Pengertian Kualitas Pelayanan : Defenisi kualitas pelayanan terpusat pada upaya pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Parasuraman dan pujawan (1997) yang dikutip dalam hanif mauludin (2004) mengemukanan bahwa “kualitas pelayanan merupakan ukuran penilaian menyeluruh atas tingkat suatu pelayanan yang baik.” Sedangkan Gronroos dalam pujawan (1997) yang dikutip masih dalam Hanif Mauludin (2004) mendefinisikan “kualitas pelayanan sebagai hasil persepsi dari perbandingan antara harapan pelanggan dengan kinerja actual pelayanan.” Dengan kata lain ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service (pengalaman yang diharapkan) dan perceived service (pelayanan yang diterima).
Sementara itu, menurut Gronroos yang dikutip dalam fandy tjiptono (1998:60), mengatakan bahwa kualitas total suatu jasa terdiri dari 3 komponen utama, yaitu:
1. Technical Quality
Yang berkaitan dengan kualitas output jasa
yang diterima pelanggan. Komponen ini dapat dijabarkan lagi menjadi 3 jenis
yang meliputi:
a.
Search quality, dapat dievaluasikan sebelum dibeli, misalnya harga.
b.
Experince quality, hanya bisa dievaluasikan setelah dikonsumsi, contohnya
ketepatan waktu, kecepatan layanan dan kerapihan hasil.
c.
Credence quality, sukar dievaluasikan pelanggan sekalipun telah mengkonsumsi
jasa, misalnya kualitas operasi bedah jantung.
2. Functional
quality
Yang berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian jasa
3. Coorporate
image
Berupa profil, reputasi, citra umum dan daya tarik khusus suatu perusahaan.
Karena kualitas pelayanan berpusat pada
upaya pemenuhan dari keinginan konsumen serta ketetapan dalam penyampaiannya,
maka Zeithaml dan Bitner (1996:34), mengatakan bahwa: “kualitas pelayanan
adalah penyampaian pelayanan secara utama dihubungkan dengan kepuasaan
pelanggan.”
Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa apabila jasa yang diterima oleh pelanggan sesuai dengan yang
diharapkan, maka kualitas pelayanan akan dipersepsikan baik/ideal, dan sebaliknya
jika pelayanan yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan konsumen,
maka kualitas pelayanan akan dipersepsikan sangat jelek/kurang ideal, sehingga
kebutuhan dan keinginan konsumen merasa belum terpenuhi/terpuaskan.
Dimensi Kualitas
Jasa/Pelayanan
Menurut
parasuraman yang dikutip dalam Fandy Tjiptono (2002:70), di dalam mengevaluasi
kualitas pelayanan perusahaan yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan
strategi dan analisis, adapun dimensi-dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
- Bukti langsung (tangibles), segala fasilitas fisik termasuk perlengkapan yang nampak dimata konsumen. Seperti lokasi, kebersihan ruangan, tempat parkir, keterampilan pegawai dan sarana komunikasi .
- Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para konsumen.
- Kehandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan sesuai yang di janjikan terpercaya dan akurat, konsisten dan sesuai pelayanan.
- Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan dari para staf dan karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan cepat.
- Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan.
1)
Kesiapan sarana jasa .
2)
Komunikasi harus baik.
3)
Karyawan harus terampil.
4)
Hubungan baik dengan konsumen.
5)
Karyawan harus berorientasi pada konsumen.
6)
Harus nyata.
7)
Cepat tanggap.
8)
Keamanan konsumen terjaga.
9)
Harus bisa dilihat.
10) Memahami keinginan konsumen.
Umtuk keperluan penelitian ini, maka
pengukuran terhadap kualitas pelayanan kantor pos ini akan digunakan kelima
dimensi kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh Parasuraman. Karena dimensi
yang dikembangkan merupakan dimensi yang paling populer dan banyak digunakan
bagi penelitian kualitas pelayanan.
Faktor-Faktor Penyebab
Buruknya Kualitas Pelayanan
Menurut Fandy tjiptono (2002:85) ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan kualitas suatu jasa menjadi buruk,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Produk dan konsumsi yang terjadi secara
simultan
Salah satu karakteristik jasa yang paling
penting adalah jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan sehingga
dalam memberikan jasa dibutuhkan kehadiran partisipasi pelanggan/konsumen.
Akibatnya timbul masalah-masalah sehubungan dengan adanya interaksi antara produsen
dan konsumen jasa, yang disebabkan karena tidak terampil dalam melayani
pelanggan, penampilan yang tidak sopan, kurang ramah, cemberut, dan lain-lain.
2. Intensitas tenaga kerja yang tinggi
Keterlibatan tenaga kerja yang intensif
dalam penyampaian jasa dapat menimbulkan masalah dalam kualitas, yaitu tingkat
variabilitas yang tinggi disebabkan oleh tingkat upah dan pendidikan karyawan
yang masih relative rendah, kurangnya perhatian, dan tingkat kemahiran karyawan
yang tinggi.
3. Dukungan terhadap pelanggan internal yang
kurang memadai
Karyawan yang berada di garis depan
merupakan ujung tombak dari system pemberian jasa. Supaya mereka dapat
memberikan jasa yang efektif maka mereka perlu mendapatkan pemberdayaan dan
dukungan dari fungsi-fungsi utama menejemen
sehingga nantinya mereka dapat mengendalikan dan menguasai cara melakukan
pekerjaan, sadar dan konteks dimana pekerjaan dilaksanakan, bertanggung jawab
atas output kinerja pribadi, bertanggung jawab bersama atas kinerja unit dan
organisasi, keadilan dalam distribusi balas jasa berdasarkan kinerja dan
kinerja kolektif.
4. Kesenjangan komunikasi
Komunikasi merupakan faktor yang esensial
dalam kontrak dengan karyawan.Jika terjadi gap dalam komunikasi, maka akan
timbul penilaian dan persepsi yang negative terhadap kualitas pelayanan.
Kesenjangan komunikasi dalam pelayanan meliputi: memberikan janji yang
berlebihan sehingga tidak dapat memenuhinya, kurang menyajikan informasi yang
baru kepada pelanggan, pesan kurang dipahami pelanggan, dan kurang tanggapnya
perusahaan terhadap keluhan pelanggan.
5. Memperlakukan pelanggan dengan cara yang sama.
Para pelanggan adalah manusia yang
bersifat unik karena mereka memiliki perasaan dan emosi. Dalam hal melakukan
interaksi dengan pemberi jasa tidak semua pelanggan bersedia menerima layanan
jasa yang seragam. Sering terjadi pelanggan menuntut jasa yang bersifat
personal dan berbeda dengan pelanggan yang lainnya, sehingga hal ini merupakan
tantangan bagi perusahaan agar dapat memahami kebutuhan pelanggan secara khusus.
6. Perluasan dan pengembangan pelayanan secara
berlebihan
Memperkenalkan jasa baru untuk memperkaya
jasa yang telah ada agar dapat menghindar adanya pelayanan yang buruk dan
meningkatkan peluang pemasaran, kadang-kadang menimbulkan masalah disekitar
kualitas jasa dan hasil yang diperoleh tidak optimal.
7. Visi bisnis jangka pendek
Visi bisnis dalam jangka pendek dapat
merusak kualitas jasa yang sedang dibentuk dalam jangka panjang. Misal
kebijakan suatu bank untuk menekan biaya dengan mengurangi jumlah teller yang
menyebabkan semakin panjang antrian di bank tersebut.
Mengelola Mutu
pelayanan/Jasa
Sebuah perusahaan jasa dapat memenangkan
persaingan dengan menyampaikan secara konsisten layanan yang bermutu lebih
tinggi dibandingkan para pesaing dan yang lebih tinggi dari pada harapan
pelanggan.
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam
Kotler (2002:498), telah membentuk model mutu jasa yang menyoroti syarat-syarat
utama dalam memberikan mutu jasa yang tinggi. Model itu mengidentifikasi 5
kesenjangan yang mengakibatkan kegagalan penyampaian jasa, yaitu sebagai
berikut:
- Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen: manajemen tidak selalu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan. Pengurus kantor pos mungkin berpikir bahwa konsumen pelayanan yang lebih baik, tetapi konsumen mungkin lebih mementingkan daya tanggap pegawainya.
- Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi mutu jasa: manajemen mungkin memahami secara tepat keinginan pelanggan tetapi menetapkan satu kumpulan standar kinerja tertentu.
- Kesenjangan antara spesifikasi mutu jasa dan penyampaian jasa: para petugas mungkin kurang terlatih, tidak mampu atau tidak mau memenuhi standar. Atau mereka dihadapkan pada standar yang berlawanan, seperti menyediakan waktu untuk mendengarkan para pelanggan dan melayani mereka dengan cepat.
- Kesenjangan antara penyampaian jasa dan kumunikasi eksternal: harapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataan yang dibuat para petugas perusahaan. Jika petugas kantor pos memperlihatkan keramahan terhadap konsumen pada saat datang kekantor pos tersebut.
- Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan: kesenjangan itu terjadi bila pelanggan memiliki persepsi yang keliru tentang mutu jasa tersebut. Petugas memberi tahukan terhadap pelanggan /konsumen tentang mutu jasa tersebut.
Strategi Meningkatkan
Kualitas Pelayanan
Meningkatkan kualitas pelayanan merupakan
hal yang sangat penting agar dapat menghadapi persaingan yang semakin ketat dan
tetap eksis di era globalisasi. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam
meningkatkan kualitas pelayanan karena hal ini akan berdampak baik langsung
maupun tidak langsung terhadap organisasi secara keseluruhan. Menurut Fandy
Tjiptono (2002:88) ada beberapa faktor dominan yang perlu diperhatikan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan,diantaranya adalah:
1. Mengidentifikasikan determinan utama
kualitas jasa.
2.
mengelola harapan konsumen.
3.
mengelola bukti kualitas jasa.
4. mendidik konsumen tentang kualitas jasa.
5.
mengembangkan budaya kualitas.
6.
menciptakan automating quality.
7.
menindak lanjuti jasa.
Di bawah ini akan dijelaskan masing-masing
dari faktor tersebut:
1. Mengindentifikasikan determinan utama kulaitas
jasa
Setiap perusahaan jasa berupaya memberikan
kualitas jasa pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya, perlu melakukan
riset untuk mengidentifikasi jasa dominan yang paling penting bagi pasar
sasaran terhadap perusahaan serta berdasarkan determinan tersebut, sehingga
diketahui posisi relative perusahaan dimata pelanggan dibandingkan dengan para
pesaing agar dapat memfokuskan peningkatkan kulitasnya pada aspek dominan
tersebut.
2. Mengelola harapan konsumen
Tidak jarang suatu perusahaan berusaha
melebih-lebihkan pesan komunikasinya kepada konsumen agar mereka terpikat. Hal
seperti ini dapat menjadi bumerang bagi perusahaan karena semakin besar pula
harapan konsumen yang pada gilirannya akan menambah peluang tidak dapat
terpenuhinya harapan konsumen oleh perusahaan.
3. Mengelola bukti kualitas jasa
Mengelola bukti kualitas jasa bertujuan
untuk memperkuat persepsi konsumen selama dan sesudah jasa diberikan. Oleh
karena jasa merupakan kinerja dan tidak dapat dirasakan seperti barang, maka
konsumen cenderung untuk memperhatikan faktor-faktor tangible yang berkaitan
dengan jasa sebagai bukti kualitas. Dari sudut pandang perusahaan jasa, bukti
langsung meliputi segala sesuatu yang dipandang konsumen sebagai indicator
seperti apa jasa yang diberikan dan seperti apa saja yang telah diterima.
4. Mendidik konsumen tentang jasa
Membantu konsumen dalam memahami merupakan
upaya yang sangat positif dalam rangka menyampaikan kualitas jasa. Konsumen
yang terdidik akan dapat mengambil keputusan lebih baik sehingga kepuasan
mereka dapat tercipta lebih tinggi. Upaya mendidik konsumen ini dapat dilakukan
dalam bentuk melakukan pelayanan sendiri, membantu konsumen kepada
mengunakan sesuatu jasa, bagaimana
menggunakan jasa, dan menjelaskan kepada konsumen alasaan-alasan yang mendasari
kebijaksanaan yang bisa mengecewakan mereka.
5. Mengembangkan budaya kualitas
Budaya kualitas merupakan system nilai
organisasi yang menghasilkan lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan
penyempurnaan kualitas secara terus-menerus. Budaya kulitas terdiri dari:
filosofi, keyakinan,sikap, norma, nilai tradisi, prosedur, dan harapan yang
meningkatkan kualitas. Agar dapat menciptakan budaya kualitas yang baik maka
dibutuhkan komitmen menyeluruh pada seluruh anggota organisasi.
6. Menciptakan automating quality
Adanya otomatisasi dapat mengatasi
variabilitas kualitas jasa yang disebabkan kurangnya sumberdaya manusia yang
dimiliki. Namun sebelum memutuskan melakukan otomatisasi perusahaan perlu
melakukan penelitian secara seksama untuk menentukan bagian yang dibutuhkan
sentuhan manusia dan bagian yang memerlukan otomatisasi.
7. Menindak lanjuti jasa
Menindak lanjuti jasa dapat membantu
memisahkan aspek-aspek jasa yang perlu ditingkatkan. Perusahaan perlu mengambil
inisiatif untuk menghubungi sebagian atau semua konsumen untuk mengetahui
keinginan dan persepsi mereka terhadap jasa yang diberikan. Perusahaan dapat
pula memberikan kemudahaan bagi para konsumen untuk berkomunikasi baik
menyangkut kebutuhan maupun keluhan mereka.
8. Mengembangkan system informasi kulitas jasa
System informasi kulitas jasa merupakan
suatu system yang menggunakan berbagai macam pendekatan secara sistematis untuk
mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi kualitas jasa guna mendukung
pengambilan keputusan. Informasi yang dibutuhkan mencakup segala aspek, yaitu
data saat ini dan masa lalu, kuantitatif, internal dan eksternal, serta
informasi mengenai perusahaan dan konsumen.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.