Thursday, May 30, 2013

Defenisi Anatomi Apendiks

Anatomi Apendiks 
Apendiks vermiformis atau sering disebut sebagai apendiks saja, pada manusia merupakan struktur tubular yang rudimenter dan tanpa fungsi yang jelas. Apendiks berkembang dari posteromedial sekum dengan panjang bervariasi dengan kata-rata antara 6-10 cm dan berdiameter sekitar 0,5-0,8 cm. Posisi apendiks dalam rongga abdomen juga bervariasi, tersering berada posterior dari sekum atau kolon asendens. Hampir seluruh permukaan apendiks dikelilingi oleh peritoneum, dan mesoapendiks (mesenter dari apendiks) yang merupakan lipatan peritoneum berjalan kontiniu di sepanjang apendiks dan berakhir diujung apendiks.1 

Vaskularisasi dari apendiks berjalan sepanjang mesoapendiks kecuali di ujung dari apendiks dimana tidak terdapat mesoapendiks. Arteri apendikular, derivat cabang inferior dari arteri iliocoli yang merupakan cabang trunkus mesenterik superior. Selain arteri apendikular yang memperdarahi hampir seluruh apendiks, juga terdapat kontribusi dari arteri asesorius. 1 

Untuk aliran balik, vena apendiseal dari cabang vena ileocoli berjalan ke vena mesenterik superior dan kemudian masuk ke sirkulasi portal. Drainase limfatik berjalan ke nodus limfe regional seperti nodus limfatik ileocoli. Persyarafan apendiks berasal dari persyarafan simpatis yang berasal dari plexus mesenterika superior (T10-L1) dan parasimpatis yang aferennya berasa dari n.vagus. meskipun fungsi apendik sampai saat ini tidak jelas, tetapi mukosa apendiks seperti mukosa lainnya mampu menghasilkan sekresi cairan, musin, dan enzim proteolotik.1 

Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imin karena jumlah kelenjar limfe disini sedikit sekali dibandingkan jumlahnya disaluran cerna atau diseluruh tubuh. 1 

Secara umum, permukaan eksternal apendiks tampak halus dan berwarna merah kecoklatan hingga kelabu. Permukaan dalam atau mukosa secara umum sama seperti mukosa kolon, berwarna kuning muda dengan gambaran nodular, dan komponen limfoid yang prominen. Komponen folikel limfoid ini mengakibatkan lumen dari apendiks seringkali berbentuk irregular (stelata) pada potongan melintang dengan diameter 1-3 cm.1 

Defenisi apendisitis 
Apendisitis adalah infeksi pada organ apendik yang diawali dengan penyumbatan dari lumen apendik oleh mucus, fekalit, atau benda asing, yang diikuti oleh infeksi bakteri dari proses peradangan.2 

Apendiks disebut juga umbai cacing, dimana panjangnya kira – kira 10 cm melekat pada sekum tepat di bawah katup ileus sekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi yang disebut dengan apendisitis atau dengan istilah umum usus buntu. Organ ini tidak diketahui fungsinya dan sering menimbulkan masalah kesehatan.3 

Epidemiologi apendisitis 
Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki – laki maupun perempuan tetapi lebih sering menyerang usia antara 10 – 30 tahun. Terdapat sekitar 250.000 kasus apendisitis yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Hampir 1/3 anak apendisitis akut mengalami perforasi setelah dilakukan operasi. Diagnosa Apendisitis Akut pada anak – anak sulit ditegakkan yakni hanya 50 – 70%.3 

Sedangkan di Indonesia, apendisitis merupakan penyakti urutan keempat terbanyak setelah dispepsia, gastritis dan duodenitis yaitu mencapai sekitar 28.949 pasien rawat inap. Pada pasien rawat jalan, apendisitis menduduki urutan kelima setelah penyakit sistem cerna lain, dispepsia, gastritis, duodenitis dan karies gigi, yaitu sekitar 34.450 pasien. 

Etiologi apendisitis 
Penyebab umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen, adalah penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Apendisitis akut merupakan penyebab infeksi bakteri. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks, dan cacing ascaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit Enterobacteri Histolitica. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah apendisitis akut.4 

Sedangkan pada apendisitis kronis adalah nyeri perut kanan bawah yang terjadi lebih dari 2 minggu atau secara menahun. Apendisitis kronis jarang terjadi, prevalensinya hanya 1-5%. Ciri apendisitis kronis adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik.4 

Patofisiologi Apendisitis 
Sumbatan atau obstruksi pada apendiks akan menyebabkan gangguan resistensi mukosa apendiks terhadap invasi mikroorganisme. Obstruksi ini akan meningkatkan tekanan intraluminal. Ketika tekanan intraluminal meningkat, tekanan luminal mulai meningkatkan tekanan perfusi kapiler. Drainase limfa dan vena terganggu dan terjadi iskemia. Sebagai hasilnya, terjadi pemecahan pertahanan mukosa epitel. Sekarang, bakteri luminal dapat menginvasi dinding apendiks menyebabkan inflamasi transmural. Inflamasi ini dapat meluas ke serosa, peritoneum parietal, dan organ lain yang berdekatan.4 

Peningkatan tekanan tersebut menyebabkan adanya kontinuitas aliran sekresi cairan dan mukus dari mukosa dan stagnasi dari material tersebut. Konsekuensinya, terjadi iskemia dinding apendiks, yang menyebabkan hilangnya keutuhan epitel dan invasi bakteri ke dinding apendiks. Bakteri intenstinal yang ada didalam apendiks bermultiplikasi, hal ini menyebabkan rekuitmen dari leukosit, pembentukan pus dan tekanan intraluminal yang tinggi. Dalam 24-36 jam, kondisi ini dapat semakin parah karena thrombosis dari arteri maupun vena apendiks menyababkan perforasi dan gangrene apendiks.4 

Jika inflamasi dan infeksi menyebar ke dinding apendiks, apendiks akan dapat ruptur. Setelah ruptur terjadi, infeksi akan menyebar ke abdomen, tetapi biasanya hanya terbatas pada area sekeliling dari apendiks (membentuk abses periapendiks). Dapat juga menginfeksi peritoneum sehingga mengakibatkan peritonitis.4
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com