Pengertian Perilaku
Pengertian perilaku tidak dapat dilepaskan dari kaitannya
dengan sikap. Sebaliknya dapat dikemukakan bahwa sikap berkaitan dengan tujuan
memahatni kecenderungan-kecenderungan perilaku.
Menurut Gunarsa (1999:38) menvatakan bahwa : “Perilaku
adalah segala sesuatu atau tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai tata/cara
yang ada dalam suatu kelompok”. Berdasarkan pengertian di
atat perilaku itu adalah tindakan-tindakan yang diiakukan oleh siswa sesuai
dengan nilai-nilai norma ataupun nilai yang ada dalam masyarakat yang sudah
ada sebelumnya dalam suatu kelompok sosial masyarakat.
Seorang
anak harus belajar konsep belajar moral yang harus diperhatikan dalam
perilakunya terus-menerus setiap kali ia menemui situasi yang sama. Nlelalui
orang lain maka ia dapat belajar bagairnana tingkah laku yang baik. Orang lain
dalam hat ini adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan yang akan memberikan apa
yang diajarkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan.
Menurut
Kartono (1997:6) menyatakan bahwa : “Perilaku adalah segala aktivitas
perbuatan, penampilan diri yang dilakukan manusia dalam kehidupannya”.
Anak
merupakan salah satu lapisan masyarakat yang merupakan bagian dari generasi
muda sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan bersumber daya manusia
yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat yang khusus, serta
memerlukan pembinaan dan perlindungan dari orang tua maupun guru daiam rangka menjamin
perhambuhan dan perkembangan fisik, mental dan, sosial serta perlindungan dari
segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka.
Sejak
lahir seorang anak sudah mempunyai sifat, seorang anak dapat berbuat sesuatu
adalah dari Iuar dirinya, keluarga dan lingkungan dapat menjadi penentu baik
buruknya tingkah laku seorang anak. Apabila seorang anak mendapt kasih sayang
cukup dari orang tuanya, lingkungan serta mempunyai pendidikan ia akan dapat
berbuat dan berperilaku yang baik.
Sebagai
siswa yang telah menerima dan memperhatikan didikan dari orang tua maupun guru
di sekolah akan dapat berpikir secara dewasa dan berkembang dengan baik
terutama bagi siswa yang telah dibimbing, dibina dan diarahkan oleh gurunya di sekolah
diharapkan dapat perilaku baik sesuai dengan keperibadian siswa.
Bentuk-bentuk
operasional dari perilaku dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) jenis yaitu :
a.
Perilaku dalam bentuk pengetahuan, seperti mengetahui situasi
atau rangsangan dari luar
b.
Perilaku adalah sikap, seperti batin terhadap keadaan atau rangsangan
dari luar dari subjek.
c.
Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkret yang berupa
tindakan terhadap situasi atau rangsangan dari luar.
Dari
pendapat di atas ciapatlah dikatakan bahwa perilaku terjadi karena adanya
proses antara pemikiran dan sikap untuk melakukan tindakan yang diuiginkan.
Menurut Muh. Fawzin (2004:54) perilaku adalah gerakgerik yang berhubungan
dengan aktivitas dalam kehidupan sehari hari seperti bekerja, beriman, berpikir
dan sebagainya dengan perilaku ini kita akan mengenal seseorang, perilaku
terbentuk melalui proses tertentu.
Dari
pendapat di atas ternyata bahwa pembentukan perilaku itu senantiasa berlangsung
dalam interaksi manusia dengan lingkungan pembentukan dipengaruhi oleh beberapa
takor seperti kecerdasan, dorongan atau minat dan objek serta hasil kebudayaan
yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilaku. Faktor-faktor tersebut
akan dapat terpadu menjadi perilaku yang terbentuk, yang dapat diterima oleh individu
itu sendiri dan lingkungannya.
a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Gunarsa
(1993:4t1-44) faktor yang akan mempengaruhi perilaku anak adalah :
1. Lingkungan
Rumah
Orang harus dapat menciptakan suatu keadaan dimana si anak
berkernbang dalam suasana ramah, Was, jujur dan kerjasama yang diperlihatkan
masing-masing anggota keluarga dalam ludup mereka setiap hari sebaliknya sulit
untuk menumbuhkan sikap-sikap yang baik pada anak dikemudian hari, bilamana si
anak tumbuh dan berkembang dalam suasana dunana si anak hidup dalam pertikaian,
pertengkaran antara sesama angota keluarga.
2.
Lingkungan Sekolah
Hubungan
antara murid dengan guru dan murid dengan murid banyak mempengaruhi aspek
kepribadian termasuk perilaku si anak yang memang masih memahami
peraturan-peraturan
3. Lingkungan
Teman Sebaya
Anak
yang bertindak langsung sebagai pemimpin dengan sikapsikap menguasai anak-anak
yang lain akan besar pengaruh terhadap pola-pola sikap atau kepribadian. Maka
lingkungan teman sebaya juga menentukan dalam pembentukan dalam pembentukan
perilaku pada diri anak (siswa).
4. Segi
Keamanan
Perilaku
yang diperlihatkan oleh sianak tidak ditentukan oleh pandainya atau oleh
pengertian atau pengetahuan yang dimiliki anak, melainkan bergantung sepenuhnya
kepada penghayatan nilai-nilai keagamaan dan perilaku dan hubungannya dengan
anak yang lain.
b. Pengaruh Pertumbuhan Fisik Terhadap Perilaku
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia (2002:894) mengatakan bahwa pengaruh adalah suatu
daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk
watak, sikap, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
Pengaruh
adalah suatu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang
ikut membentuk watak, sikap kepercayaan atau perbuatan seseorang. I'ertumbuhan
fisik dapat mempengaruhi perilaku individu, pertumbuhan dari sesuatu (orang
atau benda) yang ikut mernbentuk perbuatan seseorang. Dalam hal moral hubungan
perilaku dari bidang studi PPKn berbeda-beda, perbedaan yang terdapat dalam
perilaku seorang siswa terhadap bidang studi PPKn ini memiliki ciri khas yang
sangat berpengaruh dalam pola prestasi belajar siswa atau moral. Melalui
perilaku yang didasarkan pada bidang studi PPKn siswa memiliki respon untuk memaharni
dan mengamalkan rulai-nilai moral untuk mencapai suatu prestitsi be3ajar siswa.
c. Pengaruh Pengembangan Perilaku
Bermoral
Tambunan (2002:97) menyatakan beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam rangka pengembangan perilaku bermoral anak adalah sebagai berikut :
1. Memperkenalkan nilai moral yang berlaku
dalam masyarakat
Sebagai sumber nilai yang dapat dijadikan pedoman dalam
berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat adalah agama, pandangan hidup bangsa
dan adat istiadat
2. Memperkuat
perilaku alturistis
Perilaku alturistik dapat dikatakan sebagai perilaku yang
suka menolong, membagikan milik sendiri pada orang lain, serta mendahulukan
kepentingan orang banyak dari pada kepentingan sendiri.
3.
Membangkitkan perasaan bersalah
4. Memperkuat
kata hati
Kata
hati merupakan seperangkat nilai moral yang telah menjadi milik anak yang
dijadikan anak untuk memahami baik dan buruk, saiah dan benar.
5. Memberi model
Orang
tua dan guru merupakan sosok model atau contoh panutan yang sangat penting
dalam pengembangan moral anak. Anak akan mencontoh atau meniru perilaku orang
dewasa khususnya orang tua dan gurunya, melalui perilaku yang ditunjukkan oleh
guru PPKn siswa memiliki repon untuk rnemahami nilai-nilai moral yang terdapat
dalam Pancasila.
6. Membenamkan
dan menerapkan disiplin
Beberapa
teknik disiplin yang dapat dilakukan adalah dengan cara :
-
Mencari penyebab kesaiahan berperilaku, guru cenderung untuk
memberitahukan cara-cara berperilaku yang benar dari pada menghukum dalam
memperbaiki perilaku.
-
Teknik disiplin dengan cara induksi, yaitu dengan memberi
penjelasan mengapa abjad dilarang atau diboiehkan melakukan tindakan tertentu.
-
Teknik disiplin dengan cara membangkitkan perasaan sayang
(afeksi) terhadap orang yang menegakkan disiplin.
-
Teknik disiplin dengan penerkan cinta, misalnya guru berkata
"Saya tidak menyayangimu dengan perilakumu yang seperti itu".
7. Orang tua dan guru
senantiasa rnenunjukkan sikap yang penuh kasih, membina situasi emosional yang
bermoral, meningkatkan pandangan moral anak d.alam membina disiplin.
Dalam
kamus Ibesar bahasa Indonesia (2002:754) terdapat keterangan bahwa moral adalah
ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai sikap, perbuatwn kewajiban,
akhlak budi pekerti serta susila.
Dari
keterangan di atas yang menjadi tujuan pendidikan moral itu pada umumnya adalah
:
1.
Pengembangan
kepribadian anak daaa.m aspek mental, emosi dan spritual.
2.
Menanamkan
sikap
agar menjadi warga negara yang
baik bertanggung jawab dan kooperatif.
3.
Mengembangkan
sikap untuk menghargai martabat manusia
4.
Menanamkan
semangat patriotisme dan persatuan bangsa.
5.
Mengembangkan
cara berpikir dan sikap hidup yang demokratis.
6.
Mengembangkan
sikap toleransi dan pengertian terhadap agama kepercayaan yang berbeda-beda.
Dari penjelasan di atas bahwa pengaruh pengembangan
perilaku moral siswa sangatlah penting. Moral siswa adalah suatu sikap yang
sangat diperlukan agar dapat berinteraksi dengan baik antara siswa dengan guruguru
yang ada di sekolah, siswa dengan orang tua dan siswa dengan masy.irakat.
Siswa-siswa yang memiliki moral yang baik pastilah akan
menjadi orang yang bisa diandalkan dan dapat mernberikan suatu contoh yang baik pada saat sekarang ini moral siswa atau sudah banyak rusak disebabkan ketidak adanya perilaku (sikap) yang bermoral maka ini dapat menyebabk:an siswa sering melakukan tindakan tindakan yang melanggar norma-nonna di sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan ketidak adanya moral ini jelas kita lihat bagaimana besarnya pengaruh perilaku siswa terhadap prestasi belajar siswa.
menjadi orang yang bisa diandalkan dan dapat mernberikan suatu contoh yang baik pada saat sekarang ini moral siswa atau sudah banyak rusak disebabkan ketidak adanya perilaku (sikap) yang bermoral maka ini dapat menyebabk:an siswa sering melakukan tindakan tindakan yang melanggar norma-nonna di sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan ketidak adanya moral ini jelas kita lihat bagaimana besarnya pengaruh perilaku siswa terhadap prestasi belajar siswa.
d. Manfaat pemahamaan perilaku bagi profesi bimbingan dan
konseling
Menurut
Susanto A. (1999:7) mengatakan :
1.
Kemudahan untuk rnengenal sifat-sifat dari individu atau anak
didik yang diberi bimbingan aan konseling sehirigga pada akhirnya pelayanan
profesi dapat dengan mudah diberikan.
2.
Pemahaman yang utuh dan menyeluruh terhadap perilaku masing-masing
anak didik yang dibimbing sehingga pada akhirnya guru atau petugas bimbingan
dan konseling di sekolah dapat memberikan pembinaan yang lain jauh dan mendalam
terhadap bakat atau hobi dengan kegemaran anak didik.
3.
Pengenalan sifat anak didik yang dibimbing secara mendalam
sehingga pada akhirnya guru pembimbing dapat mencegah kemungkinan timbulnya
prustasi bagi anak dan pada akhirnya pembelajaran yang berlangsung di sekolah
dapat berjalan dengan baik dan lancar.
4.
Diperoleh pemahaman yang utuh terhadap pribadi anak sehingga
guru pembimbing dapat dengan tepat memperlakukan dan menolong anak didik untuk
mencapai kedewasaan dan tanggung jawabnya sendiri dengan baik.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.