Saturday, April 5, 2014

PERAN TEKNOLOGI DALAM PEMBANGUNAN

Sifat-sifat Teknologi
Djojohadikusumo (1975) membagi teknologi menurut sifatnya menjadi 3 macam, yaitu :
  1. Teknologi maju, yaitu suatu teknologi yang dipersiapkan untuk menghadapi persoalan yang besar untuk suatu bangsa dalam perkembangan masa depan. Misalnya : teknologi yang menyangkut sumber energi dan mineral, nuklir, dan beberapa aspek pokok dalam bidang teknologi angkasa, laut, dan darat.
  2. Teknologi adaptif, yaitu suatu teknologi yang bersumber pada penelitian dan pengembangan teknologi di negara-negara maju yang disesuaikan dengan pertimbangan-pertimbangan keadaan masyarakat, agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pemecahan masalah-masalah konkrit seperti bidang pangan, permukiman pemeliharaan tanah, dan perkembangan industri. Ukuran-ukuran utama untuk proses adaptasi dalam pengembangan teknologi kita ialah agar cocok, dengan pertimbangan :
a. penyerapan tenaga kerja, 
b. penggunaan bahan dalam negeri,
c. neraca pembayaran luar negeri (penambahan devisa dan/atau penghematan).

Teknologi semacam ini bisa meliputi : pengembangan bibit unggul untuk bahan pangan, bahan perdagangan, dan teknik bangunan maupun teknologi setelah panen. Aspek ini dengan sendirinya mengandung sifat teknologi yang diperlukan untuk pengembangan industri dalam negeri.

3. Teknologi protektif, yaitu teknologi untuk memelihara, melindungi dan mengamankan ekologi dan lingkungan hidup masa depan yang bisa meliputi konservasi, restorasi dan regenerasi sumber daya alam. Unsur pokok teknologi protektif adalah peningkatan kelestarian, memulihkan kesuburan tanah yang tandus, memanfaatkan tanah alang-alang menjadi tanah garapan, dan sebagainya.

Pembagian atau klasifikasi teknologi di atas sangat relevan untuk negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, daripada negara yang sudah maju. Klasifikasi yang umum dalam arti relevan, baik di negara sedang berkembang maupun negara maju adalah klasifikasi teknologi yang berdasarkan tingkat kemajuannya, yaitu : teknologi maju, teknologi madya, dan teknologi rendah. Tapi dari klasifikasi ini tidak memberi batasan-batasan yang bisa menyatakan teknologi ini bisa dikatakan maju, teknologi itu bisa dikatakan madya, atau rendah. Apakah dengan kategori jaman (masa depan, sekarang, dan lampau) yang digunakan sebagai dasar pengklasifikasian teknologi tersebut tidak begitu penting karena yang banyak bersangkut paut dengan pembahasan masalah adalah klasifikasi yang pertama sedangkan yang kedua hanya sekedar pelengkap saja. Akan tetapi keduanya sama-sama memberi gambaran mengenai macam-macam teknologi dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi suatu negara.

Memang tampaknya ada hubungan antara teknologi dengan kekuatan ekonomi suatu negara. Hal ini disebabkan karena teknologi merupakan satu-satunya alternatif yang mampu membangun kekuatan ekonomi, karena dengan sifatnya yang khas dapat menekan biaya produksi dan waktu.

Teknologi dan Kekuatan Ekonomi

1. Negara Maju
Terdapat suatu anggapan yang kuat bahwa perekonomian dunia banyak didominasi oleh negara-negara maju dalam bidang teknologi. Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan Jepang merupakan contoh nyata negara-negara maju dalam bidang teknologi sekaligus merupakan negara yang kuat pengaruhnya terhadap keadaan ekonomi dunia. Suatu tindakan ekonomi spekulatif dari negara-negara tersebut akan menyebabkan kegoncangan ekonomi negara-negara berkembang yang system perekonomiannya terbuka. Indonesia misalnya, sudah seringkali mengalami kegoncangan ekonomi sebagai akibat tindakan kelompok negara ini.

Lalu bagaimana dengan masalah strategi dan kebijakan yang menyangkut alih teknologi? Strategi dan kebijakan alih teknologi dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang telah berlangsung pada masa sesudah Perang Dunia ke II, pada kenyataannya diatur sedemikian rupa sehingga kerja sama tidak akan membahayakan penguasaan keunggulan teknologi oleh negara-negara maju. Hal ini dapat dilihat melalui indikator-indikator yang ada. Biasanya kerja sama yang diadakan oleh negara-negara maju dengan negara berkembang hanya akan menyangkut teknologi madya atau bahkan teknologi-teknologi yang sudah usang. Jika ada kerja sama yang menyangkut teknologi tinggi, biasanya banyak syarat serta batasan-batasan sehingga menyulitkan alih teknologi yang diharapkan oleh negara berkembang dalam kerja sama tersebut.

Alvin Toffler dalam bukunya The Third Wave menganalisis perubahan dan pembaharuan teknologi di dunia. Ia membagi sejarah teknologi menjadi 3 gelombang, yaitu :

Gelombang Pertama (800 BC-1700), atau sebelum adanya revolusi industri, periode ini ditandai dengan adanya penerapan teknologi pertanian. Ciri-ciri masa gelombang pertama adalah penggunaan energi alam, energi ini berupa energi yang tersimpan dalam binatang, hutan, atau langsung dari matahari, angin, dan air.

Gelombang Kedua (1800-1970), yaitu masa revolusi industri yang dimulai dengan penemuan mesin uap yang akhirnya berkembang ke teknologi elektronis tingkat tinggi. Atas dasar teknologi ini, maka industri berkembang dengan pesat seperti industri batu bara, tekstil, kereta api, mobil, kimia, dan lain-lain. Cara produksi masal menjadi ciri pada gelombang II ini. Adapun ciri khas gelombang kedua ini adalah adanya garis pemisah yang jelas antara produsen dan konsumen.

Gelombang Ketiga (1970-2000), ditandai dengan adanya kemajuan teknologi di bidang :
  1. komunikasi dan pengolahan data,
  2. penerbangan dan aplikasi teknologi angkasa luar,
  3. energi alternatif dan energi yang dapat diperbarui,
  4. genetik dan bio-teknologi pada umumnya, dengan mikro elektronik serta computer sebagai teknologi intinya.
Di sini jelas ke mana arah perkembangan teknologi dunia dari negara-negara maju yang dapat dipakai sebagai pertimbangan oleh negara-negara berkembang sebagai dasar untuk merencanakan pembangunan teknologinya. Pada gilirannya, nanti negara-negara berkembang tidak hanya menjadi ajang pemasaran barang-barang negara-negara maju tapi dapat membuatnya sendiri di dalam Negeri setidak-tidaknya untuk keperluan sendiri Jika memungkinkan bisa sebagai komoditas ekspor yang sangat potensial sehingga dapat memacu pembangunan ekonomi di negara berkembang tersebut.

2. Negara Berkembang
Kedengarannya sehat bahwa di banyak negara berkembang masa depan hanya dapat diselamatkan melalui teknologi. Rencana-rencana pembangunan yang menggunakan banyak cakupan, masing-masing dengan strategi tersendiri, sesuai dengan keadaan sumber daya masing-masing Walaupun jalan yang ditempuh memang masih jauh, tetapi sebaiknya harus ditentukan satu kebijakan oleh pemerintah negara-negara berkembang yang pada umumnya peranannya lebih komplek dibandingkan dengan peranan pemerintah di negara maju.

Kebijakan teknologi harus bertujuan menghasilkan keuntungan-keuntungan untuk menunjang kebijakan pembangunan yang pada dasarnya mempertemukan dua aspek, yaitu penggalakan investasi yang memegang pemakaian teknologi baru, dan memaksimalkan penyerapan tenaga kerja. Jadi kunci permasalahan untuk negara berkembang terletak pada bagaimana kebijakan pengadaan teknologi yang pas dengan situasi ketenaga-kerjaan di negara berkembang. Suatu usul pemecahan dalam permasalahan ini adalah menyangkut alih teknologi. Alih teknologi adalah suatu proses pemindahan teknologi yang mencakup bidang teknis maupun non teknis yang tidak dapat diselesaikan sepihak saja. Tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Pengalihan teknologi tanpa diikuti adaptasi dan inovasi yang sesuai dengan kondisi penerima, tidak akan membawa perbaikan-perbaikan malahan dapat mengakibatkan keadaan yang lebih parah. Proses pengalihan teknologi itu dapat berlangsung melalui berbagai saluran, seperti pemerintah, badan-badan internasional, perusahaan-perusahaan, perorangan, dan universitas. Saluran-saluran tersebut sangat diperlukan, karena pada dasarnya antara pemerintahan satu dengan pemerintahan lainnya dibuat persetujuan bantuan teknologi. Biasanya di antara negara maju dengan negara berkembang, atau dapat pula antarnegara berkembang itu sendiri. Bantuan teknologi demikian haruslah berkaitan, dan serasi dengan rencana menyeluruh yang sudah disusun atas dasar kriteria-kriteria yang dijabarkan dari tujuan pembangunan negara penerima teknologi. Pemerintah dapat pula membeli suatu teknologi di pasaran dunia untuk keperluan pembangunannya, walaupun biasanya mahal tetapi lebih cepat diperoleh dan lebih murah daripada jika teknologi tersebut harus diciptakan dan dikembangkan dengan pembiayaan dan penelitian sendiri. Selain itu, pemerintah atau perusahaan nasional, secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat mengadakan suatu hubungan pemindahan teknologi dengan perusahaan luar negeri dalam rangka mendatangkan, dan akhirnya memiliki teknologi yang dimaksud. Pemindahan teknologi seperti itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya turn key project, pembelian hak paten, pengaturan lisensi, pengaturan royalties, dan joint venture.
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com