Friday, November 15, 2013

Jenis-jenis Bahan Berbahaya pada Jajanan Anak

Bahaya Jajanan SembaranganJenis-jenis Bahan Berbahaya pada Jajanan - Berikut ini merupakan zat-zat berbahaya yang dipakai oleh mayoritas para pedagang jajanan yang dibagi dalam beberapa kategori berdasarkan fungsinya : 

Pemanis Buatan 

Bahan ini banyak ditemukan di banyak makanan seperti pada saos, susu, jeli atau agar- agar, sirup, makanan ringan atau snack, permen, es krim, minuman yoghurt, minuman ringan berfermentasi. Pemanis buatan tentunya hanya memberikan efek rasa manis pada makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi sama sekali untuk dikonsumsi. 

• Sakarin 
Bahan ini biasa digunakan pada jenis minuman ringan, selai, permen, dan jajanan pasar lainnya. Berdasarkan penelitian dari National Academy of Science tahun 

1968, konsumsi zat sakarin pada orang dewasa sebanyak 1 gram atau lebih rendah dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, yang tak terkecuali adalah penyakit kanker. 

• Siklamat 
Siklamat adalah salah satu bahan pemanis buatan yang hanya meninggalkan ras amanis, yang berbeda dengan sakarin yang setelah menimbulkan rasa manis meninggalkan rasa pahit. Pemanis ini biasanya digunakan sebagai pemanis makanan kaleng, makanan dan minuman berkalori rendah. Konsumsi pada zat ini dapat merangsang pertumbuhan penyakit tumor. 

• Aspartam 
Aspartam biasa digunakan pada susu berkalori rendah. Tingkat bahaya pada zat ini tidak sebesar pada 2 zat sebelumnya yang telah dipaparkan penjelasan di atas. Namun, penggunaan pada zat ini masih harus dibatasi, karena masih menimbulkan perdebatan bahwa zat ini dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi konsumen. 

Pengawet Buatan 
Menurut penelitian Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan, banyak produk makanan yang menggunakan pengawet buatan seperti berbagai macam mie basah, ikan asin, tahu baik di pasar tradisional maupun di pasar swalayan. 

• Asam Salisilat 
Zat ini biasanya ditemukan pada buah dan sayur yang berfungsi untuk memperpanjang masa pengawetan. Asam salisilat tidak akan pudar sekalipun sayur atau buah telah dicuci, karena telah meresap ke dalam jaringan-jaringan makanan tersebut. Asam salisilat sebenarnya hanya baik digunakan sebagai obat lotion (tubuh bagian luar). Konsumsi pada asam salisilat dapat menimbulkan gangguan lambung, pusing, berkeringat, mual, dan muntah. Efek dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan kekurangan zat besi, kemerahan dan gatal-gatal pada kulit. Konsumsi dalam jumlah besar mengakibatkan pendarahan pada lambung. 

• Formalin 
Penggunaan formaln sebenarnya bukan untuk makanan, tetapi untuk bahan antiseptik, germisida, dan pengawet non-makanan. Fungsi sebenarnya daripada formalin adalah sebagai antibakteri pembunuh kuman, pembersih lantai, kapal, gudang, pakaian, pembasmi serangga, pengeras lapisan gelatin dan kertas, pembuatan pupuk urea, produk parfum, pengawet produk kosmetik, pengeras buku, bahan insulasi buku, pencegah korosi untuk sumur minyak, bahan perekat produk kayu lapis, pengawet pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, pewarna sepatu, shampoo mobil, lilin, karpet, menghilangkan bakteri pada sisik ikan, pengobatan penyakit ikan, dan pengawetan mayat. 

Formalin biasa digunakan para pedagang agar mengawetkan makananannya dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga jika dagangannya tidak habis hari ini, dapat digunakan lagi untuk hari berikutnya. Makanan yang biasa dipakaikan formalin antara lain : mie basah, bakso, tahu, ikan asin, dan sebagainya. Kandungan formalin yang tinggi pada tubuh dapat menekan fungsi sel dalam tubuh dan menyebabkan kematian sel yang berujung pada kerusakan organ tubuh. Konsumsi formalin juga dapat mengakibatkan kanker saluran pencernaan, peningkatan resiko kanker tenggorokan, sinus, dan hidung. 

• Boraks 
Selain sebagai pengawet makanan yang berbahaya, borak juga dapat digunakan untuk pengenyal makanan. Makanan yang biasanya ditambahkan boraks adalah : bakso, lontong, mie, kerupuk, dan berbagai makanan tradisional. Konsumsi boraks yang berulang kali dapat mengakibatkan keracunan yang ditandai dengan mual, muntah, diare, menurunnya suhu tubuh, lemah, sakit kepala, dan dapat menimbulkan shock serta kematian untuk konsumsi boraks dalam dosis tinggi. 

• Pottasium Klorat 
Bahan ini kerap kali digunakan para pedagang untuk mengawetkan barang dagangannya. Konsumsi bahan ini secara terus-menerus dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, gangguan fungsi ginjal, hemolisis sel darah merah dan methemoglobinema untuk konsumsi pada dosis tinggi. 

• Kloramfenikol 
Bahan ini biasa digunakan sebagai pengawet susu, padahal fungsi sebenarnya ialah sebagai antibiotik. Pada bayi prematur konsumsi pada bahan ini dapat mengakibatkan kematian. 

• Diethylpylocarbonate 
Biasa ditemukan pada minuman non-karbonasi, minuman sari buah, minuman hasil fermentasi. Hanya dengan menghirup aroma dari zat ini dapat menyebabkan iritasi mata dan hidung, serta pusing-pusing. 

• Pottasium Bromat 
Konsumsi zat ini menyebabkan hambatan pada pertumbuhan, lemah, kejang- kejang yang berakhir pada kematian. Jika dikonsumsi dalam jumlah banyak mengakibatkan muntah-muntah, diare, methemoglobinemia, dan reinjury. 

• Air Terusi 
Difungsikan dengan tidak baik oleh produsen sebagai salah satu bahan pengawet makanan. Dapat ditemukan juga pada bakso yang bercirikan ada kilauan warna biru. 


Pewarna Buatan 
Untuk menarik perhatian konsumen, tentunya para pedagang harus membuat makanan yang dikemas dalam bentuk dan warna yang menarik sehingga pedagang dapat memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sedikit mungkin. Hampir seluruh makanan olahan telah diberi pewarna sintesis mulai dari jajanan anak-anak, tahu, kerupuk, terasi, cemilan, bahkan buah-buah dingin, terutama buah mangga. 

• Rhodamin B 
Fungsi sebenarnya pada Rhodamin B adalah sebagai pewarna tekstil dan kertas. Namun, dengan tujuan meraih keuntungan yang banyak tanpa memikirkan efek dari kandungan Rhodamin B, produsen tetap saja menggunakan bahan ini. Dengan menghirupnya saja dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan. Jika terkena kulit dan mata dapat menimbulkan iritasi. Konsumsi pada zat ini menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan menimbulkan gejala keracunan, air kemih menjadi berwarna merah muda. 

• Methanyl Yellow 
Umumnya digunakan sebagai pewarna pada tekstil dan cat, serta sebagai indikator reaksi netralisasi asam-basa. Zat ini larut dalam air, berupa serbuk kuning kecokelatan. Konsumsi bahan ini menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan seperti hati, kandung kemih, saluran pencernaan, dan jaringan kulit. 

Penyedap Rasa Buatan 
Penyedap rasa tentunya sudah tidak asing di kalangan masyarakat. Penyedap rasa atau aroma digunakan untuk menambah dan memperbaiki cita rasa dan aroma pada makanan, sehingga lebih menarik perhatian bagi yang ingin memakannya. Penyedap rasa buatan tentunya juga tidak sedikit yang bertebaran pada jajanan makanan yang tidak mempunyai fungsi sama sekali untuk kesehatan tubuh. Berbeda dengan penyedap rasa alami, penyedap rasa sintesis sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Berikut adalah zat- zat penyedap rasa sintesis tersebut : 

• Monosium Glutamat 
Zat ini dapat memperkuat rasa makanan, Glutamat dapat dijumpai pada makanan seperti tomat, keju, kaldu daging sapi dan ikan. Biasa bahan ini lebih dikenal dengan nama micin, vetsin. Bagi yang mengkonsumsinya secara terus-menerus mengakibatkan gangguan pada janin bagi yang sedang mengandung, hati, hipertensi, stres, demam tinggi, memicu reaksi gatal-gatal, bintik-bintik merah pada kulit, keluhan mual, muntah-muntah, sakit kepala, migren, asma, bahkan depresi. 

• L-asam Glutamat 
Bahan ini sangat tidak dianjurkan untuk anak-anak dan dapat menimbulkan Chinese Restaurant Syndrom (CRS). 

• Pottasium Hidrogen L-Glutamat 
Penyedap ini dapat mengakibatkan mual, kejang perut. Zat ini terutama sangat berbahaya bagi penderita ginjal dan tidak boleh diberikan pada bayi yang masih berusia 12 minggu. 

• Kalsium Glutamat 
Dampaknya bagi kesehatan belum diketahui secara pasti. Namun konsumsi bahan ini pada bayi yang berusia kurang dari 12 minggu masih dilarang. 

• Sodium Glutamat 
Efeknya belum diketahui secara pasti, tetapi penggunaannya tidak diperbolehkan untuk anak-anak dan bayi. 



5 Bahan Tambahan Lainnya 
• Antikempal 
Bahan buatan ini digunakan untuk pencegahan mengempalnya makanan. Konsumsi antikempal dalam dosis normal masih aman, tetapi jika digunakan secara berlebihan dapat merusak syaraf. Bahan ini sangat berbahay terutama bagi penderita sakit tulang dan perusakan ginjal. 

• Antioksidan 
Zat ini berguna untuk memperlambat oksidasi di dalam bahan seperti lemak hewani, minyak nabati, produk makanan dalam kadar lemak yang tinggi dan rendah, ikan. Dalam beberapa percobaan, antioksidan yang berbahaya dapat memicu terjadinya penyakit kanker dan batu ginjal. 

Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental 
Zat ini dapat membantu mempercepat tercampurnya 2 jenis zat yang secara alaminya tidak dapat bercampur. Gelatin biasa digunakan pada sosis, kristal jeli, sebagai pembentuk gel pada pembuatan roti dan puding, pemantap pada pembuatan es krim, es susu, keju, pudding, sebagai pembentuk suspensi dan pengental untuk minuman buah- buahan dan minuman lainnya, pembentuk buih pada bir, pengemulsi dan pembentukan pada saos, dan pembentukan lapisan tipis dalam pelapisan daging, ikan, dna pengolahan pakan lainnya. Penggunaan pada pengemulsi, pemantap, dan pengental harus dibatasi penggunaannya. Jika dikonsumsi melebihi dosis yang ditentukan dapat mengakibatkan keracunan tertentu pad anak-anak, erosi pada gigi dan iritasi lokal, mengubah sekresi air kemih jika diberikan bersama dengan pemberian obat, maka obat menjadi kurang efektif bekerja, bahkan dapat menjadi racun, mengikat logam-logam yang diperlukan tubuh, dan menghambat proses penyerapan nutrisi. 


Pengatur Keasaman 
Biasa disebut asidulan digunakan sebagai penegas rasa, warna, dan penyelubung rasa yang tidak disukai, bertindak juga sebagai bahan pengawet. Tujuan utama dari pengatur keasaman adalah memberikan rasa asam pada makanan. Bahan ini biasa digunakan pada sarden, pangan bayi, sayuran, buah-buahan, dan lainnya. Jika digunakan secara berlebihan di luar batas normal dapat menimbulkan keracunan pada lambung. 



Pemutih, Pematang Tepung, dan Pengeras 
Pemutih dan pematang tepung kerap kali digunakan pada tepung agar tepung (terutama tepung gandum yang berwarna agak kecokelatan)dapat lebih berwarna putih sehingga terlihat lebih menarik, serta meningkatkan fungsi tepung sehingga adonan tepung ketika dibakar dapat lebih mengembang. Sedangkan pengeras biasanya digunakan sebagai pengeras keripik, dan buah kalengan. Untuk pengeras biasa digunakan untuk produk pengolahan makanan agar makanannya tetap terjaga keras dan tidak lunak. Biasanya pengeras digunakan untuk buah-buahan seperti irisan apel, sayur-sayuran seperti tomat, kentang, paprika, wortel, dan makanan lainnya yang dikalengkan atau dibekukan. Penggunaan bahan-bahan tersebut harus dibatasi agar tidak berbahaya bagi kesehatan yang mengkonsumsinya seperti diare, dan bagi penderita hiperparatiroidismus menimbulkan tingginya kadar kalsium dalam darah. 

Jajan sembarangan di pinggir jalan tentunya rawan dengan mikorba, kuman, dan bakteri karena langsung kontak dengan udara luar, dekat dengan saluran pembuangan got, serta pembuatannya yang tidak terlalu memperhatikan kebersihannya. Makanan dan minuman jajanan yang tercemar sangatlah berbahaya bagi yang menikmatinya, yaitu dapat menyebabkan keracunan dan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian mahasiswa Fakultas Tenologi Pertanian UGM terhadap kasus keracunan makanan sepanjang tahun 2003 sampai 2005 yang diberitakan di berbagai media massa online menggambarkan kondisi keamanan pangan di Indonesia, Menurut korordinator Kelompok Pemerhati Keamanan dan Mutu Produk Pangan (KPKMPP), Dr. Ir. Endang. S. Rahayu, MS, terdapat jumlah peningkatan kasus keracunan selama tiga tahun terakhir sampai tahun 2005, dan sebagian besar kasus keracunan tersebut diduga disebabkan oleh mikroorganisme, terutama bakteri patogen. 

Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa 18 kasus keracunan sebanyak 83,3 % disebabkan oleh bakteri patogen. Begitu pula dengan tahun 2004 dan 2005 yang menyebutkan bahwa 60 % dari 41 kasus keracunan dan 72,2 % dari 53 kasus keracunan disebabkan karena mikroorganisme, dan lagi-lagi karena bakteri patogen. Dari hasil penyelidikan tersebut menyimpulkan bahwa sebagian besar kasus keracunan ebrsumber dari industri jasa boga, pengolahan rumah tangga yang diolah secara massal, yang termasuk pula makanan jajanan. Makanan yang disajikan tidak begitu diperhatikan kebersihannya dan kurang higienis. 

Kebanyakan dari para pedagang jajanan juga menyajikan dagangannya tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, padahal tidak ada yang tahu sebelum memegang makanan tersebut mereka sudah memegang apa saja. Begitu pula dengan barang dagangannya yang sering tidak tertutup rapat, sehingga debu dan timbal dari kendaraan berasap dapat dengan bebas mencemari makanan dan minuman tersebut. 

Konsumsi makanan yang tercemar menimbulkan resiko penyakit tifus yang disebabkan oleh kuman bernama Salmonella typi yang hidup di air, tanah kerin, dan tempat pembuangan sampah. Penyakit lain yang dapat timbul karena konsumsi makanan yang kurang higienis adalah cacingan. Telur-telur cacing biasanya terdapat di kuku para penjual jajanan gado-gado, rujak, buah dingin, soto, bakso, karedok, ketoprak, dan lain- lain. Jenis-jenis cacing ini adalah cacing kremi, cacing tambang, cacing gelang, cacing cambuk, dan lainnya yang masuk ke makanan melalui tangan pedagang karena mereka tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar. Para penderita cacingan, termasuk orang dewasa biasanya tidak akan mengetahuinya sebelum melakukan pemeriksaan laboratorium tinja. Pada anak sekolah, penyakit cacingan dapat mengakibatkan penyakit anemia (kurang darah). 


Bahaya Kesalahan Proses Pengolahan Makanan 
Menyantap gorengan di pimggiran seperti ubi, tempe, tahu, bakwan, tahu, singkong, dan lainnya sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang, tak terkecuali pada anak-anak. Menurut peneliti dari jurusan kimia lingkungan, Universitas Stockhlom, Swedia 

bernama Eden Tareke, dkk menyatakan hasil penelitiannya berjudul Analysis od Acrylamide, a Carsinogen Formed in Heated Foodstuffs yang dimuat pada majalah ilmiah Agricultural and Food Chemistry edisi Juli 2002 menunjukan bahwa makanan yang kaya karbohidrat seperti kentang yang mengalami penggorengan dapat merangsang pembentukan senyawa karsinogenik yang dapat memicu penyakit kanker bernama akrilamida. 

Bahaya pada Kemasan dan Wadah Makanan 
Jajanan makanan tentunya tidak terlepas dari kemasan itu sendiri. Kemasan memang bermanfaat sebagai wadah dan tempat untuk memudahkan makanan tersebut dimakan dan minuman tersebut untuk diminum. Tetapi di balik itu semua, kemasan makanan itu sendiri jika tidak didukung dengan bahan yang baik, maka dapat berbahaya bagi konsumen. 

• Plastik 
Kemasan jajanan berbahan plastik sangat sering dijumpai dan sudah sangat tidak asing, terutama bagi yang sering mengkonsumsi jajanan di pinggiran. Plastik sering digunakan untuk jajanan seperti siomay, batagor, cilok, sosis goreng, dan banyak lainnya. Plastik memiliki kelebihan karena tahan lama dan praktis untuk digunakan, namun plastik juga memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan panas dan apabila salah penggunaannya dapat emncemari produk makanan itu sendiri. Kemasan plastik terbuat dari bahan polypropilen, polyvinylchlorida (PVC) yang bila dibakar atau dipanaskan dapat menimbulkan dioksin, yaitu suatu jenis zat beracun yang dapat menyebabkan penyakit kanker dan mengurangi sistem kekebalan tubuh. Untuk itu, plastik yang terkena makanan panas dapat menyebabkan perpindahan komponen- komponen kimia berbahaya tersebut ke dalam makanan. 

Menurut Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr. Ir. Yadi Haryadi, M.Sc.aspek yang perlu diperhatikan pada penggunaan plastik pada botol yang digunakan berkali-kali adalah dari segi kebersihannya. Jika botol yang dipakai berulang-ulang tidak dibersihkan, maka pasti akan tercemar mikroba dan memicu penyakit, terutama penyakit pencernaan. 

• Kaleng 
Makanan jajanan yang dikemas dengan memakai kaleng masih jarang dijumpai. Untuk jajanan seperti martabak, kaleng biasa dijumpai pada kemasan mentega untuk membuat martabak tersebut, dapat juga dijumpai pada kemasan selai untuk jajanan roti panggang. Bahaya utama pada makanan kaleng, yaitu tumbuhnya bakteri Clostridium botulinum, yang dapat mengakibatkan keracunan botulinin bagi yang mengkonsumsi. Tanda-tanda keracunan pada zat ini adalah tenggorokan menjadi kaku, mata berkunang-kunang dan kejang-kejang yang membawa kematian karena sukar bernafas. Bakteri ini biasanya tumbuh pada kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari luar. Namun, racun botulinin peka terhadap pemanasan, sehingga akan mati ketika terkenan panas. 

• Styrofoam 
Kemasan berbahan styrofoam atau bisa juga disebut polystyrene sering menjadi pilihan para pedagang untuk dipakai karena dapat mencegah kebocoran, dan dapat tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu bahan ini dapat mempertahankan panas dan dingin, tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Bahan ini sering digunakan untuk kemasan pada makanan katering, mie instan, makanan siap saji, sayur-sayuran, buah-buahan. Penggunaan bahan styrofoam diragukan keamanannya, karena bahan utama pembuatan styrofoam yaitu stiren dan butadien sebagai bahan penguat, maupun DOP datau BHT sebagai plasticier-nya bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen (merangsang pembentukan sel kanker). Bahan-bahan tersebut, khususnya stiren dapat larut dalam air, lemak, alkohol, maupun asam. Semakin lama penggunaan bahan ini pada makanan, maka semakin besar perpindahan bahan-bahan yang bersifat toksik ke makanan atau minuman yang ada di dalamnya, terutama apabila makanan atau minuman tersebut mengandung lemak atau minyak. 


Divisi Keamanan Jepang, Juli, 2001, menyatakan bahwa residu styrofoam dalam makanan dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen pada makanan. Di Indonesia pada jajanan pinggiran, styrofoam terkadang dipakai sebagai wadah makanan, sehingga bisa dipakai sekali lalu langsung dibuang. 

• Kertas 
Bahan kemasan ini sangat banyak dipakai oleh para pedagang jajanan pinggiran. Jajanan seperti gorengan tempe, tahu, bakwan, pisang, ubi, singkong, donat, bolang- baling, lumpia, piscok, dan banyak lainnya biasa dikemas dalam keadaan masih panas dengan menggunakan kertas koran dan majalah bekas. Bahan kertas koran dan majalah ini mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Bahan yang panas dapat mempermudah perpindahan timbal ke makanan, jika dikonsumsi, timbal masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan pencernaan menuju sistem peredaran darah dan menyebar ke berbagai jaringan lain seperti ginjal, hati, otak, syaraf, dan tulang. 

• Melamin 
Bahan ini sering digunakan sebagai bahan pembuatan mangkok, piring, sendok, dan berbagai jenis peralatan rumah tangga lainnya. Alasan penggunaan melamin digunakan adalah karena bahan ini ringan dan tidak mudah pecah sehingga mudah dan praktis dibawa kemana saja. Menurut penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang bekerja sama dengan jurusan Kimia FMIPA Universitas Indonesia terhadap 10 jenis merk (4 merk loka, 6 merk import) menunjukan bahwa tidak semuanya menunjukan food grade yang berarti bahwa mengandung zat beracun dan berbahaya yang dapat berpindah ke makanan akibat proses pengolahan makanan.
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com