SEJARAH DESAIN INTERIOR
Tidak diketahui
secara pasti darimana sejarah desain interior dimulai. Akan tetapi
dengan begitu banyaknya ditemukan bukti-bukti besar yang menunjukkan keberadaan
dari penerapan ilmu desain interior di sepanjang sejarah peradaban manusia,
maka sejarah desain interior dapat dilacak keberadaannya. Artefak-artefak yang
ditemukan merupakan gambaran riil dari peradaban saat itu. Dari sini terlihat
bahwa setiap kebudayaan memiliki pola perkembangan yang masing-masing berbeda.
Setiap peradaban mengembangkan seni arsitektur, gaya furnitur dan asesoris
ruang berdasarkan ketersediaan bahan di
wilayah geografis masing-masing atau didapatkan dari perdagangan dan
tersedianya tenaga kerja yang murah.
Mesir, Yunani dan Romawi telah mencapai peradaban yang
tinggi pada era kuno (ancient era),
merupakan peradaban yang ditandai dengan adanya kelompok elit, banyaknya sumber
daya manusia yang murah serta memiliki tradisi relijius yang mendorong
timbulnya ketrampilan artistik dan keinginan untuk mendapatkan keabadian/immortality melalui bangunan-bangunan
dan harta bendanya. (Wealle, 1982:199).
Peradaban Mesir, Yunani dan Romawi dapat dijadikan sebagai titik
tolak pada perkembangan desain interior karena karya-karya seni dan desain yang
diciptakan pada masa itu masih sangat mempengaruhi bentuk-bentuk furnitur,
arsitektur dan benda-benda seni pada masa kini.
1. Perkembangan di Mesir
Untuk mengetahui sejarah
perkembangan desain interior dapat dirunut dari perkembangan yang terjadi pada peradaban Mesir Kuno.
Banyak seni tradisi yang berawal dari Mesir karena bangsa Mesir Kuno memiliki
ketrampilan kekriyaan (craftmanship)
tinggi, yang mampu membuat berbagai
produk seni yang indah meski dengan peralatan yang terbatas. Seni inlay pada furnitur merupakan penemuan
yang berharga yang hingga kini tetap digunakan, selain itu orang Mesir adalah
penenun yang handal serta pembuat furnitur
yang hebat, menggunakan sambungan konstruksi yang sampai sekarang lazim
digunakan yaitu konstruksi dovetail, mortise dan tenon. (Aronson, 1965:312).
Tumbuhan yang tumbuh di daerah Mesir waktu itu memberi
inspirasi desain yang diterapkan sebagai motif ornamen, berupa stilasi bunga papyrus,
lotus lili, dan palem, yang disusun secara sistematis dan terkesan kaku.
Istana di Mesir sebagai tempat
tinggal pharoah (Raja Mesir)
berukuran besar, terdiri atas ruang-ruang yang rumit, merupakan suatu ruang
tertutup yang terdiri atas banyak ruang-ruang kecil yang mengelilingi halaman terbuka yang luas. Perhatian utama bangsa Mesir pada kehidupan setelah
mati waktu itu mengakibatkan seni
bangunan tempat tinggal kurang mendapat perhatian, sehingga rumah-rumah
penduduk dan pertokoan pada umumnya hanya berbentuk sederhana, dengan atap
datar dan celah kecil untuk jendela
sebagai jalan masuk sinar matahari.
Interior rumah pada waktu itu hampir sama, yakni terdiri atas ruang publik yang
luas dengan dua atau tiga kamar tidur dan dapur. (Wealle, 1982).
Perhatian pada life
after death membuat konsentrasi yang sangat besar diberikan pada
bangunan-bangunan makam dan kuil.
Piramida, merupakan bangunan makam yang sangat terkenal. Imhotep adalah
seorang arsitek yang membangun piramid yang pertama di Sakkara yang tersusun dari blok-blok batu limestone yang dikaitkan satu sama lain
dengan presisi yang sangat tepat. Meski setelah itu dibangun piramid terbesar
di Gizeh, tapi Imhotep tetap dipuja bagaikan dewa, bahkan hingga berabad-abad
setelah kematiannya. Arsitektur dan interior di dalam piramida menggambarkan
bahwa bangsa Mesir pada saat itu telah memiliki kemampuan teknik yang sangat
hebat.
2. Perkembangan di Yunani (
650-30 B.C.)
Seni di Yunani merupakan bagian dari jiwa. Keindahan
diujudkan dengan proporsi yang indah dan
garis-garis yang lembut. Arsitektur Yunani hampir seluruhnya difokuskan pada
bangunan kuil dan bangunan umum (public
bulding). Hampir seluruh aspek kehidupan orang Yunani pada saat itu baik di
bidang seni, arsitektur maupun kepustakaan, memiliki kepentingan relijius,
bahkan kegiatan sekuler seperti teater dan Olympic
Games pun dikembangkan dari suatu
upacara sakral.
Perkembangan desain di Yunani pada saat itu dipengaruhi
oleh bentuk-bentuk dan ornamen dari Mesir, akan tetapi bangsa Yunani dengan
cepat dapat menyempurnakan bentuk-bentuk kaku dari pengaruh Mesir tersebut dan menemukan bentuknya sendiri.
Pengaruh desain, seni dan arsitektur pada masa
peradaban Yunani tersebar secara
lebih luas dibanding peradaban yang
lain, misalnya seni patung, motif dan elemen-elemen arstitektur Yunani
dijadikan acuan hingga berabad-abad kemudian, bahkan hingga saat ini.
Bentuk-bentuk kolom: Doric, Ionic dan
Corinthian yang terkenal dengan
sebutan Three Greek Orders of
Column, merupakan bentuk asli Yunani yang pertama kali
ditemukan oleh Vitruvius, yang hingga kini masih sangat populer dan digemari
dan selain diterapkan pada elemen arsitektural juga pada furnitur. (Aronson,
1965:327).
Furnitur terkenal yang dihasilkan pada jaman Yunani Kuno
adalah Klismos Chair, sebuah kursi
berbentuk lengkung yang mengalir lembut, dengan sandaran punggung sesuai
lengkungan punggung manusia. ( Wealle, 1982). Ada beberapa jenis furnitur di
Yunani yang menggunakan bentuk lengkung
Klismos ini, seperti Greek bed with Klismos
back (tempat tidur Yunani dengan sandaran Klismos). Kursi dengan sandaran
punggung Klismos biasanya hanya dimiliki oleh orang kaya dan bangsawan,
sedangkan yang digunakan oleh rakyat jelata di rumahnya adalah sejenis kursi
tanpa sandaran punggung, disebut diphros/
stool.
3. Perkembangan di Romawi
(753 B.C.- 365 A.D)
Bangsa Romawi Kuno adalah bangsa yang aktif, agresif dan
mencintai kekuatan, kekuasaan, kemewahan dan kenyamanan. Sangat berbeda dengan
Yunani dan Mesir, Bangsa Romawi adalah bangsa yang praktis, yang tidak hanya
memikirkan untuk membuat kuil dan kuburan, tapi lebih banyak membuat kebutuhan
duniawi seperti forum (civic centre),
lengkung/monumen kemenangan, pemandian umum/thermae,
bahkan juga saluran air/aqua duct.
(Soedarso Sp, 2007).
Kemajuan Romawi di bidang interor dan arsitektur selain dapat dilihat
dari kemegahan dan kemewahan bangunan-bangunannya juga dari sistem
peratapannya yang sangat hebat,
merupakan kombinasi antara lengkung sejati (true
vault) dan lengkung silang (cross
barrel vault). Struktur cross vault
yang dimulai di jaman Romawi berbuah luar biasa di jaman Gotik. Karena
kehebatan konstruksinya, gereja Gotik berani membuka clerestory berdinding kaca sehingga menjadi terang.
Rumah bangsa Romawi memiliki interior yang mengikuti pola
umum yang berlaku saat itu, yang dibagi menjadi beberapa bagian, yakni atrium sebagai central hall di dalam rumah yang memiliki bukaan atap berukuran
besar (disebut compluvium) dimana
sinar matahari dapat masuk untuk menerangi bagian dalam rumah dan air hujan
dibiarkan masuk yang kemudian ditangkap oleh kolam yang terletak dibagian
tengah ruang (disebut impluvium).
Tamu memasuki atrium melalui selasar
yang biasanya berhiaskan mozaik pada lantainya. Tablium merupakan ruang suci yang terletak di ujung atrium. (Wealle, 1982:207).
4. Perkembangan di Jaman
Renaissance (1400 – 1650 M )
Perkembangan utama dalam sejarah desain interior dapat
dilihat pada jaman Renaissance Itali, dimana seluruh kegiatan seni mencapai
puncak kejayaan didukung oleh kaum
bangsawan dan orang kaya mendukung perkembangan seni dengan kekayaannya.
(Wealle, 1982:215).
Axel von Saldem (1987) pada riset sejarah desain yang dilakukannya
menemukan bahwa pada akhir abad ke -16 di Itali terdapat kata “ designo esterno” (karya yang sudah
terlaksana). Saat itulah desain interior dan dekorasi
interior mulai mendapatkan peran yang khusus sehingga ada dugaan bahwa sejarah
desain interior dimulai dari jaman Renaissance Italia.
Saat itu dibangun
istana –istana yang mewah dengan furnitur yang diukir dengan motif yang sangat
indah dan rumit. Di Itali pada saat itu terdapat dua kelas sosial, yakni kelas
bangsawan yang kaya dan dan petani yang miskin. Kaum petani tidak terpengaruh
oleh perkembangan desain, karena desain baru yang indah dan mewah hanya
peruntukkan bagi orang kaya saja. Hingga jaman itu, segala sesuatu yang indah
tetap hanya bisa dimiliki kaum bangsawan, jauh di luar jangkauan rakyat
kebanyakan. Abad ke-17 dan ke-18
merupakan periode desain interior
di Itali dan Prancis.
5. Revolusi Industri
Desain interior mulai berkembang dan lebih terjangkau /accessible untuk masyarakat umum setelah
terjadi Revolusi Industri, yang pada saat itu selain banyak diproduksi
produk-produk untuk kebutuhan rumah dengan harga yang lebih murah sehingga
dapat terjangkau oleh semua kalangan, juga mendorong munculnya Revolusi Ekonomi di Amerika, yang membuat
golongan masyarakat menengah ke atas
menjadi kaya dan memiliki uang yang berlebihan, sehingga muncul
kebutuhan dan keinginan untuk memperindah rumahnya. Saat itu juga mulai banyak
bermunculan majalah yang membahas masalah gaya desain interior yang baru serta
mulai timbul kebutuhan manusia untuk mengkonsultasikan ide-ide
dalam penataan rumah dan perabotnya. Hal ini mendorong berkembangnya
industri desain interior.
Ada ribuan orang yang kemudian menjadi profesional dalam
mendesain rumah maupun bangunan kantor maupun orang-orang yang melakukan
kegiatan perancangan ruang sebagai hobi dan memberikan konsultasi gratis atau
mengisi waktunya dengan mendekorasi rumahnya sendiri.
Sejarah desain interior mencatat begitu banyak kesuksesan
yang dicapai oleh para pelopor desainer interior. Secara umum mereka
mendapatkan keuntungan dari pembelian bahan
dari biaya desain secara keseluruhan serta mendapatkan fee untuk pelayanan jasa desain yang
mereka berikan.
C. SEJARAH DEKORASI INTERIOR
Keberadaan Dekorator interior diperkirakan mulai muncul pada tahun 1720 di
Eropa Barat. Dekorator interior yang terkenal pada masa itu adalah William
Kent, yang meskipun profesi utamanya adalah pelukis, tapi ia juga mengerjakan
pekerjaan dekorasi meliputi pemilihan furnitur, warna ruang maupun elemen estetis ruang seperti lukisan
dan hiasan lainnya.
Di London, pekerjaan dekorasi interior juga dikerjakan oleh
upholsterer (orang yang bekerja di
bidang pelapisan kursi maupun dinding), sementara di Paris dilakukan oleh ‘marchand-mercier’/ merchant of goods ,
yaitu pedagang furnitur yang sekaligus berperan sebagai kontraktor umum. Marchand-mercier yang terkenal saat itu
adalah Dominique Daguerre. Para arsitek di Inggris dan benua Eropa juga
berperan ganda menjadi dekorator interior, contohnya Robert Adam, seorang
arsitek neoklasik, yang terkenal pada akhir abad ke-18 sebagai arsitek yang
mengerjakan pekerjaan dekorasi interior. Hal ini disebabkan karena keahlian
mendekorasi ruang juga merupakan salah satu bidang keahlian dari seorang arsitek.
(http://interiordesignhistory.com).
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.