Sunday, November 24, 2013

Metodologi Ilmiah

Metodologi Ilmiah. : (Kebenaran itu rupanya tidak mungkin diceraikan dari pikiran kita, rupanya sudah ada sebelum dan sesudah kita memikirkannya. Jadi kalau kita timbang benar-benar, tiap orang yamg memungkiri adanya kebenaran diluar yang dia pikirkan tidak boleh tidak menipu dirinya sendiri)

Dalam usaha meningkatkan suasana akedemik di perguruan tinggi serta dalam upaya menumbuhkan sikap, kemampuan dan ketrampilan meneliti pada mahasiswa, pengetahuan Metodologi Ilmiah dan Rancangan Percobaan merupakan hal yang esensial. Setiap bidang studi diharapkan dapat menimbulkan kegairahan meneliti, setiap bidang studi disamping mengembangkan penguasaan materi diharapkan juga memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan sikap, kemampuan dan ketrampilan meneliti pada mahasiswa, khususnya dalam hal pembuatan Sekripsi.

Ilmu pengetahuan berawal dari kekaguman manusia terhadap alam yang dibadapinya, baik alam besar (macro-cosmos) maupun alam kecil (micro-cosmos). Sifat ingin tahu manusia telah dapat disaksikan sejak dari lahir, hasrat ingin tahu manusia terpusatkan kalau dia memperoleh pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakan, dan pengetahuan yang diinginkan adalah pengetahuan yang benar. 

Pengetahuan yang benar atau kebenaran memang secara inhaerent dapat dicapai manusia, bisa melalui pendekatan non-ilmiah maupun pendekatan ilmiah.

Pendekatan ilmiah menuntut dilakukannya cara-cara atau langkah-langkah tertentu dengan perurutan tertentu agar dapat dicapai pengetahuan yang benar. Namun tidak semua orang sadar ataupun tidak mengikuti pendekatan ilmiah dalam mencari kebenaran. Namun kenyataan banyak pendekatan non ilmiah yang dilakukan, sehingga kebenaran tersebut perlu lagi dibuktikan secara ilmiah.

Pendekatan non ilmiah yang biasa dilakukan adalah : akal sehat, prasangka, intuisi, penenuan kebetulan, coba-coba, pendapat pakar (Orang pintar) dan pendekatan otoriter. 

Metodologi Ilmiah merupakan cara-cara memperoleh kebenaran atau pengetahuan dengan pendekatan ilmiah melalui penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori tertentu. Teori itu berkembang pula melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang sistematik dan terkontrol berdasarkan data inperis. Teori itu dapat diuji (ditest) dalam hal keajegan dan kemantapan internalnya . Artinya, jika penelitian ulang dilakukan orang lain menurut langkah-langkah yang serupa pada kondisi yang sama akan diperoleh hasil yang ajeg (consistent) yaitu hasil yang sama atau hamper sama dengan hasil terdahulu..

Penelitian ilmiah adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna memdapat pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan itu harus serasi dan saling mendukung satu sama lain, agar penelitian yang dilakukan mempunyai bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpula-kesimpulan yang didak meragukan. Adapun langkah-langkah tersebut pada umumnya  adalah  sebagai berikut :
1. Identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah
2. Penelaahan kepustakaan dan penyusunan kerangka konsep
3. Penyusunan hipotesis
4. Identifikasi, klasifikasi dan pemberian definisi operasional variable-variabel.
5. Pemilihan atau pengembangan alat pengambilan data
6. Penyusunan rancangan penelitian
7. Penentuan sampel
8. Pengumpulan data
9. Pengolahan dan analisis data
10. Interprestasi hasil analisis
11. Penyusunan laporan.
1. Identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah.

Masalah atau permasalahan ada kalau ada kesenjangan (gap) antara das Sollen dan das Sein; ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan sebagainya. 

Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada tersedia dan cukup banyak, tinggallah mengidentifikasikannya, memiliohnya, dan merumuskannya. Walaupun demikian, agar seorang ilmuan mempunyai mata yang cukup jeli untuk menemukan masalah tersebut, dia harus cukup berlatih. Hal-hal yang yang dat menjadi sumber masalah adalah : bacaan (terutama laporan hasil penelitian), semiar/diskusi atau pertemuan ilmiah, pernyataan pemegang otoritas, pengamatan sepintas, pengalaman pribadi dan perasaan intuitif.

Pemilihan masalah sebaiknya disesuikan dengan bidang ilmu yang sedang ada tekuni dan ldan perlu dipertimbangkan layak dan tidaknya untuk diteliti. Kelayakan ditinjau dari segi arah masalahnya, kemampuan meneliti, biaya yang tersedia, waktu yang diperlukan, alat-alat dan perlengkapan yang tersedia, bekal kemampuan tioritis dan penguasaan metode yang diperlukan,.

Perumusan masalah maslah hendaknya dalam bentuk kalimat tanya, padat dan jelas, memberikan petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.

Misalnya : 
Apakah obat A lebih baik dari obat B
Apakah ada perbedan antara bahan pengawet A dengan pengawet B
Apakah ada hubungan antara jumlah telur dalam feses dengan jumlah cacing pada ususnya

2. Penelaan Kepustakaan atau Tinjauan Kepustakaan
Setelah seorang peneliti telah menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan: teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll). Keseluruhan upaya tersebut, dikatakan sebagai upaya Studi Kepustakaan untuk penelitian.

Istilah studi kepustakaan digunakan dalam ragam istilah oleh para ahli, diantaranya yang dikenal adalah: kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, dan tinjuan teoritis. Penggunaan istilah-istilah tersebut, pada dasarnya merujuk pada upaya umum yang harus dilalui untuk mendapatkan teori-teori yang relevan dengan topik penelitian. Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

Studi kepustakaan mempunyai beberapa fungsi, meliputi: 
1. Menyediakan kerangka konsepsi atau teori untuk penelitian yang direncanakan.
2. Menyediakan informasi tentang penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan 
    dilakukan.
3. Memberi rasa percaya diri bagi peneliti, karena melalui kajian pustaka semua konstruksi yang 
    berhubungan dengan penelitian telah tersedia.
4. Memberi informasi tentang metode-metode, populasi dan sampel, instrumen, dan analisis data yang 
   digunakan pada penelitian yang dilakukan sebelumnya.
5. Menyediakan temuan, kesimpulan penelitian yang dihubungkan dengan penemuan dan kesimpulan kita.

Studi kepustakaan dari sumbernya dibedakan menjadi dua bagian yaitu: kepustakaan konseptual dan kepustakaan penelitian. Kepustakaan konseptual meliputi konsep-konsep atau teori-teori yang ada pada buku-buku dan artikel yang ditulis oleh para ahli yang dalam penyampaiannya sangat ditentukan oleh ide-ide atau pengalaman para ahli tersebut. Sebaliknya kepustakaan penelitian meliputi laporan penelitian yang telah diterbitkan baik pada jurnal maupun majalah ilmiah.

Bagi para pemula disarankan untuk menggunakan studi kepustakaan yang berasal dari kepustakaan konseptual, untuk lebih memudahkan dalam merangkum dan mengkategorikan teori, sesuai dengan kebutuhan pada saat akan membuat kerangka konseptual. 

Didasarkan pada hal tersebut di atas, maka ada beberapa strategi dalam menyampaikan studi kepustakaan:
  1. Ungkapkan kajian pustaka yang benar-benar terkait erat dengan variabel penelitian.
  2. Ungkapkan kajian pustaka dengan urutan dari mulai paparan variabel bebas sampai dengan variabel terikat atau ungkapkan dari variabel yang cakupannya umum dan luas ke arah variabel yang spesifik. Tentu saja secara luas dan nampak saling menyapa antar paparan variabel tersebut dan bukan merupakan kumpulan kutipan sehingga tidak menjadi suatu pola pemikiran yang menyeluruh.
  3. Dapat diungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik sampel dan demografinya, bila memang dibutuhkan.

Penelaan kepustakaan tujuannya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Landasan itu per ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba.

3. Kerangka Konsep 
Penentuan kerangka konseptual oleh peneliti akan sangat membantu dalam menentukan arah kebijakan dalam pelaksanaan penelitian. Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai hubungan antar variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada studi kepustakaan. 

Konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh karena itu, konsep tidak dapat diamati dan diukur secara langsung. Agar supaya konsep tersebut dapat diamati dan diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan terlebih dahulu menjadi variabel-variabel.

Dengan adanya kerangka konseptual akan bermanfaat bagi:
  • Minat penelitian akan lebih terfokus ke dalam bentuk yang layak diuji dan akan memudahkan penyusunan hipotesis.
  • Memudahkan identifikasi fungsi variabel penelitian, baik sebagai variabel bebas, tergantung, kendali, dan variabel lainnya.
Cara yang terbaik untuk mengembangkan kerangka konseptual tentu saja harus memperkaya asumsi-asumsi dasar yang berasal dari bahan-bahan referensi yang digunakan. Hal ini dapat diperkuat dengan mengadakan amatan-amatan langsung pada lingkup area masalah yang akan dijadikan penelitian. Dengan demikian kerangka konseptual yang dibuat merupakan paduan yang harmonis antara hasil pemikiran dari konsep-konsep (deduksi) dan hasil empirikal (induksi).

Pola berpikir deduksi adalah proses logika yang berdasar dari kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan. Pola pikir induksi adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada suatu teori. Dengan kata lain induksi adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang terpisah menjadi suatu rangkuman hubungan atau suatu generalisasi. 

4. Perumusan Hipotesis
Hipotesi penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalh penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Jadi hipotesis dianggap jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang paling dianggap benar, karena hipotesis merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelaan kepustakaan.

Secara teknis hipotesis merupakan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistis, hipotesis merupakan pernyataan keadaan parameter yang akan diuji melalui statistic sample. Sedangkan hipotesis Statistik merupakan dua pernyataan yang harus diterima salah satunya yaitu : H0 adalah sesuatu yang menyatakan tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan atau tidak ada ketergantungan dan lawanya adakah adalah yang sebaliknya sesuatu yang menyatakan ada perbedaan atau ada hubungan atau ada ketergantungan. Dengan demikian hipotesis penelitian bisa dipilih H0 atau H1 tergantung dari telahaan perpustakaan yang mendukung. Kesimpulan terhadap uji hipotesis untuk menerima atau menolak salah satunya dengan peluang tettentu. Peluang menerima H0 dinyatakan atau disingkat dengan P, jika peluang menerima H0 > 0,05, maka H0 diterima (P>0,05) berarti tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan atau tidak ada ketergantungan antara variabel yang diteliti, sebaliknya jika peluang menerima H0 < 0,05, maka H0 ditolak (P<0,05) atau H1 yang diterima, hal ini berarti ada perbedaan atau ada hubungan atau ada ketergantunga yang nyata (P<0,05) antara variabel yang diteliti. Jika peluang menerima H0< 0,01, hal ini berarti ada perbedaan atau ada hubungan atau ketergantungan yang sangat nyata (P<0,01) antara variabel atau peubah yang diteliti.

Hipotresis penelitian hendaknya menyatakan pertautan antara dua variable atau lebih, dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan, dirumuskan secara jelas dan padat, dapat diuji artinya memungkinkan untuk mengumpulkan data guna menguji kebenaran hipotesis tersebut.

Hipotesis penelitian dapat dirumuskan melalui jalur:
  1. Membaca dan menelaah ulang (reviu) teori dan konsep-konsep yang membahas variabel-variabel penelitian dan hubungannya dengan proses berfikir deduktif.
  2. Membaca dan mereviu temuan-temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan penelitian lewat berfikir induktif.
Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian memberikan manfaat sebagai berikut:
  1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
  2. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
  3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
  4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Oleh karena itu kualitas manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat tergantung pada:
1. Pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang ada.
2. Imajinasi dan pemikiran kreativ dari si peneliti.
3. Kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti.
4. Metode dan desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.

Perumusan hipotesis yang baik dan benar harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan deklaratif, bukan kalimat pertanyaan.
  2. Hipotesis berisi penyataan mengenai hubungan antar paling sedikit dua variabel penelitian.
  3. Hipotesis harus sesuai dengan fakta dan dapat menerangkan fakta.
  4. Hipotesis harus dapat diuji (testable). Hipotesis dapat duji secara spesifik menunjukkan bagaimana variabel-variabel penelitian itu diukur dan bagaimana prediksi hubungan atau pengaruh antar variabel termaksud.
  5. Hipotesis harus sederhana (spesifik) dan terbatas, agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian.

Beberapa contoh hipotesis penelitian yang memenuhi kriteria yang tersebut di atas:
  1. Pemberian suplemtasi protein pada pakan babi dapat meningkatkan tambahan berat badan selama penggemukan.
  2. Jenis pengawet pada daging sapi berpengaruh terhadap citarasanya selama penyimpanan pada suhu dingin.
  3. Terdapat hubungan antara jumlah telur cacing pada kotoran ayam dengan jumlah cacing pada ususnya
  4. Pemberian kolestrum sapi pada anak babi yang baru lahir tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan anak babi
  5. Penggantian protein hewani dengan prortein nabati tidak berpenguruh terhadap perkembangan anak.
Contoh Hipotesis 1, 2 dan 3 adalah hipotesis H1, sedangan contoh hipotesis 4 dan 5 adalah Hipotesis Ho
Didasarkan pada paparan di atas, maka tentu saja merumuskan hipotesis bukan pekerjaan mudah bagi peneliti. Oleh karena itu seorang peneliti dituntut untuk dapat menggali sumber-sumber hipotesis. Untuk itu dipersyaratkan bagi peneliti harus:
  1. Memiliki banyak informasi tentang masalah yang akan dipecahkan dengan cara banyak membaca literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
  2. Memiliki kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat, objek, dan hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
  3. Memiliki kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain yang sesuai dengan kerangka teori dan bidang ilmu yang bersangkutan.
Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa penggalian sumber-sumber hipotesis dapat berasal dari:
1. Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam yang berkaitan dengan fenomena.
2. Wawasan dan pengertian yang mendalam tentang suatu fenomena.
3. Materi bacaan dan literatur yang valid.
4. Pengalaman individu sebagai suatu reaksi terhadap fenomena.
5. Data empiris yang tersedia.
6. Analogi atau kesamaan dan adakalanya menggunakan imajinasi yang berdasar pada fenomena.

Hambatan atau kesulitan dalam merumuskan hipotesis lebih banyak disebabkan karena hal-hal:
1. Tidak adanya kerangka teori atau tidak ada pengetahuan tentang kerangka teori yang jelas.
2. Kurangnya kemampuan peneliti untuk menggunakan kerangka teori yang ada.
3. Gagal berkenalan dengan teknik-teknik penelitian yang ada untuk merumuskan kata-kata dalam membuat 
    hipotesis secara benar.

5. Jenis Penelitian
Jenis-jenis penelitian sangat beragam macamnya, disesuaikan dengan cara pandang dan dasar keilmuan yang dimiliki oleh para pakar dalam memberikan klasifikasi akan jenis penelitian yang diungkapkan. Namun demikian, jenis penelitian secara umum dapat digolongkan sebagaimana yang akan dipaparkan berikut ini.
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com