Thursday, May 30, 2013

Gejala Klinis Apendisitis

Gejala Klinis Apendisitis 
Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Keluhan apendiks biasanya bermula dari nyeri daerah umbilikus atau peri umbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang – kadang terjadi diare, mual, dan muntah.4 Berbeda dengan apendisitis kronis gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar/tumpul di daerah pusar dan perut terasa kembung. Kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda khas seperti pada apendisitis akut. Terkadang disertai demam yang hilang timbul dengan rasa mual bahkan kadang muntah.5 

Nyeri lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda Rovsign, Psoas dan Obturator dijumpai akan semakin meyakinkan diagnosis apendisitis. Apendiks yang terletak dirongga pelvis, bila meradang dapat menimbulkan gejala dan tanda rangsangan peristaltik pada rektum atau sigmoid meningkat. Pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang – ulang. Jika apendiks tadi menempel ke kantong kemih maka terjadi peningkatan frekuensi kencing, karena rangsangan pada dindingnya.2,4 

Diagnosis apendisitis dapat ditegakkan melalui beberapa tanda pemeriksaan seperti: 

a. Rovsing’s sign 
Dengan cara penekanan pada kuadran kiri bawah menyebabkan refleks nyeri pada daerah kuadran kanan bawah. 

b. Psoas sign 
Mengindikasikan adanya iritasi ke muskulus psoas. Tes ini dilakukan dengan rangasangan otot psoas dengan hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha ditahan. Dilakukan dengan cara pasien telentang, secara perlahan tungkai kanan pasien diekstensikan kearah kiri pasien. 

c. Obturator sign 
Dilakukan untuk melihat apakah apendiks yang meradang, kontak dengan m. obuturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan fleksi dan endotorsi sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika. Tes ini dilakukan dengan pasien terlentang, tungkai kanan di fleksikan dan dilakukan rotasi interna secara pasif.5 

Pemeriksaan Apendisitis 
Apendikogram adalah teknik pemeriksaan radiologi untuk memvisualisasikan apendiks dengan menggunakan kontras media positif barium sulfat dan merupakan salah satu pemeriksaan radiologi yang membantu dalam menegakkan diagnosis adanya apendisitis.6,7 

Pemeriksaan apendikogram dapat dilakukan secara oral dan anal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan appendikogram antara lain: 

1. Persiapan Pasien 
· 48 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan makanan lunak tidak berserat. Misal: bubur kecap 
· 12 jam atau 24 jam sebelum pemeriksaan pasien diberikan 2/3 Dulcolac untuk diminum 
· Pagi hari pasien diberi dulcolac supositoria melalui anus atau dilavement 
· 4 jam sebelum pemeriksaan pasien harus puasa hingga pemeriksaan berlangsung 
· Pasien dianjurkan menghindari banyak bicara dan merokok 

2. Persiapan Alat 
  • Pesawat sinar-X yg dilengkapi fluoroskopi & dilengkapi alat bantu kompresi yg berfungsi untuk memperluas permukaan organ yg ada didaerah ileosaekal / memodifikasi posisi pasien supine menjadi prone 
  • Kaset dan film. 
3. Persiapan Bahan 
· Bahan kontras barium sulfat dengan perbandingan 1 : 4 sampai 1 : 8. 8 bahan kontras tersebut diminum secara peroral sebelum pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa, hasil apendikogram diexpertise oleh dokter spesialis radiologi. 

4. Teknik pemeriksaan 
a. PA/AP Projection 
Posisi Pasien : Pasien pada posisi pone atau supine, dengan bantal di kepala. 
Posisi Objek : 
· MSP berada di tengah-tengah meja pemeriksaan 
· Pastikan tidak ada rotasi 

Central Ray : 
· CR tegak lurus terhadap kaset 
· CR setingi iliac crest 
· SID minimal 100 cm 

b. RPO ( Right Posterior Oblique) 
Posisi Pasien : 35- 45o menuju kanan dan kiri posterior oblik (RPO/LPO) dengan bantal pada bantal 

Posisi Objek : 
· Letakan bantal di atas kepala. 
· Fleksikan siku dan letakan di depan tubuh pasien 
· Luruskan MSP dengan meja pemeriksaan dengan abdominal margins kiri dan kanan sama jauhnya dari 
  garis tengah meja pemeriksaan 

Central Ray : 
  • CR tegak lurus terhadap IR 
  • Sudutkan CR dengan titik pusat setinggi iliac crest dan sekitar 2,5 cm lateral menuju garis mid-sagital plane (MSP). 
  • SID minimal 100 cm.8 
Kesimpulan Hasil Apendikogram: 
Didapatkan hasil kontras mengisi caecum sampai dengan sigmoid, tak tampak pengisian kontras ke apendiks kesan non-filling apendikogram, adanya apendisitis belum bisa disingkirkan. Pada kasus non-apendisitis, kesan non-filling dapat terjadi mengingat adanya peristaltik di lumen apendik yang menyebabkan kesan non-filling pada saat adanya kontraksi.6,9 Selain itu kesan ini juga dapat terjadi pada kasus apendisitis, dimana lumen apendik yang tersumbat karena adanya proses inflamasi. Hal ini menunjukkan bahwa pada pemeriksaan apendikogram, kesan non-filling tidak dapat menyingkirkan diagnosis apendisitis, sehingga pemeriksaan penunjang lain masih diperlukan. 9 

Penatalaksanaan Appendisitis 
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik adalah apendektomi.2 Perbaikan keadaan umum dengan infus, pemberian kuman antibiotik untuk kuman gram negatif dan positif serta kuman anaerob, dan pemasangan pipa nasogastrik perlu dilakukan sebelum pembedahan.4 

Komplikasi biasanya tidak diperlukan pemberian antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforate. Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi. 4 

Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka ataupun dengan cara laparaskopi. Bila apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Bila tersedia laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostik pada kasus meragukan dapat segera menentukan akan dilakukan operasi atau tidak.4 Perlu dilakukan laparatomi dengan insisi yang panjang, supaya dapat dilakukan pencucian rongga peritoneum dari pus maupun pengeluaran fibrin yang adekuat secara mudah. Begitu pula pembersihan kantung nanah. Akhir-akhir ini mulai banyak dilaporkan pengelolahan apendisitis perforasi secara laparoskopi apendektomi.2
Share :

1 komentar:

  1. Untuk terhindar dari penyakit, biasakan pola hidup sehat. Terimakasih untuk informasinya.

    ReplyDelete

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com