Friday, May 10, 2013

METODE PENELITIAN KUALITATIF

Pendahuluan

Kecenderungan dewasa ini penelitian kualitatif semakin mendapat tempat di hati para peneliti karena beberapa alasan yang antara lain bahwa ilmu-ilmu fisik memang dapat ditentukan di laboratorium karena memiliki uniformitas fisis yang tetap, sebaliknya perilaku sosial merupakan gejala unik yang uniformitasnya tidak dapat ditentukan sebelumnya; selain itu tingkah laku sosial terdapat bukan hanya seperangkat penilaian yang seragam tetapi setumpuk kecenderungan, kepentingan dan cita-cita yang kacau dan saling bersaingan; akhirnya dunia ini merupakan sesuatu yang komplek dan ganda. Pendekatan kuantitatif terasa ada ketidak sesuaian paradigma untuk menangani masalah-masalah empiris sosial seperti ini. Muncullah paradigma baru yakni pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif dilandasi oleh filsafat fenomenologis yang implementasinya mengenal berbagai istilah seperti naturalistik, etnometodologi, dan interaksi simbolik. Dalam mendisain penelitian kualitatif yang perlu diingat bahwa selain jenis kasusnya harus jelas, studinya apakah kasus tunggal ataukah multi kasus atau multi situs, demikian pula landasan teori yang digunakan sebagai pendekatan apakah fenomenologis, interaksi simbolik, kebudayaan, dan etnometodologi sebagai arah bagi pengumpulan dan analisis datanya.

1.      Jenis dan Ciri Metode Penelitian Kualitatif

Beberapa karekterisitik penelitian kualitatif, antara lain dapat disebutkan :
a)      Pengungkapan makna (meaning) merupakan hal yang esensial;
b)      Latar alami (natural setting) sebagai sumber data langsung;
c)      Peneliti sendiri merupakan instrumen kunci.
d)      Data kualitatif untuk mengungkap realitas ganda antara peneliti dan informan.
e)      Sampel bertujuan (purposive sampling) sehingga mengutamakan data langsung.
f)        Analisis data induktif, lebih memudahkan pendeskripsian konteks yang muncul.
g)      Teori mendasar (grounded theory), yaitu mengarahkan penyusunan teori yang mendasar dan dari lapangan langsung.
h)      Disain bersifat sementara karena pola lapangan sulit dibakukan terlebih dahulu, disain tampil dalam proses penelitian (emergent, evolving, developing).
i)         Pensepakatan hasil terhadap makna dan tafsir atas data langsung dari sumbernya.
j)        Modus laporan studi kasus agar terhindar dari bias akibat interaksi peneliti dengan responden.
k)      Penafsiran idiografik atau keberlakuan khusus yang diarahkan dalam penafsiran data kualitatif, bukan nomotetik (keberlakuan umum).
l)        Aplikasi tentatif akibat realitas ganda dan berbeda-beda.
m)    Ikatan konteks terfokus, karena tuntutan pendekatan holistik.
n)      Kreteria keabsahan, meliputi kredibilitas, transferbilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti  sewajarnya harus masuk kelatar tertentu yang sedang diteliti karena  concern nya dengan konteks. Bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimenegrti maknanya secara baik apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada latar dimana fenomena tersebut sedang berlangsung. Oleh karena itu teknik wawancara dan observsi dalam penelitian kualitatif merupakan teknik yang digunakan. Disamping itu peranan teknik dokumentasi sangat penting, karena bahan-bahan yang di tulis oleh atau tentang subyek seringkali digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan.

Data yang sedang dan telah dikumpulkan melalui teknik-teknik diatas harus dilacak, diorganisasi, dipilah, disintesis, dicari polanya, diinterpretasi dan disajikan agar peneliti dapat menangkap makna fenomena serta dapat mengkomunikasikan kepada orang lain. Proses ini dalam penelitian kualitatif merupakan rangkaian analisis data.

Dalam uraian selanjutnya akan disajikan tentang teknik pengumpulan data yang meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi serta teknik dan model analisis data.

2.      Teknik Pengumpulan Data

2.1  Teknik Wawancara
Menurut Lincoln dan Guba (1985) dalam A. Sonhadji K.H (1994) wawancara dinyatakan sebagai suatu percakapan dengan bertujuan untuk memperoleh kontruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya ; selanjutnya rekonstruksi keadaan tersebut dapat diharapkan  terjadi pada masa yang akan datang ; dan merupakan verifikasi, pengecekan dan pengembangan  informasi  ( konstruksi, rekonstruksi dan proyeksi) yang telah didapat sebelumnya.

Tahap-tahap wawancara meliputi :
·        Menentukan siapa yang diwawancarai
·        Mempersiapkan wawancara
·        Gerakan awal
·        Melakukan wawancara dan memelihara agar wawancara produktif
·        Menghentikan wawancara dan memperoleh rangkuman hasil wawancara

Pada tahap pertama peneliti menentukan dimana dan dari siapa data akan dikumpulkan . Kegiatan ini juga meliputi penentuan bahan-bahan dan identifikasi informan yang diperlukan dalam wawancara. Pada tahap kedua  mencakup pengenalan karakteristik  dari responden. Semakin elite responden, maka makin penting untuk mengetahui informasi lebih banyak tentang responden. Selain itu peneliti harus menyiapkan urutan pertanyaan, peran, pakaian, tingkat formalitas, dan konfirmasi waktu dan tempat. Tahap ketiga adalah gerakan awal, dimana penelti melakukan semacam  “Warming Up” yaitu mengajukan pertanyaan yang bersifat “grand tour” agar responden dapat memperoleh kesempatan dan mengalami dalam suasana yang  santai tetapi mampu memberikan informasi yang berharga., juga berkemampuan untuk mengorganisasikan jalan pikirannya sendiri., dengan mengajukan pertanyaan secara umum yang akan dirinci pada waktu wawancara selanjutnya.

Pada tahap keempat pertanyaan diajukan secara khusus (spesifik), agar dipelihara produktifitas proses wawancara. Tindakan menhentikan wawancara, apabila peneliti telah banyak mendapatkan informasi yang melimpah; serta baik peneliti maupun responden sudah capai. Tindakan berikutnya peneliti harus merangkum dan mencek kembali yang telah dikatakan oleh responden dan barang kali responden ingin menambah informasi yang telah diberikannya.

Menurut Seidnan (1991) terdapat tiga rangkaian wawancara :
·        Wawancara yang mengungkap konteks pengalaman partisipan (responden)
·        Wawancara yang memberi kesempatan partisipan untuk merekonstruksi pengalamannya.
·        Wawancara yang mendorong partisipan untuk merefleksi makna dari pengalaman yang dimiliki.

Pada wawancara pertama, pewawancara mempunyai tugas membawa pengalaman partisipan  kedalam konteks dengan meminta partisipan bercerita sebanyak mungkin tentang dirinya  sesuai dengan topik pembicaraan , dalam kurun waktu sampai sekarang. Kegiatan ini disebut wawancara  sejarah hidup terfokus  (focused life history). Adapun tujuan wawancara kedua adalah untuk mengkonsentrasikan rincian konkret tentang rincian pengalaman partisipan sekarang, sejalan dengan topik studi. Misalnya dalam penelitian tentang guru dan mentor dalam suatu situs klinis, kita bertanya pada mereka tentang apa yang sebenarnya dilakukan dalam pekerjaannya. Wawancara ketiga adalah refleksi makna. Dalam hal ini partisipan diminta merefleksi makna pengalaman yang dimilikinya. Pertanyaan “makna” bukan merupakan  pertanyaan yang memuaskan, sekalipun isi ini memegang peran yang penting untuk mengungkap pikiran partisipan. Pertanyaan – pertanyaan  seperti ini mungkin muncul, menurut anda memberi kesan apa kehidupan anda sebelum menjadi guru, dan kehidupan anda sekarang seperti yang anda katakan ?. Kemudian dapat diteruskan “pengalaman-pengalaman”  anda tersebut apa bermanfaat untuk menghadapi kehidupan yang akan datang.

Apabila suatu penelitian melibatkan wawancara yang ekstensif, atau wawancara merupakan teknik utama, direkomendasikan untuk menggunakan tape recorder. Tulisan  lengkap dari rekaman ini dinamakan transkrif  wawancara. Transkrif wawancara merupakan data  pokok dari penelitian wawancara.

Contoh Transkrif Wawancara

P




K






P


K
:




:






:


:
(Pewawancara). Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan tentang klub tennis lapangan kita Pak (Pak Bakri Mengangguk) . Pertama itu, apakah klub tennis FIA itu memang mempunyai anggota tetap Pak ?

(Pak Bakri) Ya kita memang mempunyai anggota tetap. Mereka itu yang selalu datang pada hari-hari latihan. Sebagai ikatan keanggotaanya, mereka di pungut iuran perbulan. Dulu Rp. 2.500,- tetapi sekarang sisa Rp. 1.500,- karena lapangannya itu milik kantor sendiri , ya kita tidak perlu bayar lagi . Anggotanya itu, Pak Aris bisa lihat diatas (sambil menunjuk ruangan Sub Bagian Keuangan dan  Kepegawaian).

Di lapangan tennis ; Bapak sering disebut-sebut “manager”.
Bagaimana prosesnya sehingga muncul sebutan itu ?

Sebenarnya ya, tidak pernah diangkat secara resmi bahwa saya manager. Cuma mungkin dari asal mulanya terbentuk kelompok B. Saya kan yang mula-mula mengajak teman-teman pergi main, juga urus bola, dan sebagainya. Mungkin dari situ sehingga saya disebut sebagai manager.

Sumber : Arismunandar (1992 : 209) dalam A. Sonhadji KH. (1994 : 65)

Teknik transkrif wawancara model lain, yang dibuat oleh Arifin (1992) dengan mengadopsi teknik Danandjaja (1994) yang pernah dibuat meneliti folklere dan kebudayaan petani desa  Trunyan di Bali. Teknik ini tidak memasukan unsur peneliti (sebagai pewawancara). Melainkan langsung  dari hasil wawancara yang dituangkan dalam formulasi kalimat (teknik seperti ini biasanya dilakukan peneliti yang sering menggunakan kaset perekam dalam mewawancarai responden), selanjutnya pertanyaan peneliti dianggap sebagai otobiografi peneliti lapangan. Pertanyaan bisa dengan menggunakan kode-kode.

Contoh adalah Kode : 43/11-W/PP/26-VII/91 dapat dibaca sebagai berikut :
Nomor transkrif 43, responden berkode 11, hasil wawancara, topik proses pendidikan, tanggal 26 Juli 1991.

FORMAT RINGKASAN HASIL WAWANCARA

Sumber data
Peneliti
Peringkas

: ----------------------------------
: ----------------------------------
: ----------------------------------

Tanggal : -----------
Mulai s/d Jam:

Kode
Masalah
Kode
Data
Kode
Teknik
Isi Ringkasan Data

Isi
Sifat












Keterangan :
Kode Masalah             : diisi kemudian, setelah data terkumpul
Kode Isi Data              : S = berkenaan dengan substansi masalah
                                      K = berkenaan dengan koteks/latar masalah
Kode Sifat Data          : F = faktual, R = refleksi, FD = faktual diragukan
                                      RD = refleksi diragukan
Kode Teknik                : W = wawancara, O = observasi, D = dokumentasi
                                      (kemungkinan gabungan beberapa teknik)
Komentar Peneliti       : …………………………………………………………….
                                      ……………………………………………………………..

Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com