Wednesday, March 13, 2013

Antipiretik


Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam. Pada keadaan normal obat ini tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap efek ini. Antipiretika bekerja mempengaruhi pusat pengatur panas sehingga pembentukan panas yang tinggi akan dihambat dengan cara memperbesar pengeluaran panas yaitu dengan menambah aliran darah perifer dan memperbanyak pengeluaran keringat. Antipiretik biasanya digolongkan ke dalam obat analgetik-antipiretika. Obat-obat ini merupakan suatu kelompok heterogen bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia namun mamiliki persamaan efek terapi dan efek samping yaitu berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (Ganiswara,1995).
Obat-obat analgetika-antipiretika dapat dikelompokkan atas :

Analgetik Narkotik (Golongan Opiod)
Menurut sumbernya analgetik opiod dibedakan atas :
a.       Golongan morfin dan alkaloid alami, misalnya ; morfin, kodein, tebain dan papaverin.
b.      Golongan semisintetik, misalnya ; heroin, dihidromorfin dan metil dihidromorfin.
c.        Golongan sintetik, golongan ini terbagi dua :
i.                    Turunan fenilheptil amin, misalnya : metadon dan propoksifen.    
ii.                  Turunan fenilpiperidin, misalnya : meferidin, pentanil dan
      difenoksilat.
d.      Golongan antagonis, misalnya : naloksan dan nalorfin.

Analgetik Non Narkotik (Golongan Non Opiod)
Terbagi atas beberapa golongan yaitu :
a.       Turunan asam salisilat misalnya : aspirin, salisilamid, dan diflunisal.
b.      Turunan para-aminofenol, misalnya : parasetamol.
c.       Turunan indol asam asetat, misalnya : indometasin, sulindak dan etodolak.
d.      Turunan asam heteroanyl asetat, misalnya : tolmetin, diklofenak dan ketorolak.
e.       Turunan asam arylpropionat, misalnya : ibuprofen, naproxen, flubioprofen, ketoprofen.
f.       Turunan asam antranilat, misalnya : asam mefenamat, asam meklofenamat.
g.      Turunan asam enolat, misalnya : oksikam-oksikam ( pirosikam dan retoksikam).
h.      Alkanon, misalnya : nabumeton ( Goodman dan Gilman, 2007).

Uraian Obat Yang Digunakan
Vaksin DPT
Vaksin merupakan sediaan yang mengandung antigen dapat berupa kuman mati, kuman inaktif atau kuman  hidup yang dilumpuhkan virulensinya tanpa merusak potensi antigennya yang dimaksudkan untuk digunakan menimbulkan kekebalan aktif dan khuisus terdapat infeksi kuman atau toksinnya.
Vaksin dibuat dari bakteri, riketsia, virus atau toksin dengan cara yang berbeda-beda sesuai jenisnya, tetapi identitasnya tetap dan bebas cemaran jazad asing.Semua vaksin steril harus memenuhi Uji Sterilitas sesuai Uji Keamanan Hayati. Kecuali dinyatakan lain Vaksin Cair pada suhu 20 hingga 100 dan  dihindari dari pembekuan, sedang Vaksin Kering disimpan pada suhu tidak lebih dari 200, terlindung dari cahaya.
Pada etiket harus tertera :
1.      Banyaknya jumlah ml dalam wadah untuk vaksin cair.
2.      Dosis.
3.      Daluwarsa.
Vaksin campur adalah campuran dua vaksin tunggal atau lebih, merupakan cairan jenuh atau suspensi dengan berbagai tingkat opelesannya, umumnya putih dalam cairan tidak berwarna atau agak berwarna.
Salah satu sediaan vaksin yang terdapat dalam Farmakope Indonesia ed.III adalah :
Vaccinum Diphtheriae Pertusis et Tetani adsorbatum (Vaksin DPT jerap) adalah campuran toksoida formol difteri, toksoid formol tetanus dan suspensi kuman mati Bordetella pertusis terjerap pada zat jerap umumnya aluminium hidroksida atau aluminium fosfat, dengan kemurnian tidak kurang dari 1000 Lf per mg nitrogen protein. Khasiat dan penggunaan sebagai imunisasi aktif (Depkes RI, 1979).

Parasetamol
Sinonim                    :  Acetaminophen, N-acetyl-p-aminophenol, tabalgin, tempra.
Rumus molekul        :  C8H9NO2
Berat molekul           :  151,16
Titik leleh                 :  169-170,5ÂșC
NHCOCH3
 
 

OH
 

                    

  Struktur Kimia Parasetamol
Pemerian           :    Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau dan pahit.
Kelarutan          :    Larut dalam 70 bagian air, 7 bagian etanol, 13 bagian     aseton,
                               9 bagian propilenglikol dan 40 bagian gliserol.
Parasetamol (asetaminofen) adalah metabolit aktif phenasetin yang bertanggung jawab atas efek analgetik. Obat ini bekerja menghambat prostaglandin lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti inflamasi yang signifikan. Parasetamol bekerja menghambat enzim siklooksigenase-1 pada biosintesa prostaglandin. Parasetamol yang diberikan per oral, absorbsinya tergantung pada kecepatan pengosongan lambung, dan kadar puncak dalam darah biasanya dicapai dalam waktu 30-60 menit. Parasetamol sedikit terikat dengan protein plasma dan sebagian di metabolisme oleh enzim mikrosom hati dan diubah menjadi asetaminofen sulfat dan glukoronida, yang secara farmakologi tidak aktif. Waktu-paruh parasetamol adalah 2-3 jam dan relatif tidak terpengaruh oleh fungsi ginjal. Dengan kuantitas toksik atau penyakit hati, waktu-paruhnya dapat meningkat dua kali lipat atau lebih (Katzung, 1998).
Parasetamol saat ini sangat banyak digunakan di Indonesia sebagai analgetika-antipiretika baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Dosis parasetamol dalam sediaan tunggal 500-1000 mg, 3-4 kali sehari. Pemakaian  utama sebagai antipiretik atau penurun panas. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus amino benzena dan mekanismenya juga secara sentral pada hipotalamus dengan menghambat sintesis prostaglandin (Ganiswara, 1995).
Pada dosis terapi, parasetamol kadang-kadang meningkatkan enzim hati tanpa ikterus, keadaan ini reversibel bila obat dihentikan. Pada dosis lebih besar dapat mengakibatkan pusing, mudah tersinggung dan disorientasi. Pemakaian 15 g parasetamol bisa berakibat fatal, kematian disebabkan hepatotoksisitas yang berat dengan nekrosis lobulus sentral, kadang-kadang berhubungan dengan nekrosis tubulus ginjal akut (Katzung, 1998)


Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com