Konsep Ideologi : Dalam pengertian umum ideologi sering dihubungkan dengan suku kata isme yang melekat pada akhir suatu suku kata, seperti komunisme, liberalisme, otoritarianisme yang berarti menunjukan subyek ideologi dari suku kata depannya. Secara etimologis ideologi berasal dari dua suku kata yaitu idea dan logos, yang berarti aturan atau hukum tentang idea (Takwin,2003:8). Tentang idea, secara philosofis dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles. Plato memisahkan dunia idea yang ada dalam jiwa dengan dunia fisik atau badan. Kebenaran sejati adanya di dunia idea. Kebaikan di dunia fisik merupakan tiruan dari kebaikan di dunia idea, sehingga benda tiruan bersifat maya dan fana sedangkan dunia idea sifatnya abadi dan kekal. Jika ingin mengetahui suatu kebenaran dilakukan proses anamnesis atau proses pengingat kembali pengetahuan mengenai kebenaran yang sudah ada dalam jiwa. Menurut pengertian Plato, ideologi merupakan kebenaran sejati sebagai ideologi dalam pengertian positif (Takwin, 2003,10).
Aristetoles ( Takwin,2003:11,14) memiliki paham berbeda dengan Plato tentang hubungan dunia idea dan fisik yang terpisah, bagi Aristoteles badan jiwa tidak dalam kondisi yang terpisahkan, keduanya menyatu sebagai sebuah substansi yang mewakili badan dan jiwa. Hubungan keduanya disebut dengan hylemorphisme, yang mempunyai makna bahwa segala sesuatu dalam alam semesta terdiri dari materi (hyle) dan bentuk (morphe) sehingga manusia sebagai bagian dari alam semesta terdiri dari badan sebagai materi jiwa merupakan bentuk atau forma. Jiwa yang menurut konsep Plato merupakan sumber kebenaran sejati atau dunia idea, oleh Ariestotles disebut idea yaitu merupakan representasi mental yang ada dalam benak manusia dan dibentuk dari kenyataan melalui panca indra. Jadi menurut Aristoteles, pengetahuan diperoleh dari alam semensta melalui proses indrawi yang kemudian diolah menjadi idea. Kebenaran yang menjadi sebuah ide kualitasnya ditentukan oleh proses indrawi yang disebut proses logika. Pengetahuan yang diperoleh dari proses logika yang salah akan menghasikan idea yang salah. Dalam pandangan Ariestoteles Ideologi dipandang sebagai hasil dari proses pengolahan informasi yang ditangkap oleh indera manusia bisa negatif dan bisa positif.
Pemikir lain Sigmund Freud (Takwin, 2003:14) yang membagi proses psikis manusia terdiri dari wilayah kesadaran dan ketidaksadaran dimana kepribadian dan tingkahlaku manusia lebih banyak dipengaruhi oleh wilayah ketidaksadaran daripada wilayah kesadaran. Dalam pandangan Freud tersebut, manusia sering melakukan tindakan yang tidak rasional, tidak didasari motif dasarnya dan lebih bersifat instingkif. Dengan demikian manusia memiliki ideologi individual yang sering melakukan tindakan-tindakan yang irasional. Ideologi mengandung pengetahuan-pengetahuan yang irasional mengarahkan manusia melakukan tindakan-tidakan yang tidak rasional.
Menurut pemikiran Marxis (Chandler,www ) bahwa kesadaran ditentukan oleh kehidupan manusia. Ideologi merupakan faktor fungsi dari kelas masyarakat, sehingga ideologi dominan ditentukan oleh kelas masyarakat dominan. Ideologi sengaja dibuat oleh kekuasaan dominan sebagian sebuah kesadaran palsu untuk mempengaruhi kelompok yang akan dikuasainya (kaum proletar). Dalam konsep Marx, mereka yang dominan adalah golongan kapitalis. Kesadaran palsu, dibentuk dari hasil proses pengalaman yang memberikan input negatif sehingga hasilnya negatif. Dalam pandangan Freud (Takwin,2003) kesadaran palsu tersebut sebagai produk dari wilayah ketidaksadaran dari psikis manusia. Dalam konsep ini kesadaran palsu yang diamksud Marx tersebut, berupa kesadaran palsu yang ditanamkan oleh kaum borjuasi terhadap kaum proletar. Iklim yang diciptakan menjadi input pengalaman sebagai bagian dari proses perumusan ideologi, yang tentunya negatif, karena kaum proletar tidak akan pernah mengalaminya
George Lukacs (Takwin,2003:16) melihat ideologi sebagai keasadaran kelas yang diperjuangkan. Bagi Lukacs Ideologi merupakan sekumpulan pengetahuan yang dipercayai oleh suatu kelas sosial, sehingga setiap kesadaran kelas menjadi ideologis. Dengan demikian kesadaran dalam konsep Lukas merupakan kesadaran yang aktif, yang juga dipahami oleh Antonio Gramcy. Bagi Gramcy, penguasaan Negara terhadap rakyat tidak selalu dengan pemaksaan tetapi juga bisa melalui tindakan persuasif,dengan proses penguasaan kesadaran sehingga sasaran tidak sadar bahwa dirinya dikuasai. Penguasaan ini disebut hegemoni sebagai bentuk ideologi yang posisinya semakin meluas dan dominan, sehingga cakupan hegemoni lebih luas tidak terbatas pada satu kelas.
Dalam pandangan struktuaralisme, pemikiran manusia merupakan produk dari struktur . Althusser (Takwin,2003:15) yang termasuk dalam kelompok strukturalis menjelaskan bahwa sejak lahir manusia sudah dipengaruhi oleh struktur, mulai dari struktur keluarga, lingkungan, masyarakat dan keluarga. Pikiran manusia dengan demikian secara tidak disadari dipengaruhi oleh berbagai struktur yang dialami sejak awal hidupnya, dan bukan semata atas dasar realitas yang objektif. Pemahaman mengenai realitas telah terdistorsi oleh struktur yang dialaminya, sebagai “kesadaran palsu”, Dengan demikian Ideologi secara tidak sadar telah terbentuk dalam setiap diri manusia. Dalam pandangan Althusser, maka kedasadaran palsu yang dimiliki oleh kaum buruh tadi diperjuangkan untuk dikembalikan, dari sisi pandangan Althusser, apa saja yang dimiliki oleh kaum buruh merupakan bagian dari proses pengalamannya Jadi yang penting ialah bagaimana memberdayakan ideologi yang dimilikinya untuk mengembangkan diri manusia.
Berbeda dengan Marxis, Althusser (Chandler,www ) berpedapat bahwa Ideologi merupakan medium dimana kita mengalami berbagai realitas yang ada di dunia. Althuser menekankan pada anti pengurangan (reducionism) dan mematerialkan ideologi. Artinya ia menolak pengertian ideology sebagai kesadaran palsu dan mengangggap ideologi sebagai sebuah realitas. Hal ini didasarkan pada proses terbentuknya ideologi yang berlangsung sepanjang proses pengalaman. Ideologi merupakan sebuah representasi imajiner antara individu dengan proses pengalaman yang melahirkan individu tersebut (Althusser,1984:39) .)Setiap orang, setiap organisasi atau lembaga memiliki ideologi, yang direperesntasikan dari sepanjang proses yang melairkan individu, lembaga atau organisasi tersebut.
Volosinov (Chandler,www, Takwin,2003:103) memiliki pandangan yang menggabung keduanya, ideologi bukan dilahirkan dari proses pengalaman dan bukan juga ditentukan oleh kelas dominan masyarakat. Sebagaimana Marxis, ideologi dibentuk namun merupakan hasil pertukaran (share) diantara anggota kelompok. Hasil perbincangan di bidang ekonomi. Sistem penandaan yang melahirkan ruang persebaran ideologi yang diproduksi dari kesadaran agen sosial . Pemikir dari Rusia tersebut, memasuki konsep Ideologi dalam ranah bahasa dimana ideologi merupakan internalisasi kata-kata yang termuat dalam bahasa. Kesadaran hanya dapat muncul dalam wadah material yaitu bahasa yang tidak hanya cerminan dari realitas tapi menjadi satu dengan realitas yang ditandainya. Dalam kaitan ini dengan logika semiotik Marx, ideologi sebagai kumpulan penanda yang digunakan oleh kelas dominan untuk memenangkan kepentingannya. Pemikiran volosinov kemudian diteruskan oleh pemikir lainnya antara lain Roland Barthes sebagai pemikir Post Strukturalis yang mengkritisi pemikiran Suassure, tentang Langue (paradigma, pondasi, forma) diatas parole (ujaran, tulisan), serta setiap individu merupakan produk dari struktur. Kekakuan ini dikritik oleh Roaland Bartes, dengan menunjukan bahwa memusatkan pada struktur mengangap parole atau individu bersifat pasif tergantung pada struktur yang dalam kenyataannya tidak demikian tetapi dinamis. Apabila makna yang terbentuk dari denotative ke konotatif kemudian menetap dan meluas maka oleh Barthes disebut mitos. Dengan demikian mitos berkembang menjadi ideologi setelah tersebar secara konvensi dari satu wilayah dan pemaknaanya melampaui daya individual.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.