Surrogete Variabels
Surrogete Variabels adalah suatu bagian dari variabel asli yang dipilih untuk digunakan di dalam analisis selanjutnya. Pemilihan Surrogete Variabels meliputi sebagian dari beberapa variabel asli untuk dipergunakan di dalam analisis lanjutan dan menginterpretasikan hasilnya dinyatakan dalam variabel asli bukan dalam skor faktor.
Dengan meneliti matriks faktor, kita bisa memilih untuk setiap faktor variabel dengan muatan tinggi pada faktor yang bersangkutan. Variabel tersebut kemudian bisa dipergunakan sebagai variabel pengganti atau surrogate variable untuk faktor yang bersangkutan. Proses untuk mencari variabel pengganti akan berjalan lancar kalau muatan faktor (factor loading) untuk suatu variabel jelas jelas lebih tinggi daripada muatan faktor lainnya. Akan tetapi pilihan menjadi susah, kalau ada dua variabel atau lebih mempunyai muatan yang sama tingginya. Di dalam hall seperti ini, pemilihan antara variabel-variabel ini harus didasarkan pada pertimbangan teori dan pengukuran sebagai contoh, mungkin teori menyarankan bahwa suatu variabel dengan muatan sedikit lebih kecil mungkin lebih penting daripada dengan sedikit lebih tinggi.
Demikian juga halnya, kalau suatu variabel mempunyai muatan sedikit lebih rendah akan tetapi telah diukur lebih teliti/akurat, seharusnya dipilih sebagai surrogate variabel.Definisi
Analisis berarti kategori, penataan dan peringkasan data untuk memperoleh
jawaban bagi pertanyaan peneltiian. Kegunaan ialah mereduksi data menjadi
jawaban bagi pertanyaan penelitian. Kagunaan analisis ialah mereduksi data
menjadi perwujudan yang dapat dipahami dan ditafsir dengan cara tertentu hingga
relasi masalah penelitian dapat ditelaah serta diuji (Vincent, 1991).
Analisis factor nama umum yang menunjukkan suatu prosedur, utamanya
dieprgunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variable yang banyak diubah menjadi sedikit variabel, misalnya dari
15 variabel yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel baru yang disebut faktor
dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli
(Supranto, 2004).
Tujuan yang penting dari analisis faktor
adalah menyederhanakan hubungan yang beragam dan kompleks pada beberapa variabel
yang diamati dengan menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan pada
suatu struktur data yang baru yang mempunyai beberapa faktor yang lebih kecil.
Penggunaan metode analisis faktor dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Penyelidikan untuk penemuan
(Exploratory).
Analisis faktor digunakan untuk
menyelidiki dan mendeteksi suatu pola dari variabel- variabel yang ada, dengan
tujuan untuk menemukan suatu konsep baru dan kemungkinan pengurangan data dari
data dasar.
2. Penegasan suatu
hipotesa (Confirmatory uses).
Analisis faktor digunakan untuk mengadakan
pengujian suatu hipotesisi mengenai struktur dan variabel-variabel baru yang
berkaitan dengan jumlah faktor yang signifikan dan faktor loading yang
diharapkan.
3. Alat pengukur (Measuring devices).
Analisis faktor digunakan untuk membentuk
variabel-variabel untuk digunakan sebagi variabel baru pada analisis berikutnya
(Wibisono, 2003).
Model
Analisis Faktor dan Statistik yang Relevan
Secara matematis, analisis faktor agak
mirip dengan regresi linier berganda yaitu bahwa setiap variabel dinyatakan
sebagai suatu kombinasi linier dari faktor yang mendasari. Dimana analisis
regresi linier berganda dapat mengetahui besarnya pengaruh dari setiap variabel
bebas terhadap variabel tak bebas serta meramalkan nilai variabel yang tak
bebas tersebut.
Jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu
variabel dengan variabel lainnya yang tercakup dalam analisis disebut
communality. Hubungan antara variabel yang diuraikan dinyatakan dalam suatu
common factors yang sedikit jumlahnya ditambah dengan faktor yang unik untuk
setiap variabel. Faktor yang unik tidak berkcrelasi dengan sesama faktor yang
unik dan juga tidak berkorelasi dengan common factor. Common factor sendiri
bisa dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel-variabel yang
terlihat/terobservasi hasil penelitian lapangan.
Model
Matematik dalam Analisis Faktor
Didalam model analisis faktor, kompenen
hipotesis diturunkan dari hubungan antara variabel teramati. Model analisis
faktor mensyaratkan bahwa hubungan antara variabel teramati harus linier dan
nilai koefisien korelasi tak boleh nol, artinya benarbenar harus ada hubungan.
Komponen hipotesis yang diturunkan harus memiliki sifat sebagai berikut :
1. Komponen
hipotesis tersebut diberi nama faktor.
Tidak ada faktor yang menjadi kombinasi
linier dari faktor lain sebab faktorfaktor tersebut dibuat sedemikian rupa
sehingga bebas satu sama lain.
2. Variabel komponen hipotesis yang disebut
faktor bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu : common factors and unique factors. Common factor mempunyai lebih dari satu variabel dengan timbangan
yang bukan nol nilainya. Suatu faktor unik hanya mempunyai satu variabel dengan
timbangan yang tidak nol terkait dengan faktor. Jadi hanya satu variabel yang
tergantung pada satu faktor unik.
3. Common factor
selalu dianggap tidak berkorelasi dengan faktor unik. Faktor unik biasanya juga
dianggap saling tidak berkorelasi, akan tetapi common faktor mungkin atau tidak
mungkin berkorelasi satu sama lainnya.
4. Umumnya dianggap
bahwa jumlah common factor lebih sedikit dari jumlah variabel asli. Akan tetapi
banyaknya faktor unik biasanya dianggap sama dengan banyaknya variabel asli
(Supranto, 2004).
Mekanisme Analisis Faktor
Langkah-langkah yang diperlukan didalam analisis faktor bisa dilihat pada
gambar di bawah ini :
1. Merumuskan Masalah
Merumuskan
masalah meliputi beberapa hal
a.
Tujuan analisis factor harus diidentifikasi
b.
Variabel yang akan dipergunakan didalam analisis factor
dispesifikasi berdasarkan penelitian sebelumnya, teori dan pertimbangan dari
peneliti
c.
Pengakuran variable berdasarkan skala interval dan
rasio
d.
Banyaknya elemen sampel
(n) harus cukup/memadai, sebagai petunjuk kasar, kalau k banyaknya jenis
variabel maka n = 4 atau 5 kali k. Artinya kalau variabel 5, banyaknya
responden minimal 20 atau 25 orang sampel acak (Supranto, 2004).
2. Bentuk
Matriks Korelasi
Matriks korelasi merupakan matriks yang
memuat koefisien korelasi dari semua pasangan variabel dalam penelitian. Jadi,
matriks ini digunakan untuk mendapatkan nilai kedekatan hubungan antar
variabel. Nilai kedekatan ini dapat digunakan untuk melakukan beberapa
pengujian untuk melihat kesesuain dengan nilai korelasi yang diperoleh dari
analisis faktor.
Analisis faktor yang baik memiliki nilai
korelasi tinggi (rata-rata lebih besar dari 1 0.3 1 ). Dalam hal ini,
determinan matriks yang mendekati nol menunjukkan nilai korelasi tinggi. Selanjutnya
perlu diuji apakah matriks korelasi ini merupakan matriks identitas atau bukan
karena matriks identitas tidak dapat digunakan untuk analisis berikut. metode
yang biasa dilakukan adalah metode Barlett
Test of Spherecity. Kemudian perlu ditentukan niali koefisien korelasi
parsial, yaitu estimasi antar faktor unik yang nilainya harus mendekati nol
untuk memenuhi asumsi analisis faktor. Untuk menguji kesesuaian pemakaian
analisis faktor, digunakan metode. Kaiser-Meyer-Olkin
(KMO). KMO adalah indek pembanding besarnya koefisien korelasi observasi dengan
besarnya koefisien korelasi parsial. Jika nilai kuadrat koefisien korelasi
parsial dari semua pasangan variabel lebih kecil dari pada jumlah kuadrat
korelasi parsial, maka harga KMO akan mendekati satu, yang menunjukkan
kesesuain penggunaan analisis faktor. Menurut Kaiser (1974):
a. Harga KMO sebesar 0,9 adalah sangat memuaskan.
b. Harga KMO sebesar 0,8 adalah memuaskan.
c. Harga KMO sebesar 0,7 adalah harga menengah.
d. Harga KMO sebesar 0,6 adalah cukup.
e. Harga KMO sebesar O,Sadalah kurang memuaskan.
f. Harga KMO sebesar 0,4 tidak dapat diterima.
Untuk menentukan apakah proses pengambilan
sampel telah memadai atau tidak, digunakan pengukuran Measure of Sampling Adequacy
(MSA). Nilai MSA yang rendah merupakan pertimbangan untuk membuang variabel
tersebut pada tahap analisis selanjutnya. Sering kali karena jumlah data yang
banyak perhitungan KMO dan MSA hanya dimungkinkan dengan bantuan komputer
(Wibisono, 2003).
Angka MSA berkisar 0-1 menunjukkan apakah
sampel bisa dianalisis lebih lanjut (Wibowo, 2006):
- MSA = l, variabel
tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain.
- MSA > 0,5
variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianaiisis tebih Ianjut.
- MSA < 0,5
variahel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut.
3. Menentukan
Metode Analisis Faktor
Setelah ditetapkan bahwa analisis faktor
merupakan teknik yang tepat untuk menganalisis data yang sudalz dikumpulkan,
kemudian ditentukan atau dipilih metode yang tepat untuk analisis faktor. Ada dua cara atau metode
yang bisa dipergunakan dalazn analisis faktor, khususnya untuk menghitung
koefisien skor faktor, yaitu analisis komponen ularna (Principal Component Analysis) dan analisis faktor umum (Common F'aclor Analysis).
Principal
Component Analysis merupakan teknik
reduksi data yang bertujuan untuk membentuk suatu kombinasi linier dari
variabel awal dengan memperhitungkan sebanyak mungkin jumlah variabel awal
tersebut.
Common
Factor Analysis merupakan medel
faktor yang digunakan untuk mengidentifikasikan sejumlah dimensi dalam faktor
yang tidak mudah untuk dikenali. Tujuan utamanya adalah mengidentifikasikan
dimensi laten yang direpresentasikan dalam himpunan variabel asal (Wibisono,
2003).
4. Rotasi
Faktor-faktor
Suatu hasil atau output yang penting dari
analisis faktor ialah apa yang disebut matriks faktor pola. Matriks faktor
berisi kcefisien yang dipergunakan untuk mengekspresikan variabel yang
dibakukan dinyatakan dalam faktor. Koefisienkoefisien ini yang disebut muatan
faktor, mewakili korelasi antar-faktor dan variabel. Suatu koefisien dengan
nilai absolut/mutlak yang besar menunjukkan bahwa faktor dan variabel
berkorelasi sangat kuat. Koefisien dari matriks faktor bisa dipergunakan untuk
menginterpretasikan faktor.
Meskipun matriks faktor awal yang belum
dirotasi menunjukkan hubungan antar faktor masing-masing variabel, jarang
menghasilkan faktor yang bisa diinterpretasikan (diambil kesimpulannya), oleh
karena faktor-faktor tersebut berkorelasi atau terkait dengan banyak variabel
(lebih dari satu).
Didalam melakukan rotasi faktor, kita
menginginkan agar setiap faktor efmpunyai muatan atau koefisien yang tidak nol
atau yang signifikan untuk beberapa variabel saja. Demikian halnya kita juga
menginginkan agar setiap variabel mempunyai muatan yang tidak nol atau
signifikan dengan beberapa faktor saja, kalau mungkin dengan satu faktor saja.
Kalau terjadi bahwa beberapa faktor mempunyai muatan tinggi dengan variabel
yang sama, sangat sulit untuk membuat interpretasi tentang faktor tersebut.
Akan tetapi persentase varian sebagai sumbangan setiap faktor terhadap seluruh
varian mengalami perubahan.
5.
Interpretasi Faktor
Interpretasi dipermudah dengan
mengindentifikasi variabel yang muatannya besar pada faktor yang sama. Faktor
tersebut kemudian bisa diinterpretasikan, dinyatakan dalam variabel yang
mempunyai muatan tinggi padanya. Manfaat lainnya di dalam membantu untuk
membuat interpretasi ialah menge-plot variabel, dengan menggunakan factor loading sebagai sumbu koordinat
(sumbu F1 dan F2).
Variabel pada ujung atau akhir suatu sumbu
ialah variabel yang mempunyai high
loading hanya pada faktor tertentu (faktor F1 atau F2)
oleh karena itu bisa menyimpulkan bahwa faktor tersebut terdiri dari
variabel-variabel tersebut. Sedangkan variabel yang dekat dengan titik asal
(perpotongan sumbu F1 dan F2) mempunyai muatan rendah (low loading) pada kedua faktor.
Variabel yang tidak dekat dengan sumbu
salah satu faktor berarti berkorelasi dengan kedua faktor tersebut. Kalau suatu
faktor tidak bisa diberi label sebagai faktor tidak terdefenisikan atau faktor
umum. Variabe-variabel yang berkorelasi kuat (nilai factor loading yang besar) dengan faktor tertentu akan memberikan
inspirasi nama faktor yang bersangkutan.
6.
Menghitung Skor atau Nilai Faktor
Nilai faktor adalah ukuran yang mengatakan
representasi suatu variabel oleh masing-masing faktor. Nilai faktor menunjukkan
bahwa suatu data memiliki karakteristik khusus yang direpresentasikan oleh
faktor. Nilai faktor ini selanjutnya digunakan untuk analisis lanjutan.
Nilai faktor menunjukkan kedekatan
hubungan antara variabel dan faktornya. Faktor dengan nilai faktor tinggi untuk
suatu variabel menunjukkan tingginya hubungan faktor itu dengan variabelnya.
Sebenarnya analisis faktor tidak harus
dilanjutkan dengan menghitung skor atau nilai faktor, sebab tanpa menghitung
pun hasii analisis faktor sudah bermanfaat yaitu mereduksi variabel yang banyak
menjadi variabel baru yang lebih sedikit dari variabel aslinya.
Masing-masing faktor dapat dieksprsikan
dengan persamaan sebagai berikut :
F1 = W11X1+W12X2+W13X3+
…… + WikXk
Dimana :
F1
adalah faktor
Wi
adalah bobot variabel terhadap faktor
k
adalah jumlah variabel
X
adalah variabel
Semakin
besar bobot (Wi) suatu variabel terhadap faktor, maka pengaruh
variabel terhadap faktor tersebut semakin erat, yang berarti perubahan variabel
memberikan kontribusi yang semakin besar pada nilai faktor. Hal ini berlaku
untuk keadaan sebaliknya (Rangkuti, 2002).
Proses Analisis Faktor
Secara
garis besar tahapan pada analisis faktor adalah sebagai berikut :
- Memilih variable yang layak dimasukkan dalam analisis faktor.oleh karena analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variable, maka seharunsya ada korelasi yang cukup kuat diantara variable, sehingga akan terjadi pengelompokan. Jika seuah variable atau lebih berkorelasi lemah dengan variable lainnya, maka variable tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Alat seperti MSA atau Bratlett’s Test dapat digunakan untuk keperluan ini.
- Setelah sejumlah variable terpilih, maka dilakukan “ekstraksi” variable tersebut hingga menjadi satu atau beberapa faktor.
- Faktor yang terbentuk, pada banyak kasus kurang menggambarkan perbedaan diantara faktor-faktor yang ada. Hal tersebut akan mengganggu analisis, karena justru sebuah faktor harus berbeda secara nyata dengan faktor lain.
- Jika isi faktor diragukan dapat dilakukan proses rotasi untuk memperjelas apakah faktor yang terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lain.
- Setelah faktor benar-benar sudah terbentuk, maka proses dilanjutkan dengan menamakan faktor yang ada. Kemudian mengartikan hasil penemuan (artinya faktor-faktor tersebut mewakili variable yang mana saja).
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.