Analisa Termal : Analisa termal dapat didefinisikan sebagai pengukuran sifat-sifat fisik dan kimia material sebagai fungsi dari suhu. Pada prakteknya, istilah analisa termal seringkali digunakan untuk sifat-sifat spesifik tertentu. (Sutiani, A., 2009)
Analisis termal dalam pengertian luas adalah pengukuran sifat kimia fisika bahan sebagai fungsi suhu (Mufty, M., 2009). Uji termal diperlukan untuk melihat perubahan sifat termal dari bahan komposit polimer (Deswita, dkk., 2007)
Penetapan dengan metode ini dapat memberikan informasi pada kesempurnaan kristal, polimorfisma, titik lebur, sublimasi, transisi kaca, dedrasi, penguapan, pirolisis, interaksi padat-padat dan kemurnian. Data semacam ini berguna untuk karakterisasi senyawa yang memandang kesesuaian, stabilitas, kemasan dan pengawasan kualitas. Pengukuran dalam analisis termal meliputi suhu transisi, termogravimetri dan analisis cemaran. (Mufty, M., 2009)
Analisa Termogravimetrik (TGA)
Thermogravimetri
adalah teknik untuk mengukur perubahan berat dari suatu senyawa sebagai fungsi
dari suhu ataupun waktu. Hasilnya biasanya berupa rekaman diagram yang kontinu;
reaksi dekomposisi satu tahap yang skematik diperlihatkan pada Gambar 2.11.
Dalam Thermogravimetri
(TGA), perubahan massa sampel diukur sebagai fungsi temperatur. Pengukuran
atau perubahan massa sampel ini diukur secara kontinyu dengan kecepatan
tetap. Hasil pengukuran dinyatakan
sebagai kurva antara berat yang hilang terhadap temperatur yang disebut termogram. Kurva ini dapat memberikan
informasi baik kualitatif maupun kuantitatif tentang sampel yang dianalisa. Termogram TGA memperlihatkan tahap-tahap dekomposisi yang terjadi akibat
perlakuan termal, seperti ditunjukkan Gambar 2.13.
Pada Gambar 2.13 terlihat bahwa pada temperatur T1, bahan mengalami kehilangan berat sebesar W0
– W1. Pada temperatur T2 dan T3, sampel
mengalami pengurangan berat sebesar W1-W2 dan W2-W3.
Persentase pengurangan berat ini berkaitan dengan perubahan kimia yang
menyebabkan perubahan berat sampel. Dalam bidang polimer, analisis termogravimetri ini terutama dipakai
untuk mempelajari degradasi termal, kestabilan termal, degradasi oksidatif,
komposisi dan identifikasi polimer. (Sutiani, A., 2009)
Preparasi Sampel TGA
·
Memaksimalkan
luas permukaan dari sampel untuk meningkatkan resolusi kehilangan berat dan
reprodusibilitas temperatur
·
Berat
sampel : 10-20 mg untuk aplikasi pada umumnya 50-100
mg untuk pengukuran zat-zat yang mudah menguap
·
Kebanyakan
TGA memiliki baseline drift dari 10 mg sampel
·
TGA terdiri dari
sebuah sample pan yang ditempatkan pada furnace
dan dipanaskan atau didinginkan selama eksperimen. Massa
dari sampel dipantau dan sampel dialiri oleh suatu gas untuk mengontrol
lingkungan sampel
·
Gasnya
berupa gas inert atau gas reaktif yang mengalir melalui sampel dan keluar melalui
exhaust.
Differential Thermal Analysis (DTA)
Differential
Thermal Analysis (DTA) adalah suatu teknik dimana suhu dari
suatu sampel dibandingkan dengan material inert. Suhu dari sampel dan
pembanding pada awalnya sama sampai ada kejadian yang mengakibatkan perubahan
suhu seperti pelelehan, penguraian, atau perubahan struktur kristal sehingga
suhu pada sampel berbeda dengan pembanding. Bila suhu sampel lebih tinggi
daripada suhu pembanding maka perubahan yang terjadi adalah eksotermal, dan
endotermal bila sebaliknya.( Onggo, D., dan Fansuri, H., 1999)
Analisa Sifat Mekanik
Pengujian sifat mekanik bahan
polimer sangat penting karena penggunaan bahan polimer sebagai bahan industri
sangat bergantung pada sifat mekanisnya. Sifat mekanik polimer merupakan salah
satu sifat yang sering digunakan untuk karakterisasi suatu bahan polimer. (Siagian,
K.A., 2009)
Sifat mekanik merupakan gabungan
antara kekuatan yang tinggi dan elastisitas yang baik, sifat ini disebabkan
oleh adanya dua macam ikatan dalam bahan polimer, yakni ikatan yang kuat antara
atom dan interaksi antara rantai polimer yang lemah (Siagian, K.A., 2009). Pengukuran
sifat mekanik meliputi yield strength (kekuatan luluh), tensile
strength (kekuatan tarik) dan elongation at break (perpanjangan
putus). (Deswita, dkk., 2007)
Kekuatan
Tarik (Tensile Strength)
Tensile
strength adalah
kemampuan bahan untuk menerima beban tanpa menjadi rusak atau putus. Tensile
strength suatu bahan ditetapkan dengan membagi gaya maksimum dengan luas
penampang mula-mula sebelum terdeformasi (Deswita, dkk., 2007)
Keterangan
:
Melalui pengujian
kekuatan tarik diperoleh kurva tegangan (stress) terhadap regangan (strain).
Bentuk umum kurva tegangan-regangan ditunjukkan Gambar 2.14.Sutiani,
A., 2009)
Modulus elastisitas adalah ukuran
suatu bahan yang diartikan ketahanan material tersebut terhadap deformasi
elastik. Makin besar modulusnya maka semakin kecil regangan elastik yang
dihasilkan akibat pemberian tegangan . Sifat mekanik bahan juga diamati dari
sifat kemulurunnya atau regangan
yang didefinisikan
sebagai pertambahan panjang yang dihasilkan oleh ukuran panjang spesimen akibat
gaya yang diberikan. (Siagian, 2009)
Keterangan
:
Besaran
kemuluran atau regangan ini berguna untuk mengamati sifat plastis dari bahan polimer.
Elongation at Break merupakan pertambahan panjang dari spesimen uji oleh karena beban
penarikan sampai sesaat sebelum spesimen uji tersebut mengalami perpatahan.
(Deswita, dkk. 2007)
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.