Friday, September 18, 2009

TUGAS AKHIR TEKNIK KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan Industri jasa mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini sesuai dengan dinamika pertumbuhan ekonomi, kemajuan di bidang teknologi dan berkembang serta bervariasinya tingkat kebutuhan masyarakat.

Untuk mempertahankan eksistensinya perusahaan harus melakukan terobosan dalam menentukan kebijakan yang diambil.

Kebijakan tersebut nantinya harus bisa meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan sehingga biaya dapat ditekan dan laba mampu di tingkatkan.

PT. Sumatera Berlian Motors sebagai salah satu perusahaan jasa dibidang otomotif yang bergerak dalam bidang pendistribusian produk MITSUBISHI, dalam hal ini, truk, mini bus, pick up, maupun kendaraan pribadi serta spare part, harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ketatnya persaingan dunia usaha khususnya industri jasa bidang otomotif. 

Salah satu hal yang perlu dilakukan perusahaan adalah meningkatkan kinerja pelayanannya, agar para konsumen tidak beralih ke produk yang lain.

Salah satu faktor yang memerlukan terobosan kebijakan tersebut adalah persediaan bahan baku. Setiap perusahaan yang menghasilkan produk (perusahaan yang menyelenggarakan proses produksi barang dan jasa) akan memerlukan persediaan bahan baku. (Agus Ahyani, 1987).

Ketiadaan bahan baku dalam suatu perusahaan akan berarti terhentinya proses produksi/ pelayanan kepada konsumen. Kelebihan persediaan bahan baku akan berakibat pada semakin besarnya pengeluaran perusahaan karena adanya penyimpanan bahan baku tersebut. Oleh karena itu tersedianya persediaan bahan baku untuk keperluan produksi/ pelayanan kepada konsumen merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan.

Dalam menyediakan bahan baku perusahaan harus terlebih dahulu merencanakan berapa jumlah yang harus dibeli. Untuk memenuhi kebutuhan proses produksi/ pelayanan kepada konsumen dalam jangka panjang perusahaan harus membeli bahan baku dalam jumlah yang besar dan menyimpannya digudang. Pembelian bahan baku dalam jumlah yang besar dapat menguntungkan perusahaan karena selain akan mendapat potongan harga, juga akan mengatasi masalah kehabisan bahan baku.

Dilain pihak jumlah persediaan bahan baku yang terlalu besar akan berakibat pada pada membengkaknya biaya penyimpanan yang harus dikeluarkan untuk penyimpanannya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Indriyo (2002), bahwa tersedianya bahan baku yang cukup besar merupakan faktor penting guna menjamin kelancaran proses produksi/ pelayanan kepada konsumen pelayanan namun persediaan bahan baku yang cukup besar adalah merupakan pemborosan ongkos yang cukup besar pula.

Untuk itu penting bagi perusahaan untuk melakukan pengawasan atas persediaan. Kegiatan ini dapat membantu tercapainya suatu tingkat efisiensi penggunaan dalam persediaan tetapi tentu diketahui bahwa hal ini tidak dapat menghilangkan sama sekali resiko yang timbul akibat adanya persediaan yang terlalu besar atau terlatu kecil, melainkan hanya mengurangi resiko sekecil mungkin. 

Persediaan yang optimal merupakan hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan bahan baku. Persediaan yang optimal ini memerlukan perencanaan berapa besar bahan baku yang harus dibeli, kapan bahan baku dibeli agar proses produksi/ pelayanan kepada konsumen tidak terganggu karena kekurangan bahan baku.

Pada kenyataannya selama ini pemebelian bahan baku BBM yang dilakukan oleh PT. Sumatera Berlian Motors hanya didasarkan pada perkiraan kebutuhan BBM untuk kegiatan operasional. Sedangkan pembelian dilakukan dalam tenggang waktu yang sama untuk setiap periodenya. Selain itu pembelian BBM yang dilakukan oleh PT. Sumatera Berlian Motors cenderung relatif tetap setiap periodenya. Dalam hal ini PT. Sumatera Berlian Motors berasumsi bahwa penggunaan BBM untuk kegiatan operasional perusahaan relatif stabil setiap periodenya. 

Padahal dalam kenyataannya pemakaian BBM yang terjadi berfluktuatif. Bahkan pada waktu waktu tertentu pemakaian BBM cenderung melebihi dari jumlah pembelian yang telah dilakukan. Hal ini mengakibatkan PT. Sumatera Berlian Motors mengalami kekurangan bahan baku. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa pembelian bahan baku BBM yang terjadi PT. Sumatera Berlian Motors belum efisien.

Salah satu metode persediaan yang di kenal adalah metode EOQ ( Economic Order Quantity ). Dari penelitian yang di lakukan oleh Etikawati, 2006 metode EDQ mampu menghemat biaya total persediaan. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merasa tertarik untuk membahas lebih mendalam tentang penggunaan metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk mencapai efisien persediaan Bahan Bakar Minyak di PT. Sumatera Berlian Motors Medan.

1.2 Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
  1. Bagaimana penentuan persediaan bahan baku BBM yang optimal menurut rnetode Economic Order Quantity (EOQ) pada PT. Sumatera Berlian Motors Medan dari Tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 
  2. Apakah penggunaan metode Economic Order Quantity (EOQ) pada PT. Sumatera Berlian Motors Medan mampu untuk meningkatkan efisiensi persediaan BBM pada PT. Sumatera Berlian Motors Medan mampu untuk meningkatkan efisiensi persediaan BBM pada PT. Sumatera Berlian Motors Medan ? 
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi kali ini adalah :
Untuk mengetahui bagaimana penentuan persediaan bahan baku BBM yang optimal menurut metode Economic Order Quantity (EOQ) pada PT. Sumatera Berlian Motors Medan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 ?
Untuk mengetahui apakah penggunaan metode Economic Order Quantity (EOQ) pada PT. Sumatera Berlian Motors Medan mampu untuk meningkatkan efisiensi persediaan BBM pada PT. Sumatera Berlian Motors Medan ? 

1.4 Hipotesis Penelitian 
Setiap perusahaan yang menghasilkan produk (perusahaan yang menyelenggarakan proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa) pasti memerlukan persediaan bahan baku (Agus Ahyari, 1997). Maka untuk mengendalikan persediaan tersebut perusahaan harus melakukan perencanaan dan pengawasan persediaan bahan baku tersebut.

Untuk menciptakan suatu pembelian yang optimal, perusahaan harus menetapkan suatu metode pembelian. Dalam menetapkan kebijaksanaan tersebut perusahaan harus meperhitungkan antara perencanaan pembelian dengan jumlah pemakaian yang senyatanya.

Pada umumnya perusahaan masih menggunakan metode konvensional dalam menentukan jumlah pembelian persediaan bahan baku, yaitu membeli persediaan bahan baku dengan berdasarkan pada pembelian pembelian yang sebelumnya dan bisaanya dilakukan ketika persediaan yang ada di gudang sudah hampir habis. Namun demikian ada juga perusahaan yang melakukan pembelian persediaan berdasarkan periode waktu, yaitu melakukan pembelian bahan baku dengan periode pemesanan yang relatif tetap.

Dalam prakteknya metode konvensional ini mempunyai banyak kelemahan. Pada metode ini perusahaan belum menentukan titik pemesanan kembali (Reorder Point ), karena pemesanan dilakukan ketika jumlah persediaan sudah hampir habis. Selain itu metode konvensional juga tidak memperhitungkan adanya persediaan pengaman (Safety Stock ). 

Kelemahan lain dari metode ini adalah kurangnya perhatian perusahaan terhadap biaya biaya yang timbul karena adanya persediaan, yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Dewasa ini ada sebuah metode pembelian persediaan yang optimal, yaitu Economic Order Quantity (EOQ). Economic Order Quantity merupakan suatu metode yang menentukan jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk setiap kali pembelian. Dengan diketahuinya biaya biaya persediaan, harga bahan baku, dan juga perkiraan pemakaian bahan baku perusahaan mampu menentukan jumlah bahan yang harus dipesan secara ekonomis dengan biaya yang minimal. Dengan metode EOQ perusahaan mampu untuk menentukan jumlah persediaan pengaman yang harus ada di perusahaan pada setiap periode produksi. Selain itu metode EOQ juga dapat membantu untuk menetapkan kapan pembelian persediaan kembali dilakukan (Reorder Point). Dalam metode ini biaya biaya persediaan juga menjadi pertimbangan tersendiri dalam menentukan pembelian persediaan bahan baku. Pembelian persediaan bahan baku yang optimal adalah pembelian yang mampu mengkombinasikan antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan sehingga diperoleh biaya persediaan yang minimal.

Selisih biaya persediaan bahan baku antara biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan metode konvensional dan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dengan metode EOQ dapat diketahui dengan perhitungan Total Inventory Cost. Dari perbandingan Total Inventory Cost dua metode tersebut nantinya akan diperoleh selisih. Dengan demikian akhirnya akan diketahui metode mana yang dianggap efisien guna mendukung kelancaran proses produksi, Untuk lebih jelasnya Hipotesis dapat di gambarkan sebagai berikut :

Hiprotesis adalah kesimpulan sementara tentang hubungan antara dua variable yang harus diuji kebenarannya. (Arikunto, 1997) dalam penelitian ini penulis mengajukan hiprotesis sebagai berikut :

Hiprotesis dalam penilitian kali ini adalah ada perbedaan antara perhitungan Total inventory cost menurut Economic Order Quantity (EOQ) dengan total inventory cost menurut metode konsensional perusahaan.

Selanjutnya hiprotetis tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
HO : Tidak ada perbedaan antara total inventory cost menurut metode konvensional perusahaan.
Hi   : Ada perbedaan antara inventory cost menurut Econoic Order Quantity (EOQ) dengan total inventory 
        coooooooost menurut metode konvensional perusahaan.

1.5 Manfaat Penelitian 
Dari Penelitian mamfaat yang akan diperoleh adalah :
Bagi penulis penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan penulis di bidang Manajement Industri khususnya dalam hal kebijakan dalam penentuan persediaan bahan baku yang paling ekonomis.
Bagi Perusahaan, penlitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi Perusahaan sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, terutama dalam hal pengadaan persediaan BBM.
Bagi bidang keilmuan, penelitian ini diharapkan akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang TEKNIK INDUSTRI khususnya dalam hal analisis penentuan persediaan. 

1.6. Batasan dan Asumsi
- Dalam penelitian kali ini penulis melakuan penelitian di PT. SUMATERA BERLIAN MOTORS. Yaitu 
   sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pendistribusian produk MITSIBISHI.
- Penulis melakukan penelitian hanya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan oleh PT. Sumatera Berlian 
   Motors.
- Dalam kesempatran ini penulis hanya melakukan penelitian tentang bahan bakar minyak (BBM) di PT. 
   Sumatera Berlian Motors.

1.7. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana 
Adapun Sistematika Penulisan tugas sarjana ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN 
Menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, Hipotesis penelitian, mamfaat penelitian, batasan dan asumsi serta Aistematika penulisan tugasa sarjana.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 
Menguraikan secara ringkas tentang objek penelitian antara lain tentang gambaran umum perusahaan, lokasi perusahaan, Sistem pengupahan, Struktur Organisasi, tugas dan tanggung jawab, jenis produk serta pendistribusian.

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA 
Mengemukakan pengertian tentang persediaan dan pengendalian persediaan bahan baku yang sesuai dengan materi penelitian.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN 
Menampilkan langkah-langkah yang diambil dalam melakukan penelitian serta pembahasan materi dari awal sampai akhir penelitian. 

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Menampilkan dan menguraikan data dari penelitian serta pengolahan data dari penelitian.

BAB VI : ANALISIS HASIL 
Menyajikan Analisis dan Evaluasi dari hasil pengolahan dan penelitian.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN 
Berdasarkan Hasil penelitian secara keseluruhan dan hasil perhitungan dalam pengolahan data, maka dapat di ambil suatu kesimpulan dan saran yang bermamfaat.

BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
2.1 Gambaran umum Perusahaan
Sejarah PT. Sumatera Berlian motors Medan di mulai pada Tanggal 24 Mei 1976 di Medan yaitu dengan nama PT. Sumatera Berlian Motors (SBM)
Pada saat ini PT. Sumatera Berlian Motors merupakan Authorized Group Dealer Mitsubishi yang terbesar di Indonesia
Expransi PT. Sumatera Berlian Motors di mulai pada tahun 1987 dengan memperluas daerah pemasaran ke Padang Sumatera Barat.
PT. Sumatera Berlian Motors Medan adalah Perusahaan yang bergerak di bidang pendistribusian dan pemasaran produk Mitsubishi, selain itu PT. Sumatera Berlian Motors juga menerima perbaikan, ganti oli dan service.
2.2 Lokasi Perusahaan
PT. Sumatera Berlian Motors berlokasi di Jalan Sisingamangaraja Km.7 Nomor 34 Medan. Pada mulanya seluruh kegiatan baik administarasi, service maupun pemasaran di lakukukan disini. Namun seiring perkembangan produk mitsubishi dan permintaan konsumen, maka perusahaan membuka cabang antara lain Pekan Baru, padang Sidempuan Rantau Parapat dan Aceh.



12

2.3 Sistem Pengupahan
Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan sampai dengan tahun 2008 PT. Sumatera Berlian Motors Medan selalu melakukan peninjauan berkah terhadap gaji karyawan, yang di lakukan setiap awal tahun oleh Pimpinan Perusahaan yang disesuaikan dengan peraturan Pemerintah dan peraturan Perusahaan
Besarnya kenaikan Gaji PT. Sumatera Berlian Motors Medan didasarkan atas :
1. Prestasi Kerja
2. Tanggung jawab pekerja terhadap pekerjaanya
3. Sikap pekerja dalam hubunganya dengan atasan ataupun sesama pekerja.
Sistem pengupahan pada PT. Sumatera Berlian Motors Medan adalah sebagai berikut
1. Upah/ gaji bulanan
Upah ini di berikan pada pekerja, pada setiap bulanya tepatnya pada akhir bulan.
2. Upah Lembur
Upah lembur di berikan pada tenaga kerja yang bekerja melebihi jam kerja biasa, pembayaran upah lemur akan di bayar apabila kerja lemur dilakukan atas izin perusahaan dan dibuktikan dengan catatan kehadiran dan lamanya lembur.
Tunjangan tunjangan di PT. Sumatera Berlian Motors Medan terdiri dari :
1. Tunjangan Jabatan
2. Tunjangan Pengalaman Dinas
3. Tunjangan Khusus
4. Tunjangan Hari Raya
5. Tunjangan Kehadiran
Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan sampai dengan tahun 2008 PT. Sumatera Berlian Motors Medan memiliki 218 karyawan yang terdiri dari beberapa departement yaitu :
No
Departement
Jumlah Tenaga Kerja
1.
Accounting
35 Orang
2.
Personel And Ga
30 Orang
3.
Sales
62 Orang
4.
Service
68 Orang
5.
Spare part
23 Orang
Jam kerja yang berlaku di PT. Sumatera Berlian Motors Medan adalah 40 jam dalam 1 Minggu Jam kerja ini berlaku untuk seluruh tenaga kerja. Ini berlaku untuk seluruh tenaga kerja. Perincian dan pembagian jam kerja tersebut adalah sebagai berikut :
No
Hari
Waktu
Keterangan
1.
Senin
08.00 – 12.00 WIB
12.00 – 13.00 WIB
13.00 – 16.00 WIB
Bekerja
Istirahat
Bekerja
2.
Selasa
08.00 – 12.00 WIB
12.00 – 13.00 WIB
13.00 – 16.00 WIB
Bekerja
Istirahat
Bekerja
3
Rabu
08.00 – 12.00 WIB
12.00 – 13.00 WIB
13.00 – 16.00 WIB
Bekerja
Istirahat
Bekerja
4.
Kamis
08.00 – 12.00 WIB
12.00 – 13.00 WIB
13.00 – 16.00 WIB
Bekerja
Istirahat
Bekerja
5.
Jumat
08.00 – 12.00 WIB
12.00 – 13.00 WIB
13.00 – 16.00 WIB
Bekerja
Istirahat
Bekerja
6.
Sabtu
08.00 – 12.00 WIB
12.00 – 13.00 WIB
13.00 – 16.00 WIB
Bekerja
Istirahat
Bekerja
Pada keadaan tertentu di PT. Sumatera Berlian Motors Medan, seperti untuk menyelesaikan pekerjaan di lakukan kerja lembur di Luar Jadwal tersebut di atas.
2.4 Struktur Organisasi
Pada mulanya Keberhasilan Perusahaan bergantung pada organisasi. Adanya struktur yang mapan sangat di perlukan untuk menjamin agar rencana perusahaan dapat di laksanakan. Dan pada dasarnya merupakan pencerminan dari kegiatan yang di lakukan oleh suatu organisasi. Struktur organisasi dapat di defenisikan sebagai “mekanisme-mekanisme formal dimana organisasi di kelola. Struktur Organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan hubungan di antaranya fungsi-fungsi, bagian bagian serta posisi-posisi maupun kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda beda dalam suatu organisasi ( T. Hani Handoko, 1999). Adapun Struktur Organisasi di PT. Sumatera Berlian Motors dapat di lihat pada lampiran 1.
2.5 Tugas Dan Tanggung Jawab
Tenaga kerja di PT. Sumatera Berlian Motors Medan mempunyai Tugas dan Tanggung Jawab sebagai berikut :
1. Departement Accounting
Tugas
a. Meyerahkan laporan keuangan setiap hari.
b. Melengkapi semua persyaratan (data dan dokumen) dari konsumen.
c. Membantu menyelesaikan tagihan bermasalah.
Tangung jawab
Bertangung jawab kepada Business Manager
2. Departement personal and GA
Tugas
a. Melaksanakan dan mengawasi peraturan perusahaan dengan sebaik-baiknya.
b. Menyediakan kebutuhan Stationernya dan perlengkapan kerja.
Tangung jawab
Bertangung jawab kepada Business Manager
3. Departement Sales.
Tugas
a. Menjelaskan Warranty dan free service kepada pelanggan baru
b. Memperkenalkan pelangan baru kepada petugas service.
Tangung jawab
Bertangung jawab kepda Business Manager.
4. Departement service.
Tugas
a. Menginformasikan status penyelesaian keluhan konsumen.
b. Mendukung pelaksanaan program warranty dan free service.
Tangung jawab
Bertangung jawab kepada Business Manager.
5. Departyement spare part
Tugas
a. Memberikan informasi tentang kebutuhan spare part.
b. Memberikan informasi tentang adanya keluhan kosumen terhadap kualitas spare part .
Tangung jawab
Bertangung jawab kepada Business Manager .
2.6. Jenis produk
PT. Sumatera Berlian Motor Medan adalah perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang pendistribusian produk Mitsubishi.
Adapun jenis produk yang didistribusikan antara lain adalah :
    1. Jenis Truck .
- Fuso .
- Cold diesel .
    1. Jenis Pick up .
- L 300.
- T 120 SS.
- STRADA L 200.
- STRADA TRITON.
    1. Jenis Mini Bus .
- L 300.
- MAVEN.
- T 120 SS.
4. Jenis kendaraan pribadi.
- LANCER.
- GALANT.
- KUDA.
- MAVEN.
- L 300.
- T 120 SS.
- PAJERO.
- GRANDS.
- STRADA L 220.
- STRADA TRITON.
5. Jenis Spare Part .
Part Number
Part Name
4010A015
4442259500
4442259700
ME096321
MB111003
MB111014
MB111015
MB160056
MB161571
MB185373
MB185374
MB240174
MB240175
MC114503
MC115556
MC131981
MC410667
MC867312
MC892321
MD115976
MD129355
ME013857A
ME051714
ME095645
BALL JOINT KIT, FR SUSP UPR ARM
KEY, SUNE
KEY SUNE
WEATHERSTRIP RH
STOPPER SUMPER
SEAT U BOLT LH
SEAT U BOLT RH
E/G STOP CABLE
HELPER, RUBBER
STOOPER KIT
STOOPER KIT
CONNECTOR PILLAR INNER LH
CONNECTOR PILLAR INNER RH
HELPER, RUBBER
CAP W/KEY
RUBBER ASSY, FRONT
WIRE
WASHER, DIFT
THRUST WASHERM RR DIFF PINION
TENSIONER BALANCE
TENSIONER PULEY
TAPPER
GASKET CYLINDER HEAD
RETAINER
0345287001A
1202035200
4150A067
7632A226
8250A004
8250a113
KM901661
Ktb-148
KTE-153
KTE-196
KTE-197
ICTE-473
MA159847
ME044594
ME096261
ME096320
ME097494
ME110270
ME110271
ME134081
ME134082
ME135655
ME13T332
ME221633
BEARING,M/T 4 TH APWWS GEAR
SHIM
SILINCER KIT
MIRROR & HOLDER, DOOR, RH
BLADE ASSY, WINSHIELD WIPER, LI-I
BALDE, WINSHIELD WIPER, RH
STICKER "T120SS" (SILVER)
COLT PUTIH
CYLONE PUTIH
MARK 120 PS (SILVER)
MARK "COLT DIESEL"
MARK 100 PS
PIN BEARING
CAP
WEATHER STRIP
WEATHER STRIP L
GAUGE TEMPERATURE
RADIATOR HOSE
RADIATOR HOSE
W/STRIP ER DOOR OPEN LH
W/STRIP ER DOOR OPEN RH
AIR OUT LET RH
DRIP CHANNEL
CAP RADIATOR
CW727415
CW727416
CW741077
CW741078
KM002147
ME302301
ME302696M
ME328702
MC137537
MC908450
ME071920
ME078705
ME078706
ME078708
ME121646
ME99264
MK485161
MK485173
MK566037
MR329656
MR552951
LAMP ASSY FR FOG LH
LAMP ASSY FR FOG RH
MIRROR ASSY DOOR LH
MIRROR ASSY DOOR RH
LAMP, REAR COME LH
LAMP, REAR COME RH
LAMP FOG SsCLEARANCE
CABLESPEEDOMETER E
SWITCH COLUMN
STEP ER SIDE RH
W/STRIP DOOR OPENING LI-I
GASKET C/HE.AD NONASBES
GASKET, CYLIPIDER HEAD
GASKET, CYLINDER HEAD
WATER SEPARATOR ASSY, FUEL LINE
OIL PAN
TRIM PR DOOR LWR LH
TRIM FR DOOR LWR RH
PANEL ASSY, INSTRUMENT, LWR CTR
SWITCH STEERING COLOUM
ELEMENT AIR CLEANER
ME995149
ME997282
ME999G85
ME999386
MK404976
MK435057
MK461332
MK997198
MN182415
MR232151
MR527545
B/GSET C/RO/25
WATER PUMP KIT
B/GSETC/S0.25
B/GSETC/S0.50
STAY ASSY, O/ S RR VIEW MIRROR RH
STAY ASSY, O / S RR VIEW MIRROR LH
ARM ASSY, WINDSHIELD WIPER
PANEL, CAB ER CORNER, RH
REGULATOR ASSY F / DR P / WDO RH SPIDER KIT
PISTON, FR BRAKE CALIPER







2.7 Pendistribusian

Adapun tahapan tahapan dalam mendistribusikan produk Mitsubishi yang dilakukan PT. Sumatera Berlian Motors Medan adalah sebagai berikut :

1. Penerimaan Barang=u74
PT. Sumatera Berlian Motors menerima barang dari PT. Krama Yuda Tiga Berlian melalui Darat, yaitu dengan menggunakan truk, tapi ada juga yang melalui udara (Via Pesawat).

Pengiriman barang akan dilakukan melalui Via pesawat, jika barang yang di kirim sangat diperlukan secepatnya.

Barang yang diterima akan diperiksa oleh Departement Spare Part, hal ini sangat perlu untuk memastikan barang yang di terima tidak dalam keadaan rusak ataupun kurang jumlahnya.

Jika barang yang diterima dalam keadaan rusak ataupun kurang jumlahnya maka department spare part harus secepatnya menyampaikan hal tersebut kepaua pihak PT. Krama Yuda Tiga Berlian agar segera di tindak lanjuti.

2. Pendistribusian Dalam Kota
Untuk memberikan barang kepada toko (konsumen) yang berada di dalam Kota maka department spare part akan mengantar langsung ke toko tersebut.

Dalam hal ini pihak toko (konsumen) akan memeriksa barang yang mereka terima baik secara fisik ataupun part number.

Selanjutnya keadaan baik dan cocok maka pihak Toko (Konsumen) akan menandatangani tanda terima.

3. Pendistribusian Luar Kota
Untuk melakukan pendistribusian ke luar kota maka PT. Sumatera Berlian Motors tepatnya department spare part akan melakukan pengepakan barang.

Dalam pengepakan barang sangat di butuhkan daya ingat dan ketelitian agar tidak ada kesalahan pengiriman barang.

Agar tidak rusak maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengepakan barang antara lain:
- Jika barang yang dikirim di kategorikan barang lunak atau mudah pecah maka harus digabungkan dengan 
  barang yang mudah pecah juga
- Jika barang yang dikirim adalah berapg keras, maka harus digabungkan dengan barang keras pula.
- Jika barang yang akan dikirim adalah kaca, maka harus menggunakan krat kaca (peti dari kayu).
- Kotak pengepakan harus padat agat tidak pecah di perjalanan (pengangkutan) 
- Buatlah tanda pada kotak, jika barang tersebut mudah pecah atau patah.

4. Transportasi
Untuk pendistribusian barang maka PT. Sumatera Berlian Motors menyediakan sarana transportasi.

Adapun sarana transportasi yang digunakan untuk pendistribusian barang antara lain:
- 2 (dua) unit mobil box, tipe L-300
- 1 (satu) unit mobil box tipe T 120 SS
- 1 (satu) unit mobil standart (Kuda Diesel)

5. Daerah Pemasaran
Daerah pemasaran PT. Sumatera Berlian Motors Medan dibagi menjadi dua bagian utama yaitu: .
1. Dalam Kota
Adapun daerah yang termasuk dalam kota yaitu toko toko ( konsumen ) yang berada di :
- Jalan jamin ginting
- Jalan Japaris
- Jalan Sutomo

- Jalan Yose Rijal
- Jalan Gandi
- Jalan Semarang
- Jalan Salak
- Jalan Asia
- Jalan Metal
- Jalan Mangkubumi
- Jalan Sudirman
- Jalan Katamso
- Jalan S.M Raja
- Jalan Pinang Baris
- Jalan Tanjung Morawa

2. Luar Kota
Adapun daerah yang termasuk luar kota yaitu : 
- Binjai
- Lubuk Pakam
- Tebing Tinggi 
- Pematang Siantar 
- Kisaran
- Aek Nopan 
- Rantau Prapat 
- Kota Pinang 
- Padang Sidempuan 
- Dalu-dalu
- Bagan Siapi-api

6. Sistem Pemasaran
Dalam memasarkan produk Mitsubishi PT. Sumatera Berlian Motors Medan mempunyai beberapa orang sales yang bekerja menawarkan produk-produk tersebut kepada konsumen. Baik di dalam kota maupun di luar kota.

Namun dalam hal ini ada juga para konsumen yang datang langsung ke PT. Sumatera Berlian Motors Medan untuk membeli produk secara langsung.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Persediaan 
1. Pengertian Persediaan Bahan Baku

Setiap perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan produksi akan memerlukan persediaan bahan baku. Dengan Tersedianya persediaan bahan baku maka diharapkan perusahaan industri dapat melakukan proses produksi sesuai kebutuhan atau permintaan konsumen. Selain itu dengan adanaya persediaan bahan baku yang cukup tersedia di gudang juga diharapkan dapat memperlancar kegiatan produksi/ pelayanan kepada konsumen perusahaan dari dapat menghindari terjadinya kekurangan bahan baku. Keterlambatan jadwal pemenuhan produk yang dipesan kosumen dapat merugikan perusahaan dalam hal ini image yang kurang baik.

Agar lebih mengerti maksud persediaan, maka penulis akan mengemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian persediaan.

a. Menurut Przwirosentono ( 2001), persediaan adalah kekayaan lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaarr bahan mentah (bahan baku / material), barang setengah jadi dan barang dalam proses.

b. Persediaan adalah bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan ( Gitosudarmo, 2002)



















28












c. Soemarso (1999), Mengemukakan pengertian persediaan sebagai barang barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.

d. Persediaan dapat diartikan sebagai sumber daya yang belum digunakan, persediaan mempunyai nilai ekonomis di masa yang akan datang pada saat aktif. (Yuliana, 2001) ?

Yang dimaksud persediaan dalam penelitian ini adalah suatu bagian dari kekayaan perusahaan yang digunakan dalam rangkaian proses produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi, yang dalam hal ini dapat berupa barang maupun jasa.

2. Alasan Diadakannya Persediaan

Pada prinsipnya semua perusahaan yang melaksanakan proses produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam perusahaan tersebut. Beberapa hal yang menyebabkan suatu perusahaan harus menyelenggarakan persadiaan bahan baku menurut Ahyari ( 2003 ), adalah :

a. Bahan baku akan digunakan untuk pelaksanaan proses produksi perusahaan tersebut tidak dapat dibeli atau. didatangkan secara satu persatu dalam jumlah unit yang diperlukan perusahaan serta pada saat barang tersebut akan digunakan untuk proses prodaksi perusahaan tersebut. Bahan baku tersebut umurnya akan dibeli dalam jumlah tertentu, dimana jumlah tertentu ini akan digunakan untuk menunjang pelaksanaan proses produksi perusahaan yang bersangkutan dalam beberapa waktu tertentu pula. Dengan keadaan semacam ini, maka bahan baku yang sudah dibeli oleh perusahaan namun belum digunakan untuk proses produksi akan masuk sebagai persediaan bahan baku dalam perusahan tersebut.

b. Apabila perusaham tidak mempunyai persediaan bahan baku, sedangkan bahan baku yang dipesan belum datang maka pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan tersebut akan terganggu. Ketiadaan bahan baku tersebut akan mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi. Pengadaan bahan baku dengan cara tersebut akan membawa konsekuensi bertambah tingginya harga beli bahan baku yang digunakan oleh perusahaan. Keadaan tersebut tentunya akan membawa kerugian bagi perusahaan.

c. Untuk menghindari kekurangan bahan baku tersebut, suatu perusahaan dapat menyediakan bahan baku dalam jumlah yang banyak. Tetapi persediaan bahan baku dalam jumlah besar tersebut akan mengakibatkan terjadinya biaya persediaan bahan yang semakin besar pula. Besarnya biaya persediaan ini berarti akan mengurangi keuntungan perusahaan. Disamping itu, resiko kerusakan bahan juga akan bertambah besar apabila persediaan bahan bakunya besar.

3. Kerugian dari ketidakpastian pengadaan persediaan bahan baku 

Tersedianya bahan baku yang cukup besar merupakan faktor penting guna menjamin kelancaran proses produksi. Akan tetapi jumlah persediaan bahan baku yang terlalu banyak akan mengakibatkan pemborosan bagi perusahaan. Karena dengan jumlah persediaan bahan baku yang besar tersebut akan mengakibatkan bertambahnya biaya penyimpanan bahan baku. Sebaliknya apabila persediaan bahan baku terlalu sedikit maka akan sering terjadi pembelian bahan baku, sehingga biaya yang digunakan untuk memesan bahan baku tersebut juga semakin besar.

Beberapa kerugian yang akan diderita oleh perusahaan sehubungan dengan penyelenggaraan persediaan bahan baku yang terlalu besar menurut Ahyari ( 2003 ), antara lain :

a. Biaya penyimpanan atau pergudangan yang akan menjadi tanggungan perusahaan akan menjadi semakin besar, yang meliputi biaya sewa gudang, resiko kerusakan bahan dalam penyimpanan, resiko kehilangan, resiko kadaluwarsa, resiko penurunan kualitas bahan dalam penyimpanana, dll. 

b. Penyelenggaraan persediaan bahan baku yang terlalu besar, mengakibatkan perusahaan harus mempersiapkan dana yang cukup besar pula untuk mengadakan pembelian bahan baku.

c. Tingginya biaya peyimpanan dan investasi dalam persediaan bahan baku yang ala di dalam perusahaan tersebut akan mengakibatkan berkurangnya dana untuk pembiayaan dan investasi di bidang-bidang yang lain.

d. Apabila perusahaan yang bersangkutan mempunyai persediaan bahan baku yang sangat besar, maka adanya penurunan harga pasar akan merugikan perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan harus dapat mengetahui gambaran harga pasar dari bahan baku dalam waktu waktu yang akan datang.

Beberapa kelemahan yang ada apabila perusahaan menyelenggarakan persediaan bahan baku dalam jumlah yang sangat kecil menurut Ahyari (2003), adalah :

a. Persediaan bahan baku dalam jumlah yang kecil kadang kadang tidak dapat memenuhi kebutuhan perusaliaan yang bersangkutan untuk pelaksanaan proses produksi. Untuk menjaga kelangsungan proses produksi, maka pada umumnya perusahaan akan mengadakan pembelian dalam jumlah kecil dan mendadak, sehingga harga beli bahan baku tersebut menjadi lebih tinggi dibandingkan pembelian normal perusahaan. Apabila suatu perusahan sering kehabisan bahan baku, maka pelaksanaaan proses produksi tidak akan berjalan dengan lancar. Sebagai akibatnya, kualitas dan kuantitas produk akhir yang dihasilkan perusahaan menjadi sering berubah pula.

b. Persediaaan bahan baku dalam jumlah yang relarif kecil akan mengakibatkan frekuensi pembelian bahan baku rraenjadi semakin tinggi sehingga biaya pemesanan bahan baku juga bertambah besar.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dikembangkan adanya sistem pengawasan persediaan bahan baku yang optimal menurut Ahyari (2003), yaitu :
                                                               
a. Berapa besar persediaan bahan baku perusahan.
b. Berapa besar bahan baku yang dibeli
c. Kapan mengadakan pembelian kembali.

4. Fungsi Fungsi Persediaan
Efisiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan. Fungsi tersebut menurut Handoko (2000), antara lain :

a. Fungsi Decoupling
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi operasi prusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan. Persediaan decoupling ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintan langganan tanpa tergantung pada supplier.

b. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah, dsb), karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan ( biaya sewa gudang, investasi dan resiko, dsb ).

c. Fungsi Antisipasi
Perusahaan sering menghadapi fluktuasi permintaan, yang dapat diperkirakan atau diramalkan berdasarkan pengalaman atau data data masa lalu. Disamping itu, perusahan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang barang selama periode pemesanan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman ( safety inventories ). Pada kenyataannya, persediaan pengaman merupakan pelengkap fungsi decoupling. Persediaan antisipasi ini penting agar proses produksi tidak terganggu.

Selain fungsi fungsi di atas, menurut Herjanto (1997) terdapat enam fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, antara lain :
a. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan.
b. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan
c. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan 
    bila bahan tersebut tidak tersedia di pasaran.
e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas ( Quantity discount )
f. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersedianya bahan yang diperlukan. 

5. Jenis Jenis Persediaan
Dalam perusahaan manufaktur persediaan barang yang dimiliki terdiri dari beberapa jenis yang berbeda. Jenis persediaan yang ada dalam suatu perusahaan manufaktur menurut Baridwan (2000), antara lain :

a. Bahan baku dan penolong
Bahan baku adalah barang barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti biayanya. Sedangkan bahan penolong adalah barang barang yang juga menjadi bagian dari produk jadi tetapi jumlahnya relatif kecil atau sulit diikuti biayanya. 

b. Suplies Pabrik
Adalah barang barang yang mempunyai fungsi melancarkan proses produksi. 

c. Barang Dalam Proses
Adalah barang yang sedang dikerjakan (diproses) tetapi pada tanggal neraca barang barang tadi belum selesai dikerjakan. Untuk dapat dijual masih diperlukan pengerjaan lebih lanjut.

d. Produk selesai
Produk selesai adalah barang barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses produksi dan menunggu saat penjualannya.

6. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku
Dalam penyelenggaraan persediaan bahan baku untuk pelaksanan proses produksi dari suatu perusahan, terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi persediaan bahan baku, dimana faktor faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Adapun berbagai faktor tersebut menurut Ahyari ( 2003), antara lain :

a. Perkiraan pemakaian bahan baku
Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka selayaknya manajemen perusahaan mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian bahan baku untuk keperluan proses produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan mendasark:an pada perencanaan produksi dan jadwal produksi yang telah disusun sebelumnya. Jumlah bahan baku yang akan dibeli perusahaan tersebut dapat diperhitungkan, dengan cara jumlah kebutuhan baku untuk proses produksi ditambah dengan rencana persediaan akhir dari bahan baku tersebut, dan kemudian dikurangi dengan persediaan awal dalam perusahaan yang bersangkutan.

b. Harga bahan baku
Harga bahan baku yang akan digunakan dalam preses produksi merupakan salah satu faktor penentu seberapa besar dana yang harus disediakan oleh perusahaan yang bersangkutan apabila perusahaan tersebut akan menyelenggarakan persediaan bahan bakau dalam jumlah unit tertentu. Semakin tinggi harga bahan baku yang digunakan perusahaan tersebut, maka untuk mencapai sejumlah persediaan tertentu akan memerlukan dana yang semakin besar pula. Dengan demikian, biaya modal dari modal yang tertanam dalam bahan baku akan semakin besar pula.

c. Biaya biaya persediaan
Dalam hubungannya dengan biaya biaya persediaan ini, dikenal tiga macam biaya persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya. pemesanan, dan biaya tetap persediaan. Biaya penyimpanan merupakan biaya persediaan yang jumlahnya semakin besar apabila jumlah unit bahan yang disimpan di dalam perusahaan tersebut semakin tinggi. Biaya pemesanan merupakan biaya persediaan yang jumlahnya semakin besar apabila frekuensi pemesanan bahan baku yang digunakan dalam perusahaan semakin besar. Biaya tetap persediaan merupakan biaya persediaan yang jumlahnya tidak terpengaruh baik oleh jumlah unit yang disimpan dalam perusahaan ataupun frekuensi pemesanan bahan baku yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut.

d. Kebijaksanaan pembelanjaan
Kebijaksanaan pembelanjaan yang dilaksanakan di dalam perusahaan akan berpengaruh terhadap penyelenggaraan persediaaan bahan baku dalam perusahaan tersebut. Seberapa besar dana yang dapat digunakan untuk investasi di dalam persediaan bahan baku tentunya juga tergantung dari kebijaksanaan perusahaan apakah dana untuk persediaan bahan baku ini dapat memperoleh prioritas pertama, kedua atau justru yang terakhir dalam perusahaan yang bersangkutan. Disamping itu tentunya financial perusahaan secara keseluruhan juga akan mempengaruhi kemampuan perusahan untuk membiayai seluruh kebutuhan persediaan bahan bakunya.

e. Pemakaian Bahan
Hubungan antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian senyatanya di dalam perusahaan yang bersangkutan untuk keperluan pelaksanaan proses produksi akan lebih baik apabila diadakan analisis secara teratur, sehingga akan dapat diketahui pola penyerapan bahan baku tersebut. Dengan analisis ini maka dapat diketahui apakah model peramalan yang digunakan sebagai dasar perkiraan pemakaian bahan ini sesuai dengan pemakaian senyatanya atau tidak. Revisi dari model yang digunakan tentunya akan lebih baik dilaksanakan apabila ternyata model peramalan penyerapan bahan baku yang digunakan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang yang ada.

f. Waktu tunggu
Waktu tunggu merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku tersebut dilaksanakan dengan datangnya bahan baku yang dipesan tersebut. Apabila pemesanan bahan baku yang akan digunakan oleh perusahaan tersebut tidak memperhitungkan waktu tunggu, maka akan terjadi kekurangan bahan baku ( walaupun sudah dipesan ) karena bahan baku tersebut belum datang ke perusahaan. Namun demikian, apabila perusahaan tersebut memperhitungkan waktu tunggu ini lebih dari yang semestinya diperlukan, maka perusahaan yang bersangkutan tersebut akan mengalami penumpukan bahan baku, dan keadaan ini akan merugikan perusahaan yang bersangkutan.

g. Model Pembelian Bahan Baku
Model pembelian bahan baku yang digunakan perusahaan sangat berpengaruh terhadap persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan. Model pembelian yang berbeda akan menghasilkan jumlah pembelian optimal yang beubeda pula. Pemilihan model pembelian yang akan digunakati oleh suatu perusahan akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari persediaan bahan buku untuk masing masing perusahaan yang bersangkutan. Karakteristik masing masing bahan baku yang digunakan dalam perusahaan dapat dijadikan dasar untuk mengadakan pemilihan model pembelian yang sesuai dengan masing-masing bahasa baku dalam perusahaan tersebut. Sampai saat ini, model pembelian yang sering digunakan dalam perusahaan adalah model pembalian dengan kuantitas pembelian yang optimal ( EOQ ).

h. Persediaan Pengaman
Persediaan pengaman untuk menanggulangi kehabisan bahan baku dalam perusahaan, maka diadakan persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman digunakan perusahaan apabila terjadi kekurangan bahan baku, atau keterlambatan datangnya bahan baku yang dibeli oleh perusahaan. Dengan adanya persediaan pengaman maka proses produksi dalam perusahaan akan dapat betjalan tanpa adanya gangguan kehabisan bahan baku, walaupun bahan baku yang dibeli perusahaan tersebut terlambat dari waktu yang diperhitungkan. Persediaan pengaman ini akan diselenggarakan dalam suatu jumlah tertentu, dimana jumlah ini merupakan suatu jumlah tetap di dalam suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya.

i. Pembelian kembali
Dalam melaksanakan pembelian kembali tentunya manajemen yang bersangkutan akan mempertimbangkan panjangnya waktu tunggu yang diperlukan didalam pembelian bahan baku tersebut. Dengan demikian maka pembelian kembali yang dilaksanakan ini akan mendatangkan bahan baku ke dalam gudang dalam waktu yang tepat, sehingga tidak akan terjadi kekeurangan bahan baku karena keterlambatan kedatangan bahan baku tersebut, atau sebaliknya yaitu kelebihan bahan baku dalam gudang karena bahan baku yang dipesan datang terlalu awal.

7. Biaya Biaya Dalam Persediaan
Menurut Ahyari (2003), biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan penyelenggaraan persediaan di dalam suatu perusahaan terdiri dari tiga macam, yaitu biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya tetap persediaan.

a. Biaya Pemesanan
Biaya Pemesanan merupakan biaya-biaya yang terkait langsung dengan kegiatan pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan. Ha1 yang diperhitungkan di dalam biaya pemesanan adalah berapa kali pemesanan dilakukan, dan berapa jumlah unit yang dipesan pada setiap kali pemesanun. Beberapa contoh dari biaya pemesanan antara lain : 
1) Biaya persiapan pembelian
2) Biaya pembuatan faktur
3) Biaya ekspedisi dan administrasi
4) Biaya bongkar bahan yang diperhitungkan untuk setiap kali pembelian
5) Biaya biaya pemesanan lain yang terkait dengan frekuensi pembelian.

Biaya pemesanan ini seringkali disebut sebagai biaya persiapan pembelian, set up cost, procurement cost. Pada prinsipnya biaya pemesanan ini akan diperhitungkan atas dasar frekuensi pembelian yang dilaksanakan dalam perusahaan.

b. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan di dalam perusahaan. Beberapa contoh dari biaya penyimpanan antara lain :
1) Biaya simpan bahan 
2) Biaya asuransi bahan 
3) Biaya kerusakan bahan dalam penyimpanan 
4) Biaya pemeliharaan bahan
5) Biaya pengepakan kembali
6) Biaya modal untuk investasi bahan
7) Biaya kerugian penyimpanan
8) Biaya sewa gudang per satuan unit bahan
9) Risiko tidak terpakainya bahan karena usang
10) Biaya biaya lain yang terikat dengan jumlah bahan yang disimpan dalam perusahaan yang besangkutan.

Biaya penyimpanan semacam ini sering disebut sebagai carrying cost atau holding cost.

c. Biaya Tetap Persediaan

Biaya tetap persediaan adalah seluruh biaya yang timbul karena adanya prsediaan bahan di dalam perusahaan yang tidak terkait baik dengan frekuensi pembelian maupun jumlah unit yang disimpan di dalam perusahaan tersebut. Beberapa contoh dari bisya tetap persediaan antara lain :
1) Biaya sewa gudang per bulan 
2) Gaji penjaga gudang per bulan
3) Biaya bongkar bahan per unit
4) Biaya biaya persediaan lainnya yang tidak terkait dengan frekuensi dan jumlah unit yang disimpan.

3.2 Pengendalian Persediaan Bahan Baku 
1. Pengertian Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Pengendalian bahan baku yang diselenggarakan dalam suatu perusahaan, tentunya diusahakan untuk dapat menunjang kegiatan kegiatan yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Ketarpaduan dari seluruh pelaksanaan kegiatan yang ada dalam perusahaan akan menunjang terciptanya sistem pengendalian bahan baku yang baik dalam suatu perusahaan.

Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting bagi perusahaan, karena persediaan fisik pada perusahaan akan melibatkan investasi yang sangat besar pada pos aktiva lancar. Pelaksanaan fungsi ini akan berhubungan dengan seluruh bagian yang bertujuan agar usaha penjualan dapat intensif serta produksi dan penggunaan sumber daya dapat maksimal.

Istilah pengendalian merupakan penggabungan dari dua pengertian yang sangat erat hubungannya tetapi dari masing-masing pengertian tersebut dapat diartikan sendiri sendiri yaitu perencanaan dan pengawasan. Dua pengertian tersebut saling melengkapi satu sama lain. Pengawasan tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu tidak ada artinya, demikian pula perencanaan tidak menghasilkan sesuatu tanpa adanya pengawasan.

Perencanaan kebutuhan bahan adalah suatu sistem perencanaan yang pertama tama berfokus pada jumlah dan saat barang jadi yang diminta dan kemudian menentukan permintan turunan untuk bahan baku, komponen dan sub perakitan pada setiap tahapan produksi terdahulu. (Horngren, 1992). Sedangkan menurut Widjaja (1996), perencanaan adalah proses untuk memutuskan tindakan apa yang akan diambil di masa yang akan datang.

Pengawasan bahan adalah suatu fungsi terkoordinasi di dalam organisasi yang terus menerus disempurnakan untuk meletakkan pertanggungjawaban atas pengelolaan bahan dan persediaan pada umumnya, serta menyelenggarakan suatu pengendalian internal yang menjamin adanya dokumen dasar pembukuan yang mendukung sahnya suatu transaksi yang berhubungan dengan bahan, pengawasan bahan meliputi pengawasan fisik dan pengawasan nilai atau rupiah bahan ( Supriyono, 1999)

Kegiatan pengawasan persediaan tidak terbatas pada penentuan atas tingkat dan komposisi persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan dan pengawasan atau pelaksanaan pengadaan bahan bahan yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan serta dengan biaya yang serendah rendahnya.

Pengendalian adalah proses manajemen yang memastikan dirinya sendiri sejauh hal itu memungkinkan, bahwa kegiatan yang dijalankan oleh anggota dari suatu organisasi sesuai dengan rencana dan kebijakannya. (Widjaja, 1996). Pengendalian berkisar pada kegiatan memberikan pengamatan, pemantauan, penyelidikan dan pengevaluasian keseluruhan kegiatan manajemen agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.

2. Tujuan Pengendalian Bahan Baku
Menurut Assauri (1998) tujuan pengendalian persediaan dapat diartikan sebagai usaha untuk :
a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga menyebabkan proses produksi 
   terhenti
b. Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya yang berkaitan 
   dengan persediaan dapat ditekan.
c. Menjaga agar pembelian bahan secara kecil kecilan dapat dihindari. 

Tujuan dasar dari pengendalian bahan adalah kemampuan untuk mengirimkan surat pesanan pada saat yang tepat kepada pemasok terbaik untuk memperoleh kuantitas yang tepat pada harga dari kuantitas yang tepat ( Matz, 1994).

Jadi, dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas, pengendalian persediaan dan pengadaan perencanaan bahan baku yang dibutuhkan baik dalam jumlah maupu kualitas yang sesuai dengan kebutuhan untuk produksi serta kapan pesanan dilakukan.

3. Prisip Prinsip Pengendalian 
Menurut Matz ( 1994), sistem dan teknik pengendalian persediaan harus didasarkan pada prinsip-prinsip berikut :
a. Persediaan diciptakan dari pembelian (a) bahan dan suku Cadang, dan (b) tambahan biaya pekerja dan overhead untuk mengolah bahan menjadi barang jadi.

b. Persediaan berkurang melalui penjualan dan kerusakan ataupun penggunaan Perkiraan yang cepat atas skedul penjualan dan produksi merupakan hal yang essential bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan yang efisien.

d. Kebijakan manajemen, yang berupaya menciptakan keseimbangan antara keragaman dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan biaya pemilikan persediaan tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan investasi persediaan.

e. Pemesanan bahan merupakan tanggapan terhadap perkiraan dan penyusunan rencana pengendalian produksi.
f. Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas persediaan atas persediaan 
g. Pengendalian bersifat komparatif dan relatif tidak mutlak.

Oleh karena itu, Matz (1994) berpendapat bahwa pengendalian persediaan yang efektif harus :
a. Menyediakan bahan dan suku cadang yang dibutuhkan bagi operasi yang efisien dan lancar.
b. Menyediakan cukup banyak stock dalam periode kekurangan pasokan (musiman, siklus atau 
    pemogokan), dan mengantisipasi perubahan harga.
c. Menyiapkan bahan dengan waktu dan biaya penanganan yang minimum serta melindunginya dari 
   kebakaran, pencurian, dan kerusakan selama bahan tersebut ditangani.
d. Mengusahakan agar jumlah persediaan yang tidak terpakai, berlebih, atau yang usang sekecil mungkin 
  dengan melaporkan perubahan produk secara sistematik, dimana perubahan tersebut mungkin akan 
  mempengaruhi bahan suku cadang.
e. Menjamin kemandirian persediaan bagi pengiriman yang tepat waktu kepada pelanggan.
f. Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada pada tingkat yang konsisten 
   dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen.

4. Sistem Pengendalian Persediaan
Menurut Sugiri (1995), terdapat dua alternatif sistem pengendalian persediaan, yaitu :

a. Sistem Fisik ( Periodik )
Pada sistem fisik, harga pokok penjualan baru dihitung dan dicatat pada akhir periode akuntansi. Cara yang dilakukan dengan menghitung kuantitas barang yang ada digudang di setiap akhir periode, kemudian mengalikan dengan harga pokok persatuannya. Dengan cara ini, maka jumlahnya baik fisik maupun harga pokoknya, tidak dapat diketahui setiap saat. Konsekuensinya, jumlah barang yang hilang tidak dapat dideteksi denga sistem ini.

b. Sistem Perpectual
Dalam sistem perpectual, perubahan jumlah persediaan dimonitor setiap saat. Caranya adalah dengan menyediakm satu kartu persediaan untuk setiap jenis persediaan. Kartu ini berfungsi sebagai buku pembantu persediaan dan digunakan untuk mencatat mutasi setiap hari.

Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com