Saturday, March 16, 2013

Pencampuran Polimer (Polymer Blends).

Pencampuran Polimer (Polymer Blends) : Pencampuran polimer adalah cara yang paling sesuai untuk pengembangan material baru karena dapat menghasilkan bahan baru yang mempunyai sifat yang unggul dibandingkan masing-masing materi pembentuknya. Metode ini biasanya lebih murah dan hanya memerlukan waktu singkat untuk menghasilkan bahan polimer baru dibandingkan dengan metode polimerisasi dengan penemuan polimer baru dari monomer baru.
Sifat suatu campuran polimer sangat ditentukan oleh kompatibilisasi komponen komponen dalam campuran tersebut. Tujuan kompatibilisasi paduan polimer adalah untuk mendapatkan fasa terdispersi yang stabil dan merata sehingga morfologi dan sifat campuran yang diinginkan dapat tercapai. ( Bahruddin, dkk., 2010)
Keuntungan lain dari pencampuran lain adalah  sifat-sifat bahan dapat disesuaikan dengan menggabungkan komponen polimer dengan cara mengubah komposisi campuran.
Hasil penelitian (Sitepu, I.W., 2009), pencampuran antara HDPE/MA/BPO ditunjukkan pada tabel.2.11. Dimana reaksi grafting antara HDPE dengan MA dengan inisiator BPO didalam alat internal mixer pada suhu 1450C dapat terjadi dan variasi konsentrasi MA yang maksimum pada HDPE adalah sebesar 6 % dengan derajat grafting 12,38% dapat dilihat pada tabel 2.9

Data Hasil Pencampuran Polimer
Sampel HDPE (%)
MA (%)
BPO (%)
Berat Endapan (gram)
Volume KOH (ml)
Derajat Grafting (%)
95
3
2
0,855
1,3
3,72
92
6
2
0,910
4,6
12,38
89
9
2
0,980
2,1
5,24
86
12
2
0,963
2,0
5,08
83
15
2
0,912
1,8
4,83
(Sitepu, I.W., 2009)

Polietilen Grafted Maleated Anhidride (PE- g- MA)
Penelitian mengenai Polietilena-graft-Maleat Anhidrida (PE-g-MAH) telah banyak dilakukan disebabkan aplikasinya yang sangat luas, seperti untuk blending, compatibilizer agent terhadap polimer polar, bahan perekat dan pada teknologi nano. (Jayathu, dkk., 2006)
Gugus anhidrida pada PE-g-MAH memegang peranan penting dalam meningkatkan sifat mekanik dari campuran seperti kekuatan tarik (tensile strength) dan daya pemanjangan terakhir (ultimate elongation). Sifat akhir dari PE-g-MAH selain tergantung pada derajat grafting MAH, tetapi dapat juga di tentukan oleh distribusi dari MAH dalam rantai molekul PE. (Machado, dkk., 2005) ditunjukkan pada gambar 2.10
Polietilen adalah salah satu dari poliolefin yang paling banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan berbagai jenis peralatan rumah tangga dan kemasan makanan maupun minuman. Pemanfaatannya yang sangat luas dimungkinkan karena polimer ini memiliki banyak sifat-sifat yang bermanfaat antara lain daya tahan terhadap zat kimia dan benturan yang baik, mudah dibentuk dan dicetak, ringan dan harganya yang murah. Akan tetapi, karena kekristalan dan sifat hidrofobnya yang tinggi, energi permukaanya yang rendah, serta terbatasnya situs aktif yang ada pada permukaan PE, membatasi pemanfaatan PE tersebut dalam beberapa bidang aplikasinya seperti perekatan, pengecatan, dan pencetakan.
Secara umum, beberapa sifat tertentu seperti komposisi kimia, hidrofilitas, kekasaran, kekristalan, daya hantar listrik, daya adhesi, dan kelumasan dibutuhkan untuk pemanfaatan polimer tersebut. Untuk meningkatkan kesesuaian sifatnya (compatibility ), salah satu cara yang sudah dikembangkan adalah dengan memodifikasi permukaan PE agar dapat berinteraksi dengan bahan lain sehingga memenuhi persyaratan sesuai dengan peruntukan yang diinginkan.
Salah satu metoda modifikasi yang diketahui efektif untuk memasukkan sifat sifat yang diinginkan ke dalam PE adalah teknik grafting (tempel/cangkok). Kelebihan teknik grafting ini adalah PE dapat difungsionalisasi berdasarkan sifat yang dimiliki oleh monomer yang terikat secara kovalen tanpa mempengaruhi struktur dasar PE. Modifikasi suatu polimer dengan teknik grafting melibatkan pembentukan situs aktif berupa radikal bebas atau ion terlebih dahulu pada polimer induk. (Hendri, dkk., 2007)

Setrimonium Bromida  (Cetyl trimethylammonium bromide, CTAB)
CTAB termasuk golongan surfaktan yang merupakan zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik dan menurunkan tegangan permukaan. Berikut ini gambar struktur kimia CTAB produksi Jerman dan tabel sifat kimia dan fisika CTAB.
Tabel Sifat Kimia dan Fisika CTAB
Sifat Kimia dan Fisika
Kelarutan di dalam air
0.192 g/l (200C)
Titik Leleh
250-2560C
Massa Molar
364.45 g/mol
Bulk Density
390 kg/m3
Angka pH
5-7 (50 g/l, H2O, 200C)

Dalam CTAB terjadi emulsi yaitu campuran dua larutan yang tidak saling larut, larutan yang satu terdispersi ke larutan yang lainnya dan stabil terus menerus. Emulsi mempunyai sifat transparan, isotropik, stabil secara termodinamik dalam media cair. Agar emulsi stabil diperlukan stabilizer yang disebut surfaktan (surface active agent). Surfaktan biasanya merupakan senyawa organik yang bersifat amphiphilic, artinya mempunyai dua gugus, yang bersifat hydrophobic atau tak suka air dan yang satunya bersifat hydrophilic atau suka air.( Wardiyati,S., dkk., 2007). Pada pembentukan emulsi tersebut ditambahkan surfaktan (CTAB = Cetyl Trimethyl Ammonium Bromide) sebagai penstabil emulsi dan pengontrol pembentukan partikel.
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com