Saturday, February 16, 2013

Unsur Pembentuk Cerpen


Cerpen merupakan jenis prosa yang sering digunakan oleh pengarang untuk mengekspresikan atau menuangkan kemampuannya dalam bercerita. Untuk memahami sebuah cerpen atau menganalisis cerpen ada baiknya lebih dahulu mengetahui apa-apa saja yang membangun sebuah cerpen. Unsur dalam cerpen harus saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Cerpen dibangun atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur  Intrinsik
          Suroto (1989:96) mengatakan, ”unsur intrinsik adalah unsur dalam sastra yang ikut serta dalam membangun karya sastra itu sendiri, yaitu :
a. Tema dan amanat
          Tema adalah sesuatu yang menjadi pokok persoalan atau sesuatu yang menjadi pemikiran. Tema disampaikan melalui sebuah jalinan cerita, karena itu tema suatu cerita hanya dapat diketahui dan ditafsirkan setelah membaca ceritanya dan menganalisisnya. Sedangkan amanat adalah maksud atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan.
Setelah menganalisis akan dipaparkan analisis tema dan amanat yang terdapat dalam cerpen ” Perawan Dari Pantai”. Inti cerita, selain menceritakan ketabahan Fatimah dalam menghadapi masalah kehidupannya, Fatimah tidak lupa meminta petunjuk kepada Tuhan. Berdasarka inti cerita itu disimpulkan bahwa tema cerpen ”Perawan Dari Pantai” yaitu bertemakan tentang religius dan ketabahan Fatimah dalam menghadapi masalahnya.
Kehidupan Fatimah berada dilingkungan pesisir yang jauh dari kehidupan teknologi. Bahkan pendidikan pun kurang di daerah itu. Hal itu juga merupakan amanat yang tersirat dalam cerpen tersebut bahwa pengarang ingin menyampaikan perubahan sistem atau cara kehidupan masyarakat pesisir agar lebih maju cara berfikirnya terutama di bidang pendidikan.
b. Plot (alur)
          Plot (alur) adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita. Secara tradisional plot cerita prosa dimulai dari perkenalan, pertikaian, klimaks, dan pelarian.
          Alur yang terpapar dalam cerpen ”Perawan Dari Pantai” yaitu alur mundur. Dimana penceritaan isinya diceritakan bagaimana Fatimah mengingat kembali kejadian-kejadian yang terjadi pada dirinya sehingga dia mengambil keputusan untuk meninggalkan keluarganya.
c. Penokohan (perwatakan)
          Penokohan yang dimaksud adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut ini berhubungan dengan dua hal yaitu teknik penyampaian dan watak atau kepribadian tokoh yang ditampilkan.

   Sudjiman (1998:11-21) membedakan tokoh atas beberapa bagian , yaitu:
  1. Berdasarkan fungsinya:
 a. Tokoh senteral, yakni tokoh utama atau protagonis yang menjadi pusat sorotan dalam kisahannya. Kriterium yang digunakan bukan frekuensi kemunculan tokoh, melainkan intensitas keterrlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita.
 b. Tokoh bawahan, yakni tokoh tambahan yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, namun kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama.
2. Berdasarkan cara menampilkan tokoh:
a. Tokoh datar, yakni tokoh yang diungkapkan atau disoroti dari satu watak saja, termasuk tokoh streotip.
b. Tokoh bulat, yakni tokoh yang disoroti dari segala seginya, baik kelemahan maupun kekuatannya. Tokoh ini bersifat kompleks sehingga dapat dibedakan dari tokoh lain.
        Berdasarkan pendapat di atas maka tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam sebuah cerita dapat dibedakan atas tokoh sentral/utama dan tokoh bawahan, tokoh datar dan bulat (kompleks). Dalam penelitian ini, hanya dibicarakan dari segi tokoh utama dan tokoh tambahan saja.
        Dalam cerpen ”Perawan Dari Pantai”, tokoh utama adalah seorang wanita yang religius dan bimbang hatinya dari permasalahan hidupnya yang bernama Fatimah. Sebagai tokoh pembantu dalam cerita ini Ayah, Ibu, dan Datuk. Ketiga tokoh ini berperan penting dalam setiap peristiwa pada alur cerita.
d. Latar (setting)
          Yang dimaksud dengan latar atau setting adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa. Untuk dapat melukiskan latar yang tepat, pengarang harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang keadaan atau waktu yang akan digambarkan.
   Dalam cerpen ”Perawan Dari Pantai” latar tempat terjadi di daerah pesisir.
e. Dialog  (pecakapan)
          Dialog atau percakapan adalah ujaran-ujaran yang dilakukan oleh para tokoh dalam suatu cerita. Dialog dapat menunjang penggambaran latar, plot, perwatakan, dan amanat.
          Dialog yang dipergunakan dalam cerpen ini adalah dialog yang menggunakan tata bahasa yang rapi.

f.  Sudut pandang
          Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut. Penempatan diri pengarang dalam cerita tersebut dapat bermacam-macam, yaitu: (1) pengarang sebagai tokoh utama, (2) pengarang sebagai tokoh bawahan, (3) pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita.
          Sudut pandang yang dikemukakan dalam cerpen :Perawan Dari Pantai” adalah pada poin 3. Dimana pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita.

Unsur Ekstrinsik
Menurut Suroto (1989:138) ”unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu sendiri. Unsur itu meliputi latar belakang kehidupan pengarang, adat istiadat yang berlaku pada saat itu, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi, pengetahuan, dan agama. Dalam sebuah cerpen adalah permasalahan kehidupan (baik bidang politik, pendidikan, agama, sosial).” 
 a. Politik 
    Politik yang dimaksud dalam konteks ini adalah hal-hal dasar-dasar pemerintahan dan berkaitan dengan kebijakan-kebijakan. Bagaimana juga masalah politik tersebut tidak dapat lepas dari ideologi.
    Dalam konteks kehidupan kesusastraan Indonesia, para pengarang memberikan perhatian pada segi politik. Hal ini dapat ditemukan dalam karya-karya pengarang Indonesia.

      b. Pendidikan
   Pendidikan yang dimaksud yaitu karya sastra yang dipandang sebagai sarana pendidikan yang baik bagi manusia atau sarana mengajar untuk membuat manusia lebih paham terhadap dunia. Bahkan, sebagian orang berpendapat bahwa sastra merupakan alat pengajaran yang efektif.
      c. Agama
   Dari sisi kehidupan beragama karya sastra pun mempunyai peran dalam menawarkan suatu gagasan, sarana dan alternatif bagi pemecahan persoalan sosial (kemasyarakatan) akibat benturan antara kepentingan untuk kebahagiaan batin (rohani). Kemahakuasaan Tuhan merupakan satu-satunya pilihan untuk menjawab persoalan yang ada dalam kehidupan masyarakat.
      d. Latar budaya
  Dalam sebuah cerpen, latar yang digunakan pengarang juga menentukan hasil dari cerita. Pengarang dapat mengangkat unsur budaya suatu daerah untuk dijadikan cerita. Pengarang dapat mengangkat adat istiadat dari suatu daerah untuk dijadikan latar budaya yang menopang kisah dalam cerita.
Menurut Sammy dalam Koentjaraningrat (1989:35) menyatakan, ”Ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada diluar sastra dan ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra tersebut, misalnya faktor soial, ekonomi, kebudayaan, politik, moral, keagamaan, dan tata nilai yang dianut masyarakat.”
           Jadi, berdasarkan pendapat di atas maka sosio budaya adalah bagian dari unsur ekstrinsik dari karya sastra, karena sosio budaya memuat nilai-nilai sosio, budaya, ekonomi, dan agama.

Analisis Nilai-nilai Sosio Budaya cerpen ”Perawan Dari Pantai” karya 
Sulaiman  Sambas.
          Dalam cerpen ”Perawan Dari Pantai” terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam isi cerita. Cerpen tersebut menceritakan tentang bagaimana ketegaran Patimah menghadapi takdir hidup yang dijalaninya dan tidak putus asa berserah diri kepada Tuhan. Dimana Patimah disuruh kahwin ganti tikar dengan Sodik abang ipar dari mendiang Masitah kakaknya. Tetapi Patimah menolaknya karena umur Patimah yang masih muda untuk berumah tangga. Patimah tidak ingin sama nasibnya seperti perempuan-perempuan muda dikampung nelayan pantai yang cepat terhisap sari madunya, lantas rontok, kisut dimamah biak oleh anak-anak lahir tiap tahun. Untuk itu Patimah berambisi menyelesaikan sekolah lebih dahulu. Agar menjadi berguna bagi kampungnya. Dan ingin merubah nasib kehidupan masyarakat dikampungnya. Menjelaskan, membuka pengertian pada setiap pintu hati yang tertutup mengangkat mereka dari kubangan lumpur langau pantai.
Maka dari itu nilai-nilai sosio budaya tersebut akan dijelaskan di bawah ini:
a.       Nilai sosio
Secara garis besar nilai sosio yang ada pada cerpen “Perawan Dari Pantai” tersebar di setiap paragraf seperti contoh terdapat pada paragraf sebelas “Itulah, kami telah sependapat dan berharap kau mau kahwin ganti tikar dengan abang iparmu Sodik” dan juga terdapat pada pada tiga puluh enam “Patimah merasa sangat prihatin terhadap nasib kaumnya di tanah kelahirannya itu.”
b.      Nilai budaya
Budaya dalam cerpen ”Perawan Dari Pantai” merupakan budaya yang ada di daerah pesisir. Pengarang mengangkat cerita dan adat istiadat dari daerah tanah kelahirannya sendiri. Didalam cepen ini pendidikan kuranglah diutamakan. Karena masyarakat pesisir lebih mengutamakan mata pencahariannya sendiri yaitu nelayan, sehingga pendidikan terkebelakang. Seperti contoh pada paragraf dua puluh satu ”Terbayang sehari-hari ayahnya turun kelaut malam-malam, dan siang esok pulang dengan tangan hampa karena dipukul angin kencang. Dan juga pada paragraf empat puluh enam ”Sama seperti perempuan-perempuan muda dikampung nelayan pantai kita sejak dulu terus berkembang biak. Melahirkan dan melahirkan meneruskan leluhur. Ditinjau dari segi jumlah penduduk, kehidupan daerah pesisir penduduknya sangat padat, itu dikarenakan setiap tahun peningkatan kelahiran terus meningkat.
c.       Nilai ekonomi
Hubungan manusia dengan alam adalah nilai penyatuan, pemanfaatan, dan pemeliharaan. Alam yang memberi kehidupan kepada manusia. Seperti halnya pada paragraf dua puluh ”Kau tahu sendiri, sejak dulu ayah hanya seorang nelayan kecil.” dan juga pada paragraf dua puluh delapan ”Ibumu terpaksa mengulang kerja lamanya mengambil upahan menjemur ikan asin di tangkahan.” Mata pencaharian yang diceritakan dalam cerpen ”Perawan Dari Pantai” yaitu nelayan yang merupakan mata pencaharian utama.
d.      Nilai agama
     Dalam cerpen ”Perawan Dari Pantai” nilai religius terdapat sangat kental. Hubungan tokoh utama sangat erat dengan penciptanya seperti halnya dimana terdapat pada paragraf pertama ”Lengkap dengan telekung putih bersih masih belum dilepas selesai solat isya tadi.” bukan itu saja pada paragraf  kedua dan keempat juga terdapat nilai agamanya, ”dimana Fatimah selalu meminta petunjuk kepada Tuhan untuk diberi kemudahan dan jalan keluar dari permasalahannya. Karena Fatimah yakin hanya Tuhan lah yang akan memberi petunjuk dari masalahnya.
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com