Cerpen merupakan jenis prosa yang
sering digunakan oleh pengarang untuk mengekspresikan atau menuangkan
kemampuannya dalam bercerita. Untuk memahami sebuah cerpen atau menganalisis
cerpen ada baiknya lebih dahulu mengetahui apa-apa saja yang membangun sebuah
cerpen. Unsur dalam cerpen harus saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya. Cerpen dibangun atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur Intrinsik
Suroto
(1989:96) mengatakan, ”unsur intrinsik adalah unsur dalam sastra yang ikut
serta dalam membangun karya sastra itu sendiri, yaitu :
a. Tema dan amanat
Tema adalah sesuatu yang menjadi pokok persoalan atau
sesuatu yang menjadi pemikiran. Tema disampaikan melalui sebuah jalinan cerita,
karena itu tema suatu cerita hanya dapat diketahui dan ditafsirkan setelah
membaca ceritanya dan menganalisisnya. Sedangkan amanat adalah maksud atau
pesan atau tujuan yang hendak disampaikan.
Setelah menganalisis akan
dipaparkan analisis tema dan amanat yang terdapat dalam cerpen ” Perawan Dari
Pantai”. Inti cerita, selain menceritakan ketabahan Fatimah dalam menghadapi
masalah kehidupannya, Fatimah tidak lupa meminta petunjuk kepada Tuhan.
Berdasarka inti cerita itu disimpulkan bahwa tema cerpen ”Perawan Dari Pantai”
yaitu bertemakan tentang religius dan ketabahan Fatimah dalam menghadapi masalahnya.
Kehidupan Fatimah berada
dilingkungan pesisir yang jauh dari kehidupan teknologi. Bahkan pendidikan pun
kurang di daerah itu. Hal itu juga merupakan amanat yang tersirat dalam cerpen
tersebut bahwa pengarang ingin menyampaikan perubahan sistem atau cara
kehidupan masyarakat pesisir agar lebih maju cara berfikirnya terutama di
bidang pendidikan.
b. Plot (alur)
Plot
(alur) adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu
persatu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir
cerita. Secara tradisional plot cerita prosa dimulai dari perkenalan,
pertikaian, klimaks, dan pelarian.
Alur
yang terpapar dalam cerpen ”Perawan Dari Pantai” yaitu alur mundur. Dimana
penceritaan isinya diceritakan bagaimana Fatimah mengingat kembali
kejadian-kejadian yang terjadi pada dirinya sehingga dia mengambil keputusan
untuk meninggalkan keluarganya.
c. Penokohan (perwatakan)
Penokohan
yang dimaksud adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita
dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut ini berhubungan dengan dua hal yaitu teknik
penyampaian dan watak atau kepribadian tokoh yang ditampilkan.
Sudjiman
(1998:11-21) membedakan tokoh atas beberapa bagian , yaitu:
1. Berdasarkan
fungsinya:
a. Tokoh senteral,
yakni tokoh utama atau protagonis yang menjadi pusat sorotan dalam kisahannya.
Kriterium yang digunakan bukan frekuensi kemunculan tokoh, melainkan intensitas
keterrlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita.
b. Tokoh bawahan,
yakni tokoh tambahan yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, namun
kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama.
2. Berdasarkan cara
menampilkan tokoh:
a. Tokoh datar, yakni tokoh yang diungkapkan atau
disoroti dari satu watak saja, termasuk tokoh streotip.
b. Tokoh bulat, yakni tokoh yang disoroti dari segala
seginya, baik kelemahan maupun kekuatannya. Tokoh ini bersifat kompleks
sehingga dapat dibedakan dari tokoh lain.
Berdasarkan pendapat di atas maka tokoh-tokoh yang
ditampilkan dalam sebuah cerita dapat dibedakan atas tokoh sentral/utama dan
tokoh bawahan, tokoh datar dan bulat (kompleks). Dalam penelitian ini, hanya
dibicarakan dari segi tokoh utama dan tokoh tambahan saja.
Dalam cerpen ”Perawan Dari Pantai”, tokoh utama adalah
seorang wanita yang religius dan bimbang hatinya dari permasalahan hidupnya
yang bernama Fatimah. Sebagai tokoh pembantu dalam cerita ini Ayah, Ibu, dan
Datuk. Ketiga tokoh ini berperan penting dalam setiap peristiwa pada alur
cerita.
d. Latar (setting)
Yang
dimaksud dengan latar atau setting adalah penggambaran situasi tempat dan waktu
serta suasana terjadinya peristiwa. Untuk dapat melukiskan latar yang tepat,
pengarang harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang keadaan atau waktu
yang akan digambarkan.
Dalam cerpen ”Perawan
Dari Pantai” latar tempat terjadi di daerah pesisir.
e. Dialog (pecakapan)
Dialog
atau percakapan adalah ujaran-ujaran yang dilakukan oleh para tokoh dalam suatu
cerita. Dialog dapat menunjang penggambaran latar, plot, perwatakan, dan
amanat.
Dialog
yang dipergunakan dalam cerpen ini adalah dialog yang menggunakan tata bahasa
yang rapi.
f. Sudut pandang
Sudut
pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut.
Penempatan diri pengarang dalam cerita tersebut dapat bermacam-macam, yaitu:
(1) pengarang sebagai tokoh utama, (2) pengarang sebagai tokoh bawahan, (3)
pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita.
Sudut
pandang yang dikemukakan dalam cerpen :Perawan Dari Pantai” adalah pada poin 3.
Dimana pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita.
Unsur
Ekstrinsik
Menurut Suroto (1989:138) ”unsur
ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu sendiri. Unsur itu
meliputi latar belakang kehidupan pengarang, adat istiadat yang berlaku pada
saat itu, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi, pengetahuan, dan agama.
Dalam sebuah cerpen adalah permasalahan kehidupan (baik bidang politik, pendidikan,
agama, sosial).”
a. Politik
Politik yang dimaksud dalam konteks ini
adalah hal-hal dasar-dasar pemerintahan dan berkaitan dengan
kebijakan-kebijakan. Bagaimana juga masalah politik tersebut tidak dapat lepas
dari ideologi.
Dalam konteks kehidupan kesusastraan
Indonesia, para pengarang memberikan perhatian pada segi politik. Hal ini dapat
ditemukan dalam karya-karya pengarang Indonesia.
b. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud yaitu karya sastra
yang dipandang sebagai sarana pendidikan yang baik bagi manusia atau sarana
mengajar untuk membuat manusia lebih paham terhadap dunia. Bahkan, sebagian
orang berpendapat bahwa sastra merupakan alat pengajaran yang efektif.
c. Agama
Dari sisi kehidupan beragama karya sastra
pun mempunyai peran dalam menawarkan suatu gagasan, sarana dan alternatif bagi
pemecahan persoalan sosial (kemasyarakatan) akibat benturan antara kepentingan
untuk kebahagiaan batin (rohani). Kemahakuasaan Tuhan merupakan satu-satunya
pilihan untuk menjawab persoalan yang ada dalam kehidupan masyarakat.
d.
Latar budaya
Dalam sebuah cerpen, latar yang digunakan
pengarang juga menentukan hasil dari cerita. Pengarang dapat mengangkat unsur
budaya suatu daerah untuk dijadikan cerita. Pengarang dapat mengangkat adat
istiadat dari suatu daerah untuk dijadikan latar budaya yang menopang kisah
dalam cerita.
Menurut Sammy dalam Koentjaraningrat
(1989:35) menyatakan, ”Ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada diluar
sastra dan ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra tersebut, misalnya faktor
soial, ekonomi, kebudayaan, politik, moral, keagamaan, dan tata nilai yang
dianut masyarakat.”
Jadi,
berdasarkan pendapat di atas maka sosio budaya adalah bagian dari unsur
ekstrinsik dari karya sastra, karena sosio budaya memuat nilai-nilai sosio,
budaya, ekonomi, dan agama.
Analisis Nilai-nilai Sosio Budaya cerpen
”Perawan Dari Pantai” karya
Sulaiman Sambas.
Dalam
cerpen ”Perawan Dari Pantai” terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam isi
cerita. Cerpen tersebut menceritakan tentang bagaimana ketegaran Patimah
menghadapi takdir hidup yang dijalaninya dan tidak putus asa berserah diri
kepada Tuhan. Dimana Patimah disuruh kahwin ganti tikar dengan Sodik abang ipar
dari mendiang Masitah kakaknya. Tetapi Patimah menolaknya karena umur Patimah
yang masih muda untuk berumah tangga. Patimah tidak ingin sama nasibnya seperti
perempuan-perempuan muda dikampung nelayan pantai yang cepat terhisap sari
madunya, lantas rontok, kisut dimamah biak oleh anak-anak lahir tiap tahun.
Untuk itu Patimah berambisi menyelesaikan sekolah lebih dahulu. Agar menjadi
berguna bagi kampungnya. Dan ingin merubah nasib kehidupan masyarakat dikampungnya.
Menjelaskan, membuka pengertian pada setiap pintu hati yang tertutup mengangkat
mereka dari kubangan lumpur langau pantai.
Maka dari itu nilai-nilai
sosio budaya tersebut akan dijelaskan di bawah ini:
a.
Nilai sosio
Secara
garis besar nilai sosio yang ada pada cerpen “Perawan Dari Pantai” tersebar di
setiap paragraf seperti contoh terdapat pada paragraf sebelas “Itulah, kami
telah sependapat dan berharap kau mau kahwin ganti tikar dengan abang iparmu
Sodik” dan juga terdapat pada pada tiga puluh enam “Patimah merasa sangat
prihatin terhadap nasib kaumnya di tanah kelahirannya itu.”
b. Nilai budaya
Budaya
dalam cerpen ”Perawan Dari Pantai” merupakan budaya yang ada di daerah pesisir.
Pengarang mengangkat cerita dan adat istiadat dari daerah tanah kelahirannya sendiri.
Didalam cepen ini pendidikan kuranglah diutamakan. Karena masyarakat pesisir
lebih mengutamakan mata pencahariannya sendiri yaitu nelayan, sehingga
pendidikan terkebelakang. Seperti contoh pada paragraf dua puluh satu ”Terbayang
sehari-hari ayahnya turun kelaut malam-malam, dan siang esok pulang dengan
tangan hampa karena dipukul angin kencang. Dan juga pada paragraf empat puluh
enam ”Sama seperti perempuan-perempuan muda dikampung nelayan pantai kita sejak
dulu terus berkembang biak. Melahirkan dan melahirkan meneruskan leluhur. Ditinjau
dari segi jumlah penduduk, kehidupan daerah pesisir penduduknya sangat padat,
itu dikarenakan setiap tahun peningkatan kelahiran terus meningkat.
c.
Nilai ekonomi
Hubungan
manusia dengan alam adalah nilai penyatuan, pemanfaatan, dan pemeliharaan. Alam
yang memberi kehidupan kepada manusia. Seperti halnya pada paragraf dua puluh ”Kau
tahu sendiri, sejak dulu ayah hanya seorang nelayan kecil.” dan juga pada
paragraf dua puluh delapan ”Ibumu terpaksa mengulang kerja lamanya mengambil
upahan menjemur ikan asin di tangkahan.” Mata pencaharian yang diceritakan
dalam cerpen ”Perawan Dari Pantai” yaitu nelayan yang merupakan mata
pencaharian utama.
d. Nilai agama
Dalam cerpen
”Perawan Dari Pantai” nilai religius terdapat sangat kental. Hubungan tokoh
utama sangat erat dengan penciptanya seperti halnya dimana terdapat pada
paragraf pertama ”Lengkap dengan telekung putih bersih masih belum dilepas
selesai solat isya tadi.” bukan itu saja pada paragraf kedua dan keempat juga terdapat nilai
agamanya, ”dimana Fatimah selalu meminta petunjuk kepada Tuhan untuk diberi
kemudahan dan jalan keluar dari permasalahannya. Karena Fatimah yakin hanya
Tuhan lah yang akan memberi petunjuk dari masalahnya.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.