Komunikasi Kelompok : Baruch Spinoza 300 tahun yang lalu menyatakan, bahwa manusia adalah binatang sosial. Pernyatasn ini diperkuat oleh psikologi modern yang menunjukkan bahwa orang lain mempunyai pengaruh yang sangat besar pada sikap kita, perilaku kita, dan bahkan persepsi kita (Severin dan Tankard, Jr dalam Burhan Bungin. 2006: 264).
Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan keseharian orang.
Sejak lahir, orang sudah mulai bergabung dengan kelompok primer yang paling
dekat, yaitu kelua.ga. Kemudian seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intelektual
kita masuk dan terlibat dalam kelompok-kelompok sekunder sepeerti sekolah,
lembaga agama, tempat pekerjaan, masyarakat daa kelompok sekunder lainnya yang
sesuai dengan minat dan keterampilan kita, ringkasnya kelompok merupakan bagian
yang tidak terpisahkan deugan kehidupan kita,
melalui kelompok, memungkinkan kita dapat berbagi inforrnasi,
pengalaman, dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya.
Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang
bahkan lebih. Kelompok memiliki huhungan yang intensif diantara mereka salu
sama lainnya. Kelompok memiliki tujuan dan aturan-aturan yang dibuat sendiri
dan merupakan kontribusi arus informasi di antara mereka Kelompok juga memiliki
tujuan-tujuan yang diperjuangkan bersama, sehingga kehadiran setiap orang dalam
kelompok diikuti dengan tujuan-tujuan pribadinya. Setiap tujuan individu harus
sejalan dengan tujuan kelompok, sedangkan tujuan kelompok harus memberi
kepastian kepada tercapainya tujuan-tujuan individu.
Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap
muka yang intensif di antara angguta kelompok, serta tatap muka itu pula akan
mengatur sirkulasi komunikasi di antara mereka. Terminologi tatap muka (face to face) mengandung makna bahwa
setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan
juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun nonverbal dari
setiap anggotanya. Dengan demikian, makna tatap muka tersebut berkaitan erat dengan
adanya interaksi di antara semua anggota kelompok. Ada empat elemen kelompok
yang dikemukakan oteh Adler dan Rodman, yaitu:
- Interaksi, interaksi dalam komunikasi kelompok
merupakan faktor yang penting, karena melalui intaraksi kita dapat melihai
perbedaan antara kelompok dengan coact.
Dimana coact adalah sekumpuian
orang yang terikat dalam aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi satu
sama lainnya. mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan
pesan.
- Waktu, sekumpulan orang yang berinteraksi untuk
jangka waktu yang Panjang, karena dengan berinteraksi dalam waktu yang
Panjang maka komunikasi kelompok akan dapat berjalan.
- Ukuran atau jumlah partisipasi dalam komunikasi
kelompok.
- Tujuan, yang rnengandung Pengertian keanggotaan dalam
suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok terseburt
dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok
orang dalam situasi tatap muka, yaag dimaksud disini secara tatap muka, seperti
komunikasi yang terjadi dalam rapat, briving, brains torming dll. Kelompok ini
bisa kecil, dapat juga besar tetapi berapa jumlah orang yang termasuk kelompok
kecil dan berapa jumlah kelompok besar tidak ditentukan dengan perlutungan
secara eksak, ditentukan dengan berdasarkan ciri dan sifat komunikasi dalam
hubungannya dengan proses komunikasi. Oleh karena itu, dalam komunikasi
kelompok dibedakan antara komuaikasi kelompok kecil dan komuniksai kelompok
besar.
Dalam komuniksai kelompok kecil si pemimpin dapat melakukan komunikasi
antar personal dengan salah seorang peserta kelompok. Robert F. Bales dalam
bukunya, Interaction Process Analysis,
mendefinisikan komunikasi kelompok kecil sebagai: "sejumlah orang yang
terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat
tatap muka (face to face meeting)
dimana setiap peserta pendapat atau penglihatan antara satu sama lainnya yang
cukup kentara, sehingga dia baik pada saat timbulnya pertanyaan maupun
sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai perorangan.
Balasan lain mengenai komunikasi kelompok dikemukakan oleh Ronald Adler
dan George Rodcnan dalam bukunya Understanding
Human Commnication. Mereka mengatakan bahwa kelompok atau group merupakan
sekumpulan kecil orang yang berinteraksi, biasanya taiap muka, dalam waktu yang
lama guna mencapai tujuan tertentu (Sendjaja, 1994: 92).
Dengan begitu komunikasi kelompok kecil dapat dikatakan efektif, dalam artian
kata komunikator dapat melihai adanya mengajuksn pertanyaan apakah mengerti
atau tidak (adanya pengertian), dapat mengulangi pesan, dapat meyakinkan, adanya kesan yang didapat peserta,
dan dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan.
Menurut Stewart L. Tubs Dan Sylvia Moss pengertian artinya penerimaan yang
cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Mengulangi
pesan maksudnya komunikator harus dapat mengulangi pesannya kepada komunikan,
dan pesan komunikator tersebut harus mengarahkan pesanya kepada rasio
komunikan, bukan kepada emosinya.
Cicero mengajarkan bahwa dalam mempengaruhi pendengar-pendengarnya,
seseorang harus meyakinkan mereka dengan mencerminkan kebenaran dan kesusilaan
(Effendy, 2005). Sedangkan kesan, komunikasi haruslah dapat menumbuhkan kesan
yang baik dengan memperoleh simpati dan empati dari komonikan.
Waktu, pencapaian saling pengertian kognitif membutuhkan waktu. Semakin
sering terjadi pengulangan pesan maka akan semakin tinggi tercapai saling
pengertian dan berarti semakin lama waktu yang dibutuhkan (Fajar, 2009).
Partisipasi
Partisipasi sebenarnya adalah merupakan istilah dalam bidang manajemen,
namun saat ini telah lebih berkembang luas jadi bukan monopoli ilmu manajemen
saja, dalam artian istilah partisipasi itu sudah umum dan dalam arti yang luas,
istilah ini sebenarnya diambil dari bahasa asing participation, yang artinya mengikutsertakan pihak lain.
Partisipasi adalah menrpakan salah satu cara untuk memotivasi yang mempunyai ciri
khas yang lain dari pada yang lain. Dikarenakan peningkatan partisipasi lebih
ditekankan pada segi psikolagis dari pada segi materi, dimana dengan jalan
melibatkan sesdorang didalamnya, maka orang tersebut akan merasa ikut
bertanggung jawab. Jadi partisipasi didefinisikan sebagai ketertiban mental dan
emosional individu dalam situasi kelompok yang menderongnya memberi sumbangan
terhadap tujean kelompok serta membagi tanggungjawab bersama mereka. Partisipasi
masyarakat dalam pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi
masyarakat pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata
Salah satu kritik adalah masyarakat merasa "tidak memiliki dan "tidak
peduli" terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat
sebagai subjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan dapat
berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring,
evaluasi pembangunan. Tinggi rendahaya suatu partisipasi masyarakat dalam
membayar pajak bumi dan bangunan dapat disebabkan oleh banyak faktor antar lain
seperti:
1.
Paham tidaknya
cerhadapa arti dari pajak
2.
Adanya bukti nyata dari pajak
3.
Giatnya aparat dalam menagih
4.
Kondisi sosial ekonomi
Terlebih apabila kita akan melakukan pendekatan pembangunan dengan semangat
lokalitas. Midgley menyatakan partisipasi bukan hanya sekedar salah satu tujuan
dari pembangunan sosial tetapi merupakan bagian yang integral dalam proses
pembangunan sosial. Partisipasi masyarakat berarti eksistensi manusia sautuhnya.
Tuntutan akan partisipasi masyarakat semakin menggejala seiring kesadaran
masyarakat akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Partisipasi tertentu yang memberi keuntungan dapat dimanfaatkan untuk mencapai
suatu tujuan, suksesnya suatu partisipasi ataupun efektifnya suatu partisipasi
langsung berhubungan dengan syarat-syarat tertentu, adapun syarat syaratnya
adalah sebagai berikut:
- Tersedianya waktu, diperlukannya baayak waktu untuk berpartisipasi sebelum bertundak. Partisipasi tidak bakal terjadi bila datam keadaan mendadak. Keputusan akhir tidaklah boleh bersifat mendadak jika memang harus mengambil keputusan darurat, jelaslah bahwa paritisipasi dalam proses Pengambilan keputusan harus menguntungkan berbagai pihak.
- Ekonomi rasional, biaya patisipasi tidak boleh melebihi nilai-nilai ekonomi yaitu dalam pcoses pengambilan keputusan tidak boleh terlalu tinggi kareaa akan dapat melampui nilai-nilai positif.
- Pendidikan partisipasi, agar partisipasi efektif partisipan harus mempunyai kemampuan, kocerdasan, dan pengetahuan untuk berpartisipasi secara efektif. Usaha-usaha harus dilakukan untuk mendidik masyaraket mengenai fungsi serta tujuan sacara menyeluruh.
- Tersedianya saluran komunikasi, agar partisipasi efektif saluran dilengakapi sehingga dalam proses pengambilan keputusan nantinya masyarakat dapat mengambil bagian.
Menunrt Isbandi (2008: 111) partisipasi adalah keikutsertaan magyarakat
dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pamilihan
dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatssi masalah,
dan masyarakat datam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Sedangkan
menurut Aeh. Wazir Ws. partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan
seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan
pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan
atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam
hal penilaian, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab
bersama. Dari definisi partisipasi tersebut, dapat dibuat kesimpulan bahwa
seseorang ataupun masyarakat dapat dikatakan berpartisipasi yaitu keterlibatan
aktif dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk
berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibatnya masyarakat
mulai dari turut memikirkan, merencanakan, melaksanakan, memutuskan, sampai
pada tahap evaluasi (penilaian).
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.