dan
narkoba) akan cenderung meningkat dan sangat sulit untuk berhenti. Data pecandu
di 12 kota besar Indonesia (YCAB, 2001) menunjukkan bahwa sebagian besar
pecandu memulai 'karier' mereka dengan merokok di usia antara 9-11 tahun. Bahkan,
sebagian besar pecandu narkoba mengakui mencoba narkoba ketika mereka berusia
di bawah 15 tahun.
Mengambil risiko itu seru!
Menurut
Plant et al (1997), keberanian untuk mengambil risiko di kalangan remaja adalah
hal yang lumrah. Hal itu merupakan salah satu cara seorang remaja untuk menemui
identitas dan kemerdekaan diri serta untuk menjadi mandiri. Mengambil risiko
juga dapat menjadi salah satu cara untuk mendapatkan 'tiket' untuk diterima
kelompok tertentu. Jelaslah
bahwa persepsi remaja tentang risiko dan risiko itu sendiri sebenarnya
merupakan dua hal yang berbeda. Ada remaja yang sering mengambil keputusan
tanpa memperhitungkan dengan baik risiko atau konsekuensinya.
Sebaliknya,
ada remaja yang karena tidak memiliki sense of risk menjadi cenderung
bertindak semaunya karena risiko tidak berarti apa-apa bagi mereka.
Penelitian yang dilakukan Wood pada
1990-an merekam beberapa alasan mengapa remaja cenderung lebih berani mengambil
risiko:
- Cepat bosan dengan hidup sehari-hari.
- Terpengaruh untuk mencari stimulasi ekstrem atau
pengalaman yang berbeda daripada yang lain.
- Tingginya impuls remaja mencari sensasi dan tuntutan
terhadap kepuasan cepat dan sesaat.
Ketiga
alasan itu sebenarnya berhubungan erat dengan reaksi psikologis atas stimulus
yang diterima dari hal-hal berisiko atau ekstrem tersebut. Mereka juga
menyatakan bahwa proses psikologis dalam melakukan olahraga ekstrem yang
memompa adrenalin itu pada dasarnya sama dengan proses psikologis yang terjadi
saat remaja mencoba narkoba. Itulah yang mereka sebut sebagai mendorong diri
sampai 'menembus batas'.
Sebuah
studi psikososiologi yang pernah dilakukan Lyng di awal 1990 secara konsisten
menemukan bahwa banyak remaja melaporkan 'hadiah' yang mereka terima setelah
berhasil 'menembus batas', yaitu mendapatkan rasa aktualisasi diri (self-actualization),
kepercayaan diri (self-determination) dan pengenalan diri (self-realization).
Mengapa sebagian remaja mengaktualisasi diri dalam tatanan norma-norma yang ada
atau dalam batasan kultur setempat, sedangkan sebagian remaja harus
melakukannya di luar norma (deviasi)? Lebih jauh, Wood mengatakan remaja justru
mempertimbangkan kelakuan yang melenceng dari norma karena terbatasnya
pilihan-pilihan atau outlet yang ada dalam kultur tersebut. Terbatasnya
pilihan itu malah memberi rangsangan kepada remaja untuk memilih berkelakuan
menyimpang atau deviasi. Memang hal tersebut seakanakan bertentangan dengan
teori pengambilan keputusan berdasarkan nalar atau rational choices dan
teori detterence. Akan tetapi, hal itu tetap dilakukan remaja karena
reward yang menanti dirasa jauh lebih menarik.
D.
FAKTOR PENYEBAB PENGGUNAAN MIRAS & NARKOBA
v Untuk memenuhi keinginan akan
sesuatu hal yang baru, seru, dan berisiko.
v Untuk menstimulasi rasa tertentu
(termasuk memuaskan rasa penasaran,ingin merasakan sesuatu yang mengubah kesadaran, dan
lain-lain).
v Untuk memfasilitasi 'kesetiakawanan'
atau memberi 'arti sosial' tertentu ('jagoan', 'kompak', cool, dan
lain-lain) dari sebuah hubungan pertemanan dengan kelompok tertentu. Hal itu
dikenal pula dengan istilah peer pressure atau tekanan sebaya.
v Untuk mengatasi atau melupakan
masalah atau perasaan.
E.
AKIBAT
PENYALAHGUNAAN MIRAS & NARKOBA
Apabila kita atau teman kita
menggunakan secara terus menerus selama satu bulan atau lebih maka akan
menjurus pada gejala :
·
malas makan, sehingga fisik lemah dan kekurangan gizi.
·
hidup jorok, sehingga terkena eksim, penyakit kelamin,
·
lebih lanjut paru-paru, hepatitis
·
sering sakit kepala, mual-mual, muntah, murus-murus, sulit
tidur.
·
gangguan otot jantung dan tekanan darah tinggi.
·
gangguan gerak dan keseimbangan tubuh.
·
lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah.
·
hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.
·
gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan.
·
cenderung menyakiti diri, bahkan bunuh diri.
Berikut ini adalah beberapa hal mengenai dampak yang ditimbulkan oleh bahayanya
miras & narkoba :
- Dampak narkoba & miras terhadap fisik
Pemakai narkoba & miras akan mengalami
gangguan-gangguan fisik sebagai berikut:
- Berat badannya akan turun secara drastis.
- Matanya akan terlihat cekung dan merah.
- Mukanya pucat.
- Bibirnya menjadi kehitam-hitaman.
- Tangannya dipenuhi bintik-bintik merah.
- Buang air besar dan kecil kurang lancar.
- Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
- Dampak narkoba & miras terhadap emosiPemakai narkoba & miras akan mengalami perubahan emosi sebagai berikut:
- Sangat sensitif dan mudah bosan.
- Jika ditegur atau dimarahi, pemakai akan
menunjukkan sikap membangkang.
- Emosinya tidak stabil.
- Kehilangan nafsu makan.
- Dampak narkoba & miras terhadap perilakuPemakai narkoba & miras akan menunjukkan perilaku negatif sebagai berikut:
- malas
- sering melupakan tanggung jawab
- jarang mengerjakan tugas-tugas rutinnya
- menunjukan sikap tidak peduli
- menjauh dari keluarga
- mencuri uang di rumah, sekolah, ataupun tempat
pekerjaan
- menggadaikan barang-barang berharga di rumah
- sering menyendiri
- menghabiskan waktu ditempat-tempat sepi dan gelap,
seperti di kamar tidur, kloset, gudang, atau kamar mandi
- takut akan air
- batuk dan pilek berkepanjangan
- bersikap manipulatif
- sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai
macam alasan
- sering menguap
- mengaluarkan keringat berlebihan
- sering mengalami mimpi buruk
- Mengalami nyeri kepala
- Mengalami nyeri/ngilu di sendi-sendi tubuhnya
4. Bagaimana
akibat Miras bagi Kesehatan Reproduksi?
Menggunakan
Narkoba dan Miras dapat berakibat buruk bagi
kelangsungan hidupmu dan keturunanmu, diantaranya: Pola hidup yang jorok dan melupakan norma
susila, sering mengakibatkan
tertular penyakit kelamin (PMS, HIV/AIDS) yang menularkan kepada pasangan, dan
dapat pula secara langsung menular pada bayi yang dikandung atau bayi lahir cacat.
- Kecanduan obat terlarang pada orang tua dapat
mengakibatkan bayi lahir dengan ketergantungan obat sehingga harus
mengalami perawatan intensif yang mahal.
- Kebiasaan menggunakan Narkoba/Miras dapat menurun
pada sifat-sifat anak yang dilahirkan, yaitu menjadi peminum atau pecandu,
atau mengalami gangguan mental/cacat.
- Wanita “pemakai” mempunyai sikap hidup yang malas
dan kekurangan gizi sehingga mengakibatkan bayi dalam kandungan gugur,
berat rendah atau cacat
- Dapat mengakibatkan impotensi atau
keinginan seksual yang berlebihan maupun perilaku seksual yang menyimpang
sehingga mengganggu keharmonisan keluarga.
SOLUSI
Para
remaja hendaknya mewaspadai masalah ini dan saling membantu jika ada salah
seorang temannya yang kecanduan, karena hanya dengan dukungan dari orang
sekeliling maka dia akan dapat disembuhkan. Di samping itu remaja pun secara
sadar maupun tidak dapat terjebak dalam permasalahan narkoba dan miras karena
kecanggihan para bandar. Karena itu bersatulah dan lawanlah secara bersama
penyebaran narkoba dan miras, tentu saja dengan cara-cara yang baik.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.