BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan Memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, mutu pendidikan yang khususnya pada materi pelajaran matematika harus mendapat perhatian yang serius. Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, perluh lebih ditingkatkan dan disempurnakan pembelajaran Matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang mengembangkan cara berfikir logis dan kritis serta sangat berarti dalam kehidupan sehari-hari.
Bedasarkan kurikulum satuan pendidikan dalam (malyasa, 2006 : 105) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada tingkat SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik, selengkapnya sebagai berikut : Membangun dan menerapkan informasi, pengetahuan, dan teknologi secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif ; Menunjukan berpikir logis, kritis, dan inovatif secara mandiri ; Menunjukan sikap komperatif, sportif dan etos kerja untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam bidang iptek; serta menunjukan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kempleks.
Tetapi untuk mencapai tujuan yang tertera di atas tidak semudah seperti yang dibayangkan. Terlalu banyak masalah yang dapat dikatagorikan sebagai faktor penghambat pencapaian tujuan tersebut. Masalah tersebut tidak hanya datang dari pihak pengajar (guru) tetapi juga dari siswa bahkan sekolah itu sendiri.
Bedasarkan hasil observasi peneliti di SMA ANGKASA 1 LANUD MEDAN banyak permasalahan-permasalahan yang ditemukan. Banyak siswa-siswi yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang menakutkan. Banyak dari mereka yang tidak menyukai pelajaran matematika dan menganggap bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Terlalu banyak rumus dan hitungan-hitungan sehingga menyulitkan siswa untuk menerapkan rumus-rumus didalam menghitung. Metode pengajaran yang monoton juga menjadi alasan mengapa pelajaran matematika menjadi pelajaran yang membosankan bagi siswa. Apalagi ketika diberikan soal kebanyakan siswa tidak mengerti membaca soal dan cara menghitung soal dengan rumus yang telah dijelaskan. Sehingga pada akhirnya timbul anggapan pada diri siswa bahwa mata pelajaran matematika hanya cocok dipelajari oleh orang-orang yang suka menghitung.
Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung keaktifan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dianjukan oleh guru memang sangat tinggi dan hanya sebagian siswa saja yang aktif. Tetapi ketika guru menuntut siswa yang bertanya. Tentang materi yang sedang dipelajari tidak ada satupun siswa yang bertanya. Sama halnya ketika guru bertanya kepada siswa apakah materi yang disampaikan guru tersebut bisa dimengerti, siswa hanya diam saja dengan kata lain tidak ada siswa yang memberikan jawaban yang pasti..
Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas adalah seorang guru harus bisa memilih metode atau model pembelajaran yang dapat membuat pelajaran matematika lebih menyenangkan dan dapat memancing siswa untuk lebih aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Juga dapat menarik minat siswa untuk mempelajari matematika. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan, minat, dan mempermudah siswa dalam memahami materi matematika. Yamg pada akhirnya dapat miningkatkan efektifitas dan hasil belajar matematika siswa.
Di sini penulis menawarkan salah satu teori pembelajaran yaitu teori belajar sibernetik. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Teori ni mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Hanya saja sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa lebih dipentingkan. Hal lain yang berkaitan dengan teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajar yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Bedasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Efektifitas Penerapan Teori Belajar Sibernetik Dalam Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Limit di kelas XI IPS SMA ANGKASA 1 LANUD MEDAN.”
1.2. Identifikasi Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan antara lain:
Mutu pendidikan matematika masih rendah
Kesulitan siswa untuk memahami pelajaran matematika
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika rendah.
Kurangnya kemampuan siswa terhadap konsep limit
Kurangnya pengembangan metode pembelajaran yang digunakan guru
1.3 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan identifikasi masalah dan keterbatasan penulis, maka masalah yang disebutkan dalam identifikasi masalah diatas dibatasi pada : Keefektifan penerapan teori belajar sibernetik untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pokok limit di SMA Angkasa I Lanud Medan kelas XI Semester II tahun ajaran 2008/2009
1.4 Rumusan Masalah.
Berdasarkabn batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah pembelajaran matematika dengan metode belajar Sibernetik efektif digunakan pada materi pokok bahasan limit di SMA Angkasa 1 Lanud Medan kelas XI Semester II tahun ajaran 2008/2009
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan Penelitian ini adalah :
Untuk mengetahuai apakah pembelajaran matematika dengan metode sibernetik efektik digunakan pada materi pokok bahasan limit.
Untuk mengetahui efektifitas siswa selama mengikuti proses belajar dengan menggunakan teori belajar sibernetik pada materi pokok bahasan limit
1.6 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat berupa sumbangan pikiran dan masukan yang berarti bgi berbagai pihak terutama :
Bagi guru, sebagai bahan masukan mengenai straregi pembelajaran matematka dengan metode sibernetik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa .
Bagi siswa, melalui penerapan pembelajaran matematika dengan metode sibernetik diharapkan siswa lebih berfikir positif terhadap matematika.
Bagi peneliti, sebagai bahan masukan yang berarti sebag\ai calon pendidik.
Peneliti lain, bahan masukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian belajar
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh siswa, kemudian bagaimana informasi itu diproes dalam pikiran siswa. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok.ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik.
Oleh karena itu para ahli membahas mengenai belajar yang masing-masing memberikan defenisi belajar sesuai dengan sudut pandang mereka.
Menurut Slameto ( 1995:2 ) bahwa: ”Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatuperubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkunganya.
Jadi belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan.
Selanjutnya Hujodo ( 1988:1) mengemukakan bahwa : ”Kegiatan dan Usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku itu merupakan hasil belajar.”
Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa : ”Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualuitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, dan kebiasaan, dan lain-lain.
Dari pengertian di atas sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli, dapat diambil suatu pemahaman bahwa belajar itu bertujuan untuk mengadakan perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan.Yang mana dalam belajar itu membutuhkan kegitan usaha.
2.2 Strategi Mengajar Matematika
Seorang guru sebelum terjun di depan kelas membawakan suatu bahan pengajaran, ada dua halyang harus dilakukan yaitu nguru harus mengusai materi yang diajarkan dan memikirkan cara menyampaikan dengan baik.
Menurut Hujodo ( 1988:3) menyatakan bahwa : ”Mengajar matematika adalah suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang dimilikinya kepasda peserta didik.”Mengajar matematika merupakan suatu kegiatan agar siwa belajar untuk mendapatkan matematika yaitu, keterampilan dan sikap tenyang matematika itu sendiri.
Apabila seorang guru ingin mengajar matematika kepada peserta didik dengan baik dan berhasil maka pertama sekali guru harus menetapkan tujuan pembelajaran dan metode apa yang tepat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Hal ini sejalan dengan pendapat Simanjuntak (1992:19) yang menyatakan bahwa : ”Untuk menerapkan suatu metode dalam pengajaran matematika sebelumnya harus menyusun strategi belajr mengajar”. Dengan strategi belajar mengajar yang sudah tersusun dapat ditentukan metode, teknik atau media pengajaran sebagai pendukung materi yang diajarkan.
Jadi pengajran itu harus berorientasi terhadap tujuan yang akan dicapai, sehingga pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna bagi peserta didik.
2.3 Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar matematika siswa merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran matematika.
Sudjana (2003:3) menyatakan bahwa: ”Hasil belajar adalah perubahan tinkah laku yang timbul misalnya dari tidak tahu menjadi tahu”. Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalamn atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan karena kebetulan.tingkat pencapaian hasil belajar oleh siswa disebut hasil belajar.
Hasil belajar ini diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau kemampuan siswa dalam suatu pokok bahasan guru biasanya mengadakan tes hasil belajar.Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siwa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai program pengajaran.
Jadi hasil belajar itu adalah hasil yang dicapai siswa sebagai bukti keberhasilan proses belajar mengajar yang dialami siswa dalam pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai.
Dengan demikian hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapaisiswa sebagai buktikeberhasilan proses belajarmengajar dalam bidang pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai.
2.4. Metode Belajar Sibernetik
Teori belajar jenis ini, mungkin yang paling baru dari semua teori belajar yang dikenal, yaitu Teori Sibernetik. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi.
Sekilas, teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik , namun, yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses. Informasi inilah yang akan menentukan proses.
Asumsi lain dari teori Sibernetik ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Oleh karena itu, sebuah informasi mungkin akan dipelajarai oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
Dalam bentuknya yang lebih praktis, teori ini misalnya telah dikembangkan oleh Landa (dalam pendekatan yang disebut algoritmik dan heuristik), pask dan Scott (dengan pembagian siswa tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial atau serialist), atau pendekatan-pendekatan lain yang berorientasi pada pengolahan informasi.
Beberapa pandangan yang dikemukakan oleh para ahli psikologi tentang teori sibernetik.
1.LANDA
Landa merupakan salah seorang ahli Psikologi yang beraliran Sibernetik. Menurut Landa, ada dua macam proses berpikir. Pertama, disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu. Jenis kedua adalah cara berpikir heuristik, yakni cara berpikir divergen, menuju kebeberapa target sekaligus.
Proses belaajar akan berjalan denga baik jika apa yang hendak dipelajari itu atau masalah yang hendak dipecahkan (atau dalam istilah yang lebih teknis yaitu sistem informasi yang endak dipelajari) diketahui ciri-cirinya. Satu hal lebih tepat apabila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi keleluasaan siswa untukberimajinasidan berpikir. Misalnya, agar siswa mampu memahami sebuah rumus matematika, biasanaya mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah kesatu target tertentu. Namun, utuk memahami makna suatu konsep yang luas dan banyak memiliki interpretasi (misalnya konsep “burung”), maka akan lebih baik jika proses berpikir siswa dibimbing ke arah yang “menyebar” (heuristik), dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatis, dan linier.
2.PASK DAN SCOTT
Ahli lain adalah yang pemikirannya beraliran sibernetik adalah pask dan scott. Pendekatan serialis yang diusulkan oleh pask dan scott sama dengan pendekatan algoritmik. Namun, cara berpikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan heuristik. Cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang kita amati lebih dahulu, tetapi seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil.
Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan beberapa hal seperti ingatan jangka pendek (short term memory), ingatan jangka panjang (long term memory), dan sebagainya, yang berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan informasi. Kita lihat pengaruh aliran Neurobiologis sangat terasa di sini. Namun, menurut teori sibernetik ini, agar proses belajar berjalan seoptimal mungkin, bukan hanya car kerja otak kita yang perlu dipahami, tetapi juga lingkungan yang mempengaruhi mekanisme itu pun perlu diketahui.
2.5 Efektivitas Pembelajaran Matematika
Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Fauzi:2002) mengemukakan bahwa :
”Pembelajaran yang efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penentuna informasi ( pengetahuan).Siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru.hasil belajar ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir siswa.”
Keefektifan pembelajaran yang dimaksud di sini adalah sejauh mana pembelajaran matematika berhasil menjadikan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang dapat dilihat dari ketuntasan belajar.
Menurut suryosubroto ( 1997:33) agar pelaksanaan pengajaran matematika efektif yang perlu diperhatikan adalah :
1.Konsistensi kegiatan belajar dengan kurikulum dilihat dari aspek:
a) Tujuan pembelajaran
b) Bahan pengajaran
c) Alat pengajaran yang digunakan
d) Strategi evaluasi
2.Keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar meliputi :
a)Menyajikan alat, sumber dan perlengkapan belajar
b) Mengkondisikan kegitan belajar mengajar
c)Menggunakan waktu yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajarsecara efektif.
d) Motivasi belajar siswa
e)Menguasai bahan pelajaran yang akan di sampaikan
f) Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
g)Melaksanakan komunikasi interaktif kepada siswa
h)Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.
Untuk melihat keberhasilan guru dalam mengajar suryosubroto ( 1997:36) mengemukakan bahwa: ”efektifitas guru mengajar nyata dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam menguasai apa yang diajarkan guru itu.”
Adapun indikator yang dapat dilihatuntuk menentukan apakah pembelajaran itu berhasil atau tidak dapat dilihat dari dua segi yaitu:
1. Mengajar guru, menyangkut sejau mana tujuan pembelajaran yang direncanakan tercapai.
2. Belajar murid, mengungkapkan sejauh mana tujuan pembelajaran yang ingin tercapai melalui kegiatan
belajar mengajar atau yang sering disebut dengan ketuntasan belajar dilakukan dengan tes evaluasi
Dari uraian di atas dan keterbatasan peneliti maka yang menjadi indikator keefektifan pembelajaran matematika pada penelitian ini hanaya ditinjau dari aspek:
1. Ketuntasan Belajar Siswa
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar Depdikbud
( 1994:39) terdapat kriteria ketuntasan belajar perorangan dan klasikal yaitu:
- Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika siswa tersebut telah mencapai skor 65% atau nilai 65
- Suatu kelas dikatakan belajar siswa jika terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%
Jadi dalam penelitian inidikatakan tuntas apabila siswa mencapai skor 65% ke atas dan tuntas secara klasikal 85% ke atas.
2. Ketercapaian Tujuan Pembelajaran khusus (TPK)
Usman dan Setiawati ( 1993:43) memberi acuan tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses belajar yang dilihat dari TPK adalah sebagai berikut:
a) Istimewa / maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaranyang di ajarkan itu dapat dikuasai siswa.
b) Baik sekali / optimal : Apabila sebagian besar 85% s/d 94% bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat
dikuasai siswa
c) Baik / minimal : Apabila bahan yang diajarkan hanya 75% s/d 84% dikuasai siswa
d) Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75 % dikuasai siswa.
Secara keseluruhan pencapaian TPK dianggap tuntas apabila 80% dari seluruh TPK sudah tuntas dicapai oleh siswa.
3. hubungan timbal balik antara guru dan siswa
Hubungan timbal balik berlangsung dalam situasi edukatif dapat dilihat dari ciri-ciri guru yang efektif dalam mencuiptakan kondisi belajar mengajar yang efektif.
Menurut Suryosubroto (1997:15) mengatakan bahwa:’ terdapat ciri-ciri guru yang efektif yaitu:
1. Memulai dan mengakhiri pelajaratepat waktu
2. Mengemukakan tujuan pembelajaran pada permulaan pembelajaran
3. Menyajikan pelajaran langkah demi langkah
4. Memberikan latihan praktis yang mengaktifkan semua siswa
5. Mengajukan banyak pertanyaan dan berusaha memperoleh jawaban sebanyak-banyaknya.
6. Mengerjakan kembali apa yang belum dipahami siswa
7. Mengadakan evaluasi
Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa indikator untuk melihat hubungan timbal balik antara guru dan siswa.dala proses pembelajaran yang dilampirkan pada lembar observasi yang terdiri :
· Lembar observasi pengelolaan pembelajaran
· Lembar observasi aktivitas siswa dala pembelajaran.
Observasi dilakukan oleh guru matematika dikelas penelitian. Hasil observasi dianalisis secara deskriptif dan proses pembelajaran dikatakan efektif jika pelaksanaanya dapat disimpulkan berjalan dengan baik.
Adapun kriteria rata-rata penilaian menurut Fauzi (2002) adalah:
1,00 – 1,79 : Sangat kurang
1,80 – 2,79 : Kurang
3,80 – 3,39 : Cukup
3,40 – 4,19 : Baik
4,20 – 5,00 : Sangat baik
Dari uraian di atas dan keterbatasan peneliti maka yang menjadi indikator keefektifan pembelajaran matematika pada penelitian ini hanya ditinjau dari empat aspek:
1. Ketuntasan belajar siswa
2. Ketercapaian tujuan pembelajaran khusus (TPK)
3. Keefektifan kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran
4. Keefektifan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2.6 Kerangka Konseptual
Matematika merupakan mata pelajaran yang mengembangkan cara berfikir logis dan kritis serta sangat berarti dalam kehidupan sehari-hari.
Bedasarkan kurikulum satuan pendidikan dalam (malyasa, 2006 : 105) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada tingkat SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik, selengkapnya sebagai berikut : Membangun dan menerapkan informasi, pengetahuan, dan teknologi secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif ; Menunjukan berpikir logis, kritis, dan inovatif secara mandiri ; Menunjukan sikap komperatif, sportif dan etos kerja untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam bidang iptek; serta menunjukan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks.
Tetapi untuk mencapai tujuan yang tertera di atas tidak semudah seperti yang dibayangkan. Terlalu banyak masalah yang dapat dikatagorikan sebagai faktor penghambat pencapaian tujuan tersebut. Masalah tersebut tidak hanya datang dari pihak pengajar (guru) tetapi juga dari siswa bahkan sekolah itu sendiri. Penggunaan metode atau setrategi pembelajaran yang monoton, kemampuan dan minat siswa yang rendah, ketersediaan alat-alat penunjang praktikum merupakan sebagian dari begitu banyak faktor-faktor ang mempengaruhi kesulitan siswa mempelajari materi-materi matematika.
teori belajar sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Oleh karena itu, sebuah informasi mungkin akan dipelajarai oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.