Hakikat belajar : Belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyanti dan Mujiono (2006:7) mengemukakan bahwa siswa adalah : “penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan”.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu penilaian tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan yang terjadi
dalam diri seseorang adalah banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu
sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan berubahan
dalam arti belajar. Pengertian belajar dapat didefenisikan sebagai berikut ;
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain
sebagainya gagne (dalam Dimanti 2006:10) mengatakan bahwa ”belajar meruapakan
kegiatan yang kompleks”. Hasil belajar berupa kapilitas stimulasi yang berasal
dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Dengan demikian
belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi
lingkungan melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.
Selanjutnya slameto (2003:2) mengatakan bahwa : “belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkunganya“.
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa belajar merupakan
suatu perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai akibat dari aktifitas
mental yang dilakukan seseorang yang berlangsung dalam interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan tingkah laku meliputi perubahan sikap, pengetahuan, keterampilan,
pemahaman dan perubahan lainnya.
Slameto (2003:3) mengemukakan 6 ciri-ciri perubahan
tingkah laku di dalam belajar yaitu: “a) Perubahan terjadi secara sadar, b) Perubahan belajar
bersifat kontinu dan fungsional, c) Perubahan belajar bersifat positif dan
aktif, d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, e) Perubahan dalam
belajar bertujuan dan terarah, f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku”.
Sardiman A.M. (1989:25)
menjelaskan ada 3 jenis tujuan belajar yaitu :
“1.Untuk mendapatkan
pengetahuan Hal ini ditandai dengan
kemampuan berfikir. Memiliki pengetahuan dan keterampilan berfikir sebagai yang
tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan
berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya
pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kedenderungan lebih besar
perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai
pengajar lebih menonjol. 2. Penanaman Konsep dan Keterampilan Penanaman konsep
atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan jasmaniah adalah
keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada
keterampilan gerak / penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang
belajar. Sedangkan keterampilan rohaniah lebih rumit, dilihat bagiamana ujung
pangkalannya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan penghayatan dan
keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan
suatu masalah atau konsep. 3. Pembentukan Sikap Dalam menumbuhkan sikap mental,
prilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak hati-hati dalam
pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan
berfikir dengann tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh
atau model. Pembentukan sikap mental dan prilaku anak didik, tidak akan
terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu, guru tidak sekedar
”Pengajar:”, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan
nilai-nilai itu kepada anak didiknya”.
Maka dapat dipahami, belajar sebagai suatu proses mental
yang terjadi dalam benak seseorang yang melibatkan kegiatan (proses) berfikir,
dan terjadi melalui pengalaman-pengalaman belajar yang didapat oleh orng yang
belajar dan reaksi-reaksi terhadap lingkungan dimana individu berada, sehingga
terjadi perubahan prilaku di dalam individu yang belajar. perubahan-perubahan
yang dimaksud adalah bersifat positif atau lebih dari sebelumnya.
Sardiman AM. (1986:20) mengatakan bahwa : “belajar adalah
merupakan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Dan juga
belajar itu akan lebih baik kalau subjek belajar itu mengalami atau
melakukannya, jadi bersifat verbalistik”.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa belajar adalah usaha
mengubah tingkah laku dan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang
belajar perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan.
Akan tetapi juga berkecakapan keterampilan, sikap, pengertian harga diri,
minat, watak, penyesuaian diri.
2.1.2
Pengertian Hasil
Belajar
Keberhasilan proses belajar sangat berpengaruh oleh guru
yang mengajar, guru hendaknya menyiapkan
pembelajaran yang menyenangkan dan mengasyikkan bagi siswa. Sebelum itu guru
harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien,
menganai pada tujuan yang diharapkan.
Kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar adalah
indikator strategi keberhasilan pelaksanaan suatu sistem kurikulum sebagai
tolak ukur tinggi rendahnya mutu pendidikan yang dapat dilihat dar tinggi
rendahnya prestasi belajar siswa. Untuk lebih jelasnya yang dimaksud dengan
hasil belajar seperti yang dikemukakan oleh Dimyanti dan Mudjiono (2006:3)
bahwa : ”Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar”. Selanjutnya hasil belajar dapat juga diartikan sebagai suatu
kemampuan seorang dalam mencapai tujuan belajar. Menurut Abdul Rahman (2003 :
40) menyatakan :
“Hasil belajar juga
dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan awal anak tentang materi yang akan
dipelajari ”ini berarti bahwa guru menetapkan tujuan belajar sesuai dengan
kapasitas inteligensi anak, dan pencapaian tujuan belajar perlu menggunakan
bahan apersepsi, yaitu bahan yang telah dikuasai anak sebagai batu loncatan
untuk menguasai bahan pelajaran”.
Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli
mengenai hasil belajar, maka dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah hasil
yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata
pelajaran berupa data kuantitatif. Nana Sudjana (1995:30) mengatakan bahwa :
“Untuk melihat hasil
belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk
mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi apa belum. Penilaian
proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran”.
Nana
Sudjana (1995:4) menjelaskan bahwa penilaian berfugnsi sebagai :
1. Alat untuk mengatahui terdapai
tindaknya tujuan instruksional 2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar
mengajar 3. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para
orang tuanya.
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang menetap diperoleh dengan melakukan proses
pembelajaran yang direncanakan. Hasil belajar akan dicapai karena siswa telah
melakukan tes belajar
Hasilnya siswa dapat dilihat dari hasil nilai ulangan
harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub sumatif), dan nilai
ulangan semester (sumatif). Dalam penilaian tindakan kelas ini, yang dimaksud
dengan hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh
siswa dalam mata pelajaran. Pengetahuan Sosial. Ulangan harian dilakukan setiap
selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu.
Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawa para peserta
didik, dan tugas-tugas berstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang
dibahas. Menurut Suryabrata (2001 : 23) ”Hasil belajar merupakan penilaian
usaha kegiatan, hasil belajar dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun
kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai setiap anak dalam periode
tertentu”.
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagaimana dikemukakan M. Ngalim
Purwanto yaitu :
“a. Faktor yang
terdapat pada diri organisme itu sendiri yang disebut dengan faktor individual
yakni faktor kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. b.
Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut dengan faktor sendiri yakni
keluarga, guru, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan”.
Berdasarkan penjelasan diatas dinyatakan bahwa faktor
mempengaruhi belajar adalah merupakan tingkah laku pribadi seseorang
berdasarkan faktor internal dan faktor eksteranal. Perubahan perilaku yang
dimaksud adalah kemampuan siswa dalam memahami proses dan menggambarkan
penguasaan bahan dalam proses belajar yang diperoleh dari tes yang dilaksanakan
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Secara psikologis belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan tersebut akan
dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.
2.1.4. Pengertian Alat Peraga
(Http:wikipedia.pendidikan.net.com./2009/11) Alat peraga
adalah (benda) yang digunakn untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau
prosedur tertentu agar tampak lebih nyata konkrit. Tanpa alat sukar dipercaya
untuk tercapainya tujuan yang diharapkan di suatu lembaga pendidikan.
2.1.5. Macam-Macam Alat Peraga
Ada
2 macam peraga sebagai barikut :
- Alat peraga langsung : memperhatikan bendanya sendiri, mengadakan percobaan –percobaan yang dapat diamati didik. Misalnya guru membawa alat-alat atau benda-benda kedalam kelas pengajaran dan ditunjukkan kepada peserta didik atau membawa mereka kelaboratorium, pabrik-pabrik, kebun binatang dan sebagainya.
- Alat peraga tak langsung : dengan menunjukkan benda-benda tiruan. Misalnya gambar-gambar, foto-foto, film dan sebagainya
2.1.6. Fungsi Alat Peraga
Fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuau
yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, sehingga nampak jelas dan dapat
menimbulkan pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang.
Ada lima fungsi pokok dari alat peraga dalam proses
belajar mengajar yang dikemukkan oleh Nana Sudjana (2002:99-100). Dasar-dasar
proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :
“a.) Penggunaan alat
peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi
mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar
mengajar yang efektif , b) Penggunaan
alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar,
c) Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi
pelajaran, d) Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau
bukan sekedar perlengkapan, e) Alat peraga dalam pengajaran lebih dituamakan
untuk mepercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa menangkap
pengertian yang diberikan guru. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran
diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar”
Menurut penjelasan diatas dapat dipahami fungsi pokok
alat peraga dalam proses belajar mengajar adalah alat bantu tersendiri dapat
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif dan untuk mempertinggi mutu
belajar.
Disamping lima fungsi diatas, penggunaan alat peraga juga
mempunyai nilai-nilai. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata
untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme. Dengan
peraga dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. Dengan peraga
dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar
bertambah mantap, memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa, menumbuh pemikiran dan membantu
berkembangnya kemampuan berbahasa, memberikan pengalaman yang tidak mudah
diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisien dan pengalaman
belajar yang lebih sempurna.
Menurut Ruseffendi (1993:227) bahwa ada beberapa fungsi
alat peraga dalam pengajaran sains yaitu :
“1.Dengan adanya alat
peraga anak-anak akan lebih banyak mengikut pelajaran sains dengan gembira,
sehingga minat dalam mempelajari sains semakin besar, 2 dengan disajikan konsep
abstrak sains dalam bentuk kongkrit maka siswa pada tingkat-tingkat yang leih
rendah akan leih mudah memahami dan mengerti dan, 3, konsep-konsep abstrak yang
disajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model sains dapat dijadikan
objek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk penelitian”.
Dari pendapat diatas, dapat di pahami fungsi alat peraga
adalah :
1. Agar anak lebih besar minat
belajarnya. 2. Untuk membantu daya fikir anak agar lebih mengerti dan lebih
besar daya ingatnya. 3. Agar anak dapat melihat hubungan ilmu yang dipelajari
dengan alam sekitarnya dan masyarakat.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa penggunaan alat peraga
dalam pembelajaran sains sangat penting untuk memberikan penguatan, kemudahan
pemahaman materi pelajaran, dan untuk lebih melekatkan pelajaran dalam pola
pikir dan tindakan siswa. Oleh karena itu diperlukan pola kemampuan guru untuk
membuat dan memilikh alat peraga yang tepat dan sesuai dengan materi yang
diajarkan.
Fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan suatu
yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, sehingga nampak jelas dan dapat
menimbulkan pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang.
2.1.7. Manfaat Alat Peraga Dalam Sains
(http:handono-eksak.blongspot.com/2007/12/ kata sains.
Secara terperinci, manfaat alat peraga antara lain sebagai berikut :
“a. Menimbulkan
minat sasaran pendidikan, b) mencapai sasaran yang lebih banyak, c) membantu
mengatasi hambatan bahasa, d) merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan
pesan-pesan kesehatan, e) membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih
banyak dan cepat, f) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan
yang diterima kepada orang lain, g) mempermudah penerimaan informasi oleh
sasaran pendidikan, i) mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian leih
mendalam dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, j) Membantu
menegakkan pengertian yang diperoleh”.
Dari
penjelasan diatas dapat di pahamai bahwa manfaat alat peraga dapat mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran
pendidikan atau pelaku pendidikan dan mendorong keinginan untuk mengetahui
kemudian lebih mendalam.
2.1.8. Hakikat Sains
. Sains adalah suatu penemuan aspek dari lingkungan
sekitar, yang dapat kita nilai dari data hasil penelitian.
Harlen (dalam Bundu 2006:10) mengemukakan tiga
karaktristik utama sains yakni :
“Pertama, memandang
bahwa setiaporang mempunyai kewenangan untuk menguji vadilitas (kesahihan)
prinsip dan teori ilmiah. Meskipun kelihatannya logis dan dapat dijelaskan
secara hipotesis, teori dan prinsip hanya berguna jika sesuai dengan kenyataan
yang ada. Kedua, memberi pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang
diobservasi yang memungkinkan penyusunan prodiksi sebelum sampai pada
kesimpulan. Teori yang disusun harus didukung oleh fakta-fakta dan data yang
teruji kebenarannya. Ketiga, memberi makna bahwa teori sains bukanlah
kebenarannya yang akhir tetapi akan berubah atas dasar perangkat pendukung
teori tersebut. Hal ini memberi penekanan pada kreativitas dan gagasan tentang
perubahan yang telah lalu dan kemungkinan perubahan dimasa depan, serta
pengertian tentang perubahan itu sendiri”.
Menurut penjelasan diatas karakteristik utama sains yakni
adalah hubungan antara fakta-fakta yang diobeservasi yang penyusunannya
prediksi sebelum sampai pada kesimpulan.
2.1.9. Sains di Sekolah Dasar
Sains adalah pengetahuan yang rasional dan objektif
tentang alam semesta dengan segala isinya. Menurut pendapat Nash (Hendro
1963:3-4) bahwa : “sains itu suatu catatan metode untuk mengamati alam dunia
bersifat analisis lengkap, cermat serta menghubungkan satu fenomena dengan
fenomena yang lain. Sehingga keseluruhannya membentuk suatu perseptif yang baru
tentang objek yang diamatinya”.
Berdasarkan pendapat diatas sains adalah ilmu pengetahuan
yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.
2.1.10. Prinsi-Prinsip belajar Sains
Seorang
ahli pengajaran sains Jonhs Richardson (1993:12): “Menyarankan digunakan prinsip
dalam proses belajar mengajar suatu pengajaran sains dapat berhasil. Prinsip
itu adalah prinsip motivasi, prinsip multi saluran, penemuan, prinsip
Tutolaritas, prinsip perbedaan individual”.
Menurut defenisi diatas maka dapat dipahami prinsip
–prinsip belajar sains adalah proses belajar mengajar dapat memecahkan berbagai
masalah yang dihadapinya.
2.1.11. Sains Sebagai Pemupuk Sikap Ilmiah
Menurut Wynne Harlen (hendro
1993:07) mengemukakan bahwa :
“Ada sembilan aspek
sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD yaitu sikap ingin tahu,
sikap ingin mendapatkan yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asah,
sikap tidak terprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap
berpikir bebas, sikap kedisiplinan diri”.
Menurut defenisi diatas maka dapat dipahami sikap ilmiah
yang dapat dikembangkan pada anak usia SD dapat berpikir secara logis dan
sistematis dan akan selalu berguna sepanjang hidupnya dan dapat menolong dan
meningkatkan kualitas hidup manusia.
Menurut Bundu (2003:13) tujuan mempelajari sains di
sekolah adalah sebagai berikut :
“1). meningkatkan keyakinan
terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan ciptaannya, 2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam
gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat, 4) Melakukan inkuri ilmiah untuk
menmbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi
dan, 5) Meningkatkan kesadaran untuk berpedan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam”.
Sesuai dengan pendapat diatas dapat di pahami bahwa
tujuan mempelajari sains di sekolah dapat mengembangkan pemahaman tentang
berbagai macam segala alam dan mengembangkan rasa ingin tahu.
Menurut
Anna Poedjiadi (2005:84) tujuan menghubungkan pendekatan antara sains dan
teknologi yang terkait dengan kegunaannya dimasyarakat antara lain adalah :
“Untuk meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar dan memperluas wawasan peserta didik dan dapat
mengantarkan peserta didik menguasai konsep-konsep dalam bidang studi yang
telah diajarkan dan dapat membekali dengan kreatifitas kemampuan berpikir
kritis peduli terhadap lingkungan sehingga mau melakukan tindakan nyata apabila
ada masalah yang dihadapi dilua kelas”.
Menurut pendapat diatas maka dapat dipahami mengaitkan
pembelajaran sain dengan teknologi masyarakat serta kegunaannya dan kebutuhan
masyarakat dan konsep-konsep yang telah dipelajari dan dikuasai peserta didik
diharapkan dapat bermanfaat bagi dirinya.
2.1.12. Model Perubahan Energi Gerak Akibat Pengaruh
Udara
Penguasaan ilmu pengetahuan akan lebih berguna jika kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tentang perubahan energi
gerak akibat pengaruh udara dapat dimanfaatkan untuk membuat mainan yang
menarik. Sedangkan pengetahuan tentang perubahan energi bunyi dapat
dimanfaatkan untuk membuat alat musik. Pernahkan kamu melihat parasut dan
pesawat tentang? Saat melihat benda-benda tersebut, tindakan kamu berpikir
untuk mencobat menaiki atau mungkin membuatnya? Oleh karena itu, belajarlah
yang rajin dan latihlah keterampilanmu sehingga kelak dapat menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia. Sedangkan permulaan, coba buatlah
parasut dan pesawat berikut!
2.2.
Kerangka Konseptual
Hasil belajar yang dicapai siswa dengan menggunakan alat
peraga dalam mengajar jauh lebih baik hasil belajarnya jika dibanding dengan
siswa yang diajar dengan pradigma lama. Sebab siswa-siswa yang diajar dengan
menggunakan alat peraga lebih mudah memahami penyajian materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Karenanya keterampilan guru dalam penggunaan alat peraga
dalam proses pembelajaran sangat berguna bagi pertumbuhan alat intelektual
anak.
Alat peraga merupakan alat-alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran dalam penggunaannya
alat peraga disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada. Semakin
banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan
semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain
alat peraga ini dimaksudkan untuk mengarahkan siswa kepada suatu objek sehingga
mempermudah siswa dalam memahami isi materi yang disampaikan oleh guru.
Dengan demikian penggunaan alat peraga merupakan unsur
yang sangat mendukung dalam hasil belajar sains di sekolah. Khususnya pada
pokok bahasan model perubahan energi. Dimana dengan mudah sehingga siswa lebih
mudah menyerap materi pembelajaran yang disampaikan.
Dalam hal penelitian ini adalah hasil belajar yang
diperoleh siswa di sekolah yang juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
lebih mencintai alam sekitar dan berpikir positif tentang sains.
2.3. Hipotesis
Menurut Wardani : Hipotesis tindakan merupakan suatu
perkiraan tentang yang diduga dapat menggaris permasalahan yang ada dalam
penelitian ini yang menjadi hipotesis tindakannya adalah : Dengan menggunakan
alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sains
pada sub pokok bahasan model perubahan energi gerak akibat pengaruh udara.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.