Thursday, March 21, 2013

Belajar Matematika


Belajar Matematika
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2001: 895) Prestasi diartikan sebagai yang telah dicapai (telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”. “Menurut Arifin (1991: 3), prestasi berarti hasil usaha. Dalam hubungannya dengan usaha belajar, prestasi berarti hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar pada kurun waktu tertentu”. Prestasi belajar siswa mampu memperlihatkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/ pengalaman dalam bidang ketrampilan, nilai dan sikap.
Dalam beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang telah dicapai oleh seseorang sedang prestasi belajar adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dalam waktu tertentu.
Seorang siswa yang telah melakukan kegiatan belajar matematika, dapat diukur prestasinya setelah melakukan kegiatan belajar tersebut dengan menggunakan suatu alat evaluasi. Jadi prestasi belajar matematika merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mempelajari matematika dalam kurun waktu tertentu dan diukur dengan menggunakan alat evaluasi (tes).

Model  Non Directive Teaching
Pengertian  Non Directive Teaching
Arsitek utama dalam model non directive teaching  adalah Carl Rogers, seorang guru besar psikologi dan psikiatri dari Universitas Wisconsin, Amerika Serikat. Dalam tulisannya yang berjudul Non directive Counseling, yang di publikasikan oleh Review of Education Research, Rogers mencoba menganalisis tentang peran individu yang dibimbing sebagai fokus utama proses konseling dengan interaksi yang tertata rapi.
Rogers mengatakan bahwa, jika seorang konselor sanggup menciptakan suasana interaksi yang cukup erat dan menyenangkan, penuh pengertian dan bebas dari segala ketakutan serta menghargai martabat  individu, maka individu yang dibimbing akan bersedia membuang segala metode pertahanan dirinya, bahkan kemudian akan mengambil manfaat yang seluas-luasnya dari situasi konseling untuk perkembangan dirinya. Jadi, inti dari pendekatan non directive ini adalah menempatkan individu pada posisi puncak dalam mempersentasikan berbagai kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.

Langkah-langkah Non directive teaching
            Langkah-langkah  dari model Non directive teaching menurut Carl Rogers adalah sebagai berikut:
a)      Guru membantu siswa untuk menemukan inti permasalahan yang dihadapi siswa itu sendiri. Biasanya hal ini terjadi di awal wawancara, tapi kadang terjadi pula pada saat wawancara telah atau sedang berlangsung.
Tapi biasanya pembatasan masalah yang dihadapi siswa sangat bervariasi tergantung jenis masalah atau siswanya.
b)      Guru mendorong siswa (memancing) siswa agar dapat mengespresikan perasaannya yang bersifat positif. Di samping itu guru harus mampu mendorong (memancing) siswa agar dapat menyatakan dan menggali permasalahannya. Bagaimana caranya? Dengan cara menerima tangan terbuka dan kehangatan serta tanpa memberikan penilaian (men-cap jelek atau buruk) terhadapnya.
c)      Siswa secara bertahap mengembangkan pemahaman (kesadaran) akan dirinya. Ia berusaha menemukan makna dari pengalamannya, menemukan hubungan sebab dan akibat dan pada akhirnya memahami (menyadari) makna dari perilaku sebelumnya. Dalam hal ini, di mana siswa berada dalam tahapan upaya menggali permasalahannya sendiri dan upaya memahami perasaannya, guru hendaknya mampu memancing siswa untuk melakukan refleksi diri.
d)     Guru mendorong siswa untuk membuat perencanaan dan pengambilan keputusan berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Tugas guru jangan memberikan alternatif, tapi berusaha membantu mengklarifikasi alternatif-alternatif yang diajukan siswa.
e)      Siswa melaporkan tindakan (berupa alternatif-alternatif pemecahan masalah) yang telah diambilnya. Lebih jauh ia mereflesikan ulang tindakan yang telah diambilnya tersebut dan berupaya membuatnya lebih baik dan efektif.

Kebaikan-kebaikan Non directive teaching
a)    Model ini dapat mendekatkan hubungan antara guru dan siswa yang          bersifat positif.
b)      Model ini membuat siswa lebih aktif dalam menemukan apa  yang sedang mereka pikirkan dan rasakan, dan membantu mereka memahami apa yang mereka lakukan.
c)    Model ini dapat digunakan dalam berbagai situasi dan kondisi.
d)   Model ini adalah model dasar untuk melaksanakan pendidikan secara keseluruhan.

Temuan Penelitian Terdahulu
            Laila adrah nasution (2007) dalam penelitiannya dengan judul “ Pengaruh Penerapan Pembelajaran Non Directive Terhadap Prestasi Matematika Pokok Bahasan Bangun Datar di Kelas VII SMP (Laksamana Martha Dinata T.A 2007/2008” menyimpulkan bahwa dari hasil analisis hasil penelitian menunjukkan adanya prestasi siswa yang signifikan dengan penerapan model non directive pada pokok bahasan bangun datar di kelas VII semester I T.P 2007/2008. Hal ini menunjukkan dengan tingkat ketuntasan evaluasi peserta didik pada tes awal diperoleh rata-rata nilai siswa kelas VII adalah 3,80 % meningkat menjadi 67,95% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 76,9% pada siklus II. Ini membuktikan bahwa model non directive dapat meningkatkan prestasi belajar siswa secara perlahan.
            Tuti Ramentri (2009) dalam penelitian dengan judul “Kemempuan Miningkatkan Matematika dengan model non directive teaching Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Di Kelas VIII semester II T.P 2009/2010. Hal ini menunjukan dengan tingkat ketuntasan evaluasi peserta didik pada tes awal diperoleh rata-rata nilai siswa kelas VIII adalah 32% meningkat menjadi 52% pada siklus Idan meningkat lagi menjadi 88% pada siklus II. Ini membuktikan bahwa model non directive teaching dapat meningkat prestasi belajar siswa secara perlahan.


Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com