Tari adalah bentuk ungkapan imaginative dalam gerak, ruang, dan waktu, pernyataan ilusi (hasil imajinasi) dan rasional manusia. Ide mendasari ilusi dan rasional sehingga terwujud suatu bentuk karya dan gaya (ciri khas). Dalam pengamatan koreografis tidak terlepas dari aspek-aspek estetik, struktur, dan bentuk yang mengangkat gerak, ruang, dan waktu. Hal-hal yang mempengaruhi gaya adalah lingkungan dan latar belakang terciptanya karya tari tersebut, hal ini mempengaruhi konsep berpikir, imajinasi seorang pencipta karya tari. Analisis Tari adalah usaha menyelidiki secara lebih terperinci dengan yang lebih akurat mengenai proses terbentuk (terciptanya) suatu bentuk tari.
- Pemahaman falsafah/ filosofi dalam lingkungan sekitarnya.
- Pemahaman tentang nilai dan norma etika lingkungan.
- Legenda dan mitos yang dipahami lingkungan.
- Tata cara dan adat tradisi yang berlaku
Dalam tari tradisi terdapat aturan-aturan dan norma yang mengikat adalah:
penggunaaan motif gerak, penggunaan dan penerapan pola lantai, penggunaan dan
penerapan pola irama dan pola gerak tari. Apabila akan menganalisa karya seni
terlebih dahulu tahu tentang bentuk, factor internal dan eksternal, susunan
gerak, aspek komposisi tari dan hal-hal yang menyertainya. Hakekat tari adalah
bentuk pengungkapan imajinasi manusia yang dituangkan dalam gerak, ruang, dan
waktu yang berstruktur.
Pengamatan terhadap objek pertunjukan tari tidak hanya
mengandalkan kemampuan intelektual tetapi dalam penghayatan penilaiannya
bertolak pada pengalaman estetisnya. Hasil pengamatan sifatnya relatif, karena
dari satu orang dengan orang lain akan berbeda menurut kemampuan dan pengalaman
estetisnya. Pengamatan tari yang menggunakan pendekatan analisis koreografi
ditentukan oleh; 1). Perspektif (sudut pandang) dari pengalaman sudut pandang
tentang estetik (keindahan) sehingga terbentuk tentang objek seni yang sedang
diamati. Setiap karya seni dipahami berdasarkan dari kepentingan-kepentingan
manusia. 2) Pendekatan, menampakan hal yang sangat kompleks pada penontonnya,
karena setiap melihat koreografi (dari perspektifnya), maka pengamatan sangat
ditentukan oleh pendekatan yang digunakan misalnya; pendekatan teknik, aspek
komposisi tari, dan sebagainya. Aspek teknik terfokus pada permasalahan
perspektif menari, teknik menyusun koreografi karya itu, artinya pendekatan
aspek teknik atau komposisi tari akan banyak berbicara tentang metodologis
bagaimana karya tari itu disusun. Aspek komposisi tari yang perlu dicermati
adalah: gerak ( motif, kalimat, energi, dan variasi gerak), waktu (aksi,
iringan, tempo, ritme, dan durasi), dan ruang meliputi volume, desain
ruang/pola lantai, dan level).
Konsep keindahan dalam pembentukan karya oleh
Elizabeth Heyes dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengamatan pertunjukan
tari, yang dijelaskan sebagai berikut: unity
(kesatuan bentuk dan isi), variaty (keaneragaman),
repetition (pengulangan), contras (menampakan perbedaan-perbedaan
baik pada gerak, irama), transtition
(bagian yang satu dengan yang lainnya harus ada penghubungnya), sequence (rangkaian yang diurutkan) , climaks (titik pencapaian maksud tari
yang ditampilkan), proporsi (sesuai
dengan yang diperlukan), balance (kesiambangan
dari awal hingga akhir), harmony
(keselarasan tema, isi, bentuk), conclution
(kesimpulan akhir penyajian karya tari)
2. Aspek Komposisi Tari
Tari dinilai sebagai bentuk seni, maka perlu kiranya
untuk mengetahui tentang pengetahuan komposisi tari. Pengetahuan komposisi tari disebut juga
pengetahuan koreografi, adalah pengetahuan yang harus diketahui oleh seorang
koreografer sejakmenggarap gerak-gerak tari sampai pengetahuan tata cara
menyiapkan program pertunjukan. Menurut bentuk garapan geraknya secara garis
besar tari-tarian di dunia dapat dibedakan adanya dua konsep garapan, yaitu
konsep Barat dan konsep Timur. Keduanya secara konseptual dapat dibedakan pada
tarian Barat banyak menggunakan desain-desain detai, lebih memusatkan garapan
gerak pada tungkai, badan, dan lengan. Tarian Timur lebih memusatkan garapan
gerak pada kaki, tangan, jari-jari, serta kepala.
a.
Gerak
John Martin seorang penulis dan kritikus tari dari
Amerika Serikat dalam bukunya The Modern
Dance mengatakan bahwa substansi baku
tari adalah gerak. Gerak tidak hanya terdapat pada denyutan di seluruh tubuh
manusia untuk tetap dapat memungkinkan manusia hidup, tetapi gerak juga
terdapat pada ekspresi dari segala pengalaman emosional manusia. Gerak Tari merupakan komposisi gerak yang telah
mengalami penggarapan yang lazimnya disebut stilisasi atau distorsi.
Berdasarkan bentuk geraknya, secara garis besarada dua jenis tari, yaitu tari
yang representasional dan tari non representasional. Tari representasional
adalah tari yang menggambarkan sesuatu secara jelas. Tari non representasional
adalah tari yang tidak menggambarkan sesuatu. Dua jenis tari tersebut
menggunakan jenis gerak maknawi dan gerak-gerak murni. Gerak murni banyak
digunakan dalam garapan tari yang non reprensentasional, sedangkan parapan tari
representasional banyak menampilkan gerak-gerak murni, apabila garapan tari
tersebut dipenuhi gerak maknawi, maka garapan itu akan lebih mengarah ke bentuk
pantomim.
b.
Desain Lantai
Desain
lantai atau floor design ialah garis-garis di lantai yang dilalui oleh seorang
penari atau garis-garis di lantai yang dibuat oleh formasi penari
kelompok.secara garis besar terdapat dua pola garis dasar pada lantai yaitu
garis lurus dan garis lengkung. Garis lurus dan garis lengkung dapat dibuat
lengkung ke depan, ke belakang, ke samping, dan serong. Garis lurus memberi
kesan sederhana tetapi kuat, sedangkan garis lengkung memberikan kesan lembut
dan lemah. Garis lurus bayak digunakan pada tari-tarian klasik jawa, sedangkan
garis lengkung banyak digunakan pada tari-tarian primitif dan juga pada tarian komunal kebanyakan
berciri sebagai tari bergembira.
c.
Desain Atas
Desain atas atau air design adalah desain yang berada
di atas lantai yang dilihatoleh penonton, yang tampak terlukis pada ruang yang
berada di atas lantai. Untuk memudahkan penjelasan desain ini dilihat dari satu
arah penonton saja yaitu dari depan. Ada
19 desain atas masing-masing memiliki sentuhan emosional tertentu terhadap
penonton (datar, dalam, vertikal, horizontal, kontras, murni, statis, lurus,
lengkung, bersudut, spiral, tinggi, medium, rendah, terlukis, lanjutan,
tertunda, simetris, asimetris).
d.
Musik
Apabila elemen dasar tari adalah gerak dan ritme, maka
elemen dasar musik adalah nada, ritme, dan melodi. Musik dalam tari bukan hanya
sekedar iringan, tetapi musik adalah patner tari yang tidak diiringi oleh musik
dalam arti yang sesungguhnya, tetapi ia pasti diiringi oleh salah satu elemen
dari musik. Ritme adalah degupan dari musik, umumnya dengan aksen yang
diulang-ulang secara teratur. Tari yang digarap atas dasar garis ritme dari
musik, akan memberikan kesan teratur. Melodi atau lagu yang didasari oleh
tinggi rendahnya nada serta kuat dan lembutnya alunan nada, lebih memberikan
kesan emosionil. Karena musik adalah dari tari, maka musik yang akan
dipergunakan untuk mengiringi digarap betul-betul sesuai dengan garapan
tarinya.
e. Desain Dramatik
Membuat karya tari , baik yang berbentuk tari solo
atau dramatik, untuk mendapatkan keutuhan garapan harus diperhatikan desain
dramatik. Satu garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki
pembuka, klimaks, penutup. Dari pembuka ke klimaks mengalami perkembangan dan
dari klimaks ke penutup terdapat penurunan. Ada dua jenis desain dramatik, yaitu yang
berbentuk kerucut tunggal dan kerucut berganda. Satu hal yang harus
diperhatikan, bahwa waktu yang diperlukan untuk naik ke puncak atau klimaks
jauh lebih lama dari yang diperlukan untuk turun ke dasar lagi. Desain dramatic
yang berupa kerucut berganda sangat baik dipergunakan untuk koreografi tari
solo.
f.
Dinamika
Dinamika adalah kekuatan dalam yang menyebabkan gerak
menjadi hidup dan menarik, diibaratkan dinamika dapat diibaratkansebagai jiwa
emosional dari gerak. Kekuatan dalam arti gerak lebih banyak terdapat pada
badan bagian atas. Badan bagian atas sangat ekspresif pada tari India, Bharata
Muni dalam bukunya Natya sastra menempatkan semua gerak ekspresif pada lengan,
tangan, kepala, mata, dan torso bagian atas. Dinamika bisa diwujudkan dengan
bermacam-macam teknik, misalnya pergantian level diatur sedemikian rupa dari
tinggi, rendah, dan seterusnya dapat melahirkan dinamika. Pergantian tempo dari
lambat ke cepat dan sebaliknya dapat menimbulkan dinamika. Perganian tekanan
gerak dari lemah ke yang kuat atau sebaliknya dapat melahirkan dinamika. Bahkan
pose diam yang dilakukan dengan ekspresif memiliki dinamika pula.
g.Komposisi Kelompok
Komposisi tari solo atau duet, lain cara penggarapannya dengan komposisi
tari kelompok. Apabila dalam tari solo elemen-elemen koreografi seperti desain
lantai, desain atas, desain musik, desain dramatik, dinamika merupakan
elemen-elemen yang harus ada, maka untuk koreografi kelompok masih memerlukan
satu desain lagi, yaitu desain kelompok. Desain kelompok ini bisa digarap
dengan menggunakan desain lantai, desain atas atau desain musik sebagai
dasarnya, atau dapat pula didasari oleh ketiga-tiganya. Ada
lima bentuk
desain kelompok, yaitu unison (serempak), balanced (seimbang), broken
(terpecah), alternate
(selang-seling), dan canon (
bergantian).
h. Tema
Apa saja bisa menjadi tema dalam menggarap tari, yaitu
kejadian sehari-hari, pengalaman hidup, perangai binatang, cerita rakyat,
cerita kepahlawanan, legenda, upacara, agama, dan sebagainya. La Meri dalam
bukunya yang berjudul Dance Compotition:
The Basic Elements menyatakan ada lima test untuk tema, yaitu keyakinan
koreografer akan nilai dari pada tema, dapatkan tema itu ditarikan, efek sesaat
dari tema ke penonton apakah menguntungkan, perlengkapan teknik tari dari
koreografer dan penarinya, fasilitas yang diperlukan untuk pertunjukan seperti
tempat, kostum, lighting dan sound system.
3. Format Analisis Koreografi
- Judul karya tari:
- Nama Koreografer:
- Uraiakan aspek komposisi tari
menurut pengamatan saudara, menggunakan pendekatan konsep keindahan dari para ahli
yang berpengalaman dalam koreografi.
4. Latihan
Tugas tertulis untuk mengamati sebuah pertunjukan secara langsung maupun
melalui rekaman CD, mencermati aspek komposisi tari dan menggunakan konsep
keindahan menurut Elizabeth Heyes.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.