Langkah-langkah dan Variasi strategi Berdasarkan
Pengalaman Langsung
Melvin L. Silberman
(2007: 187) mengambarkan bahwa prosedur dari strategi menulis berdasarkan
pengalaman langsung sebagai berikut :
1.
Guru
memilih jenis pengalaman yang dinginkan untuk ditulis oleh siswa, bisa berupa
peristiwa masa lampau atau yang akan datang
2.
Guru
menyampaikan kepada siswa tentang pengalaman yang telah dipilih untuk tujuan
penulisan.
3.
Sediakan
kertas putih untuk menulis
4.
Ciptakan
privasi dan suasana hening
5.
Guru
memerintahkan siswa untuk menulis saat ini, tentang pengalaman yang telah
dipilih. Perintahkan mereka untuk memulai awal pengalaman dan menulis apa yang
sedang mereka lakukan dan rasakan. guru menyuruh siswa untuk menulis sebanyak mungkin
yang mereka inginkan tentang peristiwa yang terjadi dan perasaan-perasaan yang
dihasilkannya.
6.
Guru
memberikan waktu yang cukup untuk menulis, jangan sampai siswa merasa
terburu-buru. Bila sudah selesai, guru mengajak mereka untuk membacakan hasil.
7.
Guru
dan siswa mendiskusikan hasil dan tindakan baru yang mungkin dilakukan pada masa
yang akan datang.
Menurut
Melvin L. Silberman (2007:187) variasi strategi berdasarkan pengalaman langsung
sebagai berikut:
1.
Untuk
membantu para siswa mendapatkan kegairahan dalam menulis imajinatif, lakukan
diskusi kelompok yang relevan dengan topik yang akan ditugaskan kepada mereka.
2.
Perintahkan
siswa saling bercerita tentang apa yang mereka tulis, salah satu alternatifnya
adalah dengan memerintahkan sejumlah siswa membacakan karya mereka
Kelebihan dan Kekurangan Strategi Menulis
Berdasarkan
Pengalaman Langsung
Melvin L.
Silberman (2007:187) Kelebihan strategi menulis berdasarkan pengalaman langsung
sebagai berikut:
1.
Melatih
dan mempertajam imajinasi siswa.
2.
Meningkatkan
kreatifitas siswa.
3.
Meningkatkan
semangat dan kemampuan siswa dalam menulis.
4.
Meningkatkan
pemahaman siswa terhadap pesan inti pelajaran.
5.
Menghubungkan
materi pelajaran dengan realitas kehidupan. Hal ini terkait dengan strategi
kontekstual yang menyatakan bahwa belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya.
Menurut Melvin
L. Silberman (2007:187) kekurangan strategi menulis berdasarkan pengalaman
langsung sebagai berikut:
1.
Kesulitan
dari sebagian siswa yang merasa tidak ada pengalaman yang terkait dengan materi
pelajaran, juga bagi siswa yang memiliki kecerdasan lingguistik yang rendah.
2.
Penggunaan
waktu dalam kegiatan pembelajaran kurang efisien. Sebab, kadang-kadang siswa
banyak mengulur dan menunda pekerjaannya. Apalagi siswa yang belum terbiasa
menulis dan menuangkan gagasan tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
3.
Pendalaman
dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran berkurang.
Kemampuan Menulis Paragraf Narasi
Pengertian kemampuan menulis
Kata “kemampuan”
berasal dari kata “mampu” yang mendapat imbuhan ke-an. Kata tersebut dapat
dipahami sebagai kecakapan dalam melakukan sesuatu dan dianggap mencapai tujuan
sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Omar (1998: 40) mengatakan “kemampuan
identik dengan keterampilan, kemampuan sangat menghendaki tingkat kesadaran serta
perhatian yang lebih tinggi. Menurut Wiyanto (2004:1) mengatakan, “menulis
adalah rekaman rekaman peristiwa, pengalaman pengetahuan, serta pemikiran
manusia”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan menulis adalah kesanggupan mengungkapkan buah pikiran berupa
pengalaman, pengetahuan, pendapat dan perasaan dalam bentuk bahasa tulis untuk
dibaca dan dimengerti oleh orang lain.
Pengertian Paragraf
Paragraf
berasal dari bahasa yunani “paragrafos”
yang artinya “menulis di samping”.
Paragraf adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Ada juga
yang mengartikan paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu
gagasan atau topik. Hal ini sesuai dengan pendapat Arifin (2011: 115) “paragraf
seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.”
Sementara Admaja
(2010: 1) “paragraf adalah beberapa rangkaian kalimat yang saling berhubungan
disusun secara logis dan sistematis sehingga membentuk satu kesatuan pokok
bahasan”. Kosasih (2007: 135) mengatakan, “paragraf adalah rangkaian kalimat
yang saling berhubungan membentuk satu kesatuan pokok pembahasan.” Selanjutya
Pinoza (2009; 189) mengatakan, “alinea atau paragraf adalah satuan bentuk
bahasa yang umumya merupakan gabungan beberapa kalimat.
Berdasarkan
empat pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah rangkaian
dari beberapa kalimat yang tersusun secara logis dan sistematis saling
berhubungan dan mempunyai satu pikiran pokok.
Fungsi Paragraf
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
tersusun secara logis dan sistematis yang mengandung satu kesatuan ide pokok.
Disamping itu, secara teknis paragraf merupakan satuan terkecil dari sebuah
karangan. Biasanya paragraf itu terdiri dari beberapa kalimat yang berkaitan
baik isi maupun bentuknya. Isi kalimat–kalimat pembangun paragraf itu membentuk
satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan penulis dalam
karangannya. jadi, paragraf adalah satuan terkecil dari karangan yang biasanya
terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan dan merupakan uraian tentang
sebuah ide pokok.
Sesuatu yang
bersifat abstrak lebih sukar dipahami dibandingkan dengan sesuatu yang lebih
kecil dan konkret. Pemahaman pada dasarnya ialah memahami bagian-bagian kecil
serta hubungan antar bagian-bagian itu dalam rangka keseluruhan. Karangan pun
dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang abstrak. Maka untuk memahaminya
karangan itu perlu dipisah-pisah jadi bagian-bagian terkecil yang dikenal dengan
istilah paragraf.
Paragraf yang
baik selalu berisi ide pokok. Ide pokok itu merupakan bagian yang integral dari
ide pokok yang terkandung dalam keseluruhan karangan. Ide pokok paragraf tidak
hanya merupakan relevansi dan menunjang ide pokok tersebut. Melalui
fragmen-fragmen ide pokok yang tersirat dalam tiap paragraf, maka pembaca
sampai kepada pemahaman total isi karangan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
paragraf berfungsi sebagai alat penyampaian fragmen pikiran dan penanda baru
mulai berlangsung.
Berdasarkan
fungsi paragraf yang dikemukakan di atas, maka disimpulkan bahwa paragraf
berfungsi sebagai penampung pikiran, untuk memudahkan pemahaman pembaca, juga
sebagai penyampaian ide/gagasan pikiran dalam seluruh karangan. Secara
sistematis dapat menolong untuk memahami batas dan hubungan antara satu pokok
pikiran dengan pokok pikiran yang lain, sebagai pengantar transisi dan penutup
serta untuk menerangkan isi pada pengarang sebelumnya.
Pembelajarann
IPS di Sekolah Dasar
Pembelajaran IPS
diharapkan siswa tidak hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan di dalam
masyarakat, tapi mampu menjalani kehidupan nyata di masyarakat sebagai insan
sosial. Sapriya dkk, (2006 : 3).
Berdasarkan
kutipan tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa warga negara yang mampu
mengamalkan ilmunya dalam bentuk amalan nyata, dapat bermanfaat bagi kehidupan
di masyarakat. Pada hakekatnya manusia itu selain sebagai mahluk individu yang
harus mengenal dirinya juga sebagai mahluk sosial yaitu harus mampu hidup
berinteraksi dengan manusia lainnya yakni dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam kurikulum
2006 dikemukakan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan
mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat isu
sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah,
sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan
untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung
jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Pada prinsipnya
ilmu sosial sangat komplek dengan masalah kehidupan yang dihadapinya. Penyajian
IPS pada program pengajaran di tingkat sekolahan khususnya sekolah dasar
memerlukan konsep dari berbagai pilihan cabang ilmu. Tujuan pembelajaran IPS SD
adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengajaran
sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan
masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air. Guru sebagai pemimpin
(managerial), harus dapat mengarahkan, membimbing, mempengaruhi,
memotivasi, mengawasi pikiran perasaan atau tindakan, dan tingkah laku siswa.
Dari pengertian
itu, berarti seorang guru harus melakukan usaha menggerakkan, memberikan
motivasi, serta menyatukan pikiran dan tingkah laku para siswa dengan guru-guru
agar mengarah pada tujuan yang terdapat di dalam program kelas. Maka kemampuan
profesional yang dituntut dari seorang guru dalam melaksanakan fungsi dan
peranannya di kelas dalam motivasi belajar adalah bagaimana guru
memadukan semua upayanya, sehingga terwujud keserasian dalam seluruh kegiatan
belajar mengajar IPS di kelas dan mempermudah proses pencapaian tujuan
pengajaran IPS.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.