Thursday, October 15, 2015

Peningkatan Produksi Centellosida pada Pegagan (Centella asiatica)

1. Uraian Tumbuhan
Botani Pegagan (Centella asiatica)
Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila tanah dan lingkungannya sesuai hingga dijadikan penutup tanah. Pegagan hijau sering
dijumpai di daerah persawahan, di sela-sela rumput, di tanah yang agak lembab baik yang terbuka atau agak ternaungi, juga dapat ditemukan di dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 2500 m dpl (Depkes RI, 1977).
Tumbuhan ini tidak berbatang, menahun, mempunyai rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap, panjang 10-80 cm, akar keluar dari setiap buku-buku, banyak percabangan yang membentuk tumbuhan baru, daun tunggal, bertangkai panjang, tersusun dalam roset akar yang terdiri dari 2-10 helai daun. Helaian daun berbentuk ginjal, tepi bergerigi atau beringgit, kadang agak berambut. Bunga tersusun dalam karangan berupa payung, tunggal atau 3-5 bunga bersama-sama keluar dari ketiak daun, berwarna merah muda atau putih. Buah kecil bergantung, berbentuk lonjong, pipih, panjang 2-2,5 mm, baunya wangi dan rasanya pahit.
Daunnya dapat dimakan sebagai lalap untuk penguat lambung. Pegagan dapat diperbanyak dengan pemisahan stolon dan biji (Depkes RI, 1977; Januwati dan Yusron, 2005). Menurut Nurliani, Susi dan Mardiana (2008), ada keragaman pada sifat morfologi kualitatif dan kuantitatif pegagan, antara lain ukuran, warna dan bentuk daun, jumlah, ukuran dan warna geragih, jumlah bunga per geragih, panjang dan warna buku, warna batang, berat segar dan berat kering.

Gambar 2.1. Pegagan (Centella asiatica)
Klasifikasi IlmiahDivisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Umbillales
Famili : Umbillferae (Apiaceae)
Genus : Centella
Species : Centella asiatica (Nurendah, 1982).

Persyaratan TumbuhPegagan bersifat kosmopolitan tumbuh liar di tempat-tempat yang lembab pada intensitas sinar yang rendah (ternaungi) hingga pada tempat-tempat terbuka, seperti di padang rumput, pinggir selokan, pematang sawah (Depkes RI, 1977). Faktor lingkungan yang berperan dalam pertumbuhan dan mempengaruhi kandungan bahan aktif tanaman pegagan, antara lain :

Tinggi TempatKetinggian tempat optimum untuk tanaman ini adalah 200 - 800 m dpl. Ketinggian di atas 1.000 m dpl. produksi dan mutunya akan menjadi lebih rendah (Depkes RI, 1977).
 
Jenis TanahTanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik hampir pada semua jenis tanah lahan kering. Pada jenis tanah Latosol dengan kandungan liat sedang, tanaman ini tumbuh subur dan kandungan bahan aktifnya cukup baik (Depkes RI, 1977).
 
IklimPegagan tidak tahan terhadap tempat yang terlalu kering, karena sistim perakarannya yang dangkal. Oleh karena itu faktor iklim yang penting dalam pengembangan pegagan adalah curah hujan. Apabila pegagan ditanam pada musim kemarau dan tanaman mengalami kekurangan air, maka perlu dilakukan penyiraman (Depkes RI, 1977; Winarto dan Surbakti, 2004).

Metabolit Sekunder pada PegaganSalah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang. Tumbuhtumbuhan dari kecil menjadi besar dan berkembang dari satu sel zigot menjadi embrio kemudian menjadi satu individu yang mempunyai akar, daun dan batang. Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolik sekunder. Senyawa metabolik adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup dan ditemukan dalam jumlah yang sedikit.
Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi), pada akar, kulit batang, daun, bunga, biji dan sedikit pada hewan. Pembentukan metabolit sekunder dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: suhu, pH, aktivitas air dan intensitas cahaya. Laju reaksi thermal (non fotokimia) peka terhadap suhu dan beberapa laju reaksi akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu 100C. Lahan yang relatif kering, pH dan kelembaban tanah adalah merupakan parameter yang relevan untuk terbentuknya metabolisme
sekunder.
 
 
Gambar 2.2. Metabolit Sekunder Dibentuk Melalui Lintasan yang Khusus 
dari Metabolisme Primer dan Sekunder


Penggunaan tumbuhan sebagai obat, berkaitan dengan kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa adanya suatu senyawa bioaktif dalam tumbuhan maka secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat. Noverita dan Marline (2012) menyebutkan hasil uji
fitokimia daun pegagan terdapat kandungan triterpenoid. Pegagan mengandung bahan aktif seperti triterpenoid glikosida (terutama asiatikosida, asam asiatik, asam madekasik, madekasosida (Hashim, et al., 2011), flavonoid (kaemferol dan kuercetin), volatil oil (valerin, kamfor, siniole dan sterol tumbuhan seperti
kamfesterol, stigmasterol, sitosterol), pektin, asam amino, alkaloid hidrokotilin, miositol, asam brahmik, asam centelik, asam isobrahmik, asam betulik, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Zat valerin yang ada memberikan rasa pahit.
 
Glikosida triterpenoid yang disebut asiatikosida merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar biasa (Chakrabarty and Deshmukh, 1976). Manfaat lainnya sebagai stimulasi sintesis kolagen (Widgerow et al., 2000) dan glycosaminoglycan (Solet et al., 1986). Glikosida ini juga ditemukan dalam aktivitasnya melawan herpes simplex virus 1 and 2 dan mikobakterium tuberculosis Neuroprotecta.
 
Manfaat yang berhubungan dengan fungsi saraf dan otak telah dibuktikan lewat berbagai penelitian. Sebanyak 30 orang pasien anak-anak yang menderita lemah mental menunjukkan kemajuan yang cukup berarti setelah diberi perlakuan dengan ramuan Centella asiatica selama 12 minggu. Sebanyak enam pasien
sirosis hati menunjukkan perbaikan (kecuali yang kronis) setelah dua bulan meminum ramuan tersebut. Penelitian lain menunjukkan, berbagai penyakit seperti skleroderma, gangguan pembuluh vena, maupun gangguan pencernaan rata-rata dapat disembuhkan dengan ramuan itu hingga 80% setelah 2 - 18 bulan.
 
Pada orang dewasa dan tua penggunaan Centella asiatica sangat baik untuk membantu memperkuat daya kerja otak, meningkatkan memori, dan menanggulangi kelelahan. Tanaman ini juga bermanfaat bagi anak-anak penderita attention deficit disorder (ADD). Hal ini karena adanya efek stimulasi pada bagian otak sehingga meningkatkan kemampuan seseorang untuk lebih konsentrasi dan fokus. Di samping itu juga mempunyai efek relaksasi pada sistem saraf yang overaktif. Pendapat lain menyatakan, dalam pengobatan Ayurveda di India tanaman ini dikenal sebagai herba untuk awet muda dan memperpanjang usia. Hal ini terbukti dari pengamatan, gajah yang kita kenal memiliki umur panjang karena satwa ini memakan cukup banyak tanaman pegagan (Kumar and Gupta, 2003; Rao et al., 2009; Intisari, 2001). Di Cina menggunakan berbagai bagian tanaman pegagan seperti daun digunakan untuk leukorrhea dan demam, sedangkan untuk bisul digunakan tunas pegagan. Pegagan juga telah digunakan selama berabad-abad sebagai tonik otak, untuk umur panjang telah menjadi sangat populer di Cina.
 
Biosintesis Triterpen SaponinCentellosida adalah senyawa triterpenoid yang dibiosintesis melalui jalur mevalonat dalam sitoplasma. Biosintesisnya dapat dibagi dalam tiga tahap: 
1. Sintesis prekursor universal dari semua terpenoid, isopentenil difosfat (IPP).
2. Sintesis pertama triterpen, squalen.
3. Sintesis centellosida / triterpen saponin.
Gambar 2.3. Biosintesis Triterpen Saponin
Keterangan: SQS = squalene synthase, CYS = cycloartenol synthase, βAS = β-amyrin synthase
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesa terpenoid adalah asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalonat. Reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan isopentenil pirofosfat (IPP) yang selanjutnya berisomerisasi menjadi dimetil alil pirofosfat (DMAPP) oleh isomerase enzim. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap
IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat yang menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yaitu

senyawa antara bagi semua senyawa monoterpenoid. Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpenoid. Senyawa diterpenoid diturunkan dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama.

Struktur terpenoid yang bermacam ragam timbul sebagai akibat dari reaksi-reaksi sekunder berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi atas geranil-, farnesil- dan geranil-geranil pirofosfat. Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih dari 40 jenis kerangka dasar yang
sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi dari skualen.
Struktur kimia dari triterpen pentasiklik, R1 = H (asiatikosida) atau OH (untuk madekassosida), R2= glucose-glukose-rhamnose (Aziz et al., 2007) Pada Gambar 2.4. dapat dilihat struktur kimia asiatikosida, struktur kimia madekasosida (Gambar 2.5.) dan struktur kimia asam asiatik (Gambar 2.6.).

  

Gambar 2.5. Struktur Kimia Madekasosida (C48H78O20) (Han, Xia and Daib,2012)

Madekasosida (C48H78O20) memiliki karakteristik triterpenoid saponinyang terdapat dalam pegagan (L.) Urb., yang tumbuh subur di Cina, Asia Tenggara, India dan Afrika yang digunakan untuk obat kusta, penyembuhan luka, keloid dan parut (Widgerow et al., 2000). Diantara kandungan bioaktif saponin C.
asiatica, madekasosida adalah yang tertinggi (Munduvelil et al, 2010;. Zhang etal., 2007). Studi sebelumnya menunjukkan bahwa madekasosida memiliki berbagai aktivitas biologis, termasuk efek protektif terhadap cedera miokard iskemia-reperfusi (Li et al., 2007), dan sifat antipsoriatik (Sampson et al., 2001), peroksidatif antilipid, antiinflamasi (Li et al., 2009) dan efek antidepresan (Liu et al., 2004). Hal ini juga bisa melindungi neuron hippocampus dari toksisitas aluminium kronis, memperbaiki memori spasial pada tikus dengan demensia (Sun et al., 2006). Selanjutnya, madekasosida bisa merangsang sel proliferasi dan sintesis kolagen tipe I dan III dalam fibroblas (Zhang et al., 2003).

Temuan terbaru menunjukkan bahwa madekasosida, diberikan secara oral, sangat memfasilitasi penyembuhan luka bakar pada tikus melalui aktivitas antioksidan dan meningkatkan sintesis kolagen dan angiogenesis (Liu et al., 2008a).
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com