Wednesday, March 13, 2013

Langkah-langkah dan Variasi strategi Berdasarkan


Langkah-langkah dan Variasi strategi Berdasarkan
Pengalaman Langsung
Melvin L. Silberman (2007: 187) mengambarkan bahwa prosedur dari strategi menulis berdasarkan pengalaman langsung sebagai berikut :
1.      Guru memilih jenis pengalaman yang dinginkan untuk ditulis oleh siswa, bisa berupa peristiwa masa lampau atau yang akan datang
2.      Guru menyampaikan kepada siswa tentang pengalaman yang telah dipilih untuk tujuan penulisan.
3.      Sediakan kertas putih untuk menulis
4.      Ciptakan privasi dan suasana hening
5.      Guru memerintahkan siswa untuk menulis saat ini, tentang pengalaman yang telah dipilih. Perintahkan mereka untuk memulai awal pengalaman dan menulis apa yang sedang mereka lakukan dan rasakan. guru menyuruh siswa untuk menulis sebanyak mungkin yang mereka inginkan tentang peristiwa yang terjadi dan perasaan-perasaan yang dihasilkannya.
6.      Guru memberikan waktu yang cukup untuk menulis, jangan sampai siswa merasa terburu-buru. Bila sudah selesai, guru mengajak mereka untuk membacakan hasil.
7.      Guru dan siswa mendiskusikan hasil dan tindakan baru yang mungkin dilakukan pada masa yang akan datang.

              Menurut Melvin L. Silberman (2007:187) variasi strategi berdasarkan pengalaman langsung sebagai berikut:
1.      Untuk membantu para siswa mendapatkan kegairahan dalam menulis imajinatif, lakukan diskusi kelompok yang relevan dengan topik yang akan ditugaskan kepada mereka.
2.      Perintahkan siswa saling bercerita tentang apa yang mereka tulis, salah satu alternatifnya adalah dengan memerintahkan sejumlah siswa  membacakan karya mereka

Kelebihan dan Kekurangan Strategi Menulis Berdasarkan
Pengalaman Langsung
Melvin L. Silberman (2007:187) Kelebihan strategi menulis berdasarkan pengalaman langsung sebagai berikut:
1.      Melatih dan mempertajam imajinasi siswa.
2.      Meningkatkan kreatifitas siswa.
3.      Meningkatkan semangat dan kemampuan siswa dalam menulis.
4.      Meningkatkan pemahaman siswa terhadap pesan inti pelajaran.
5.      Menghubungkan materi pelajaran dengan realitas kehidupan. Hal ini terkait dengan strategi kontekstual yang menyatakan bahwa belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya.

Menurut Melvin L. Silberman (2007:187) kekurangan strategi menulis berdasarkan pengalaman langsung sebagai berikut:
1.      Kesulitan dari sebagian siswa yang merasa tidak ada pengalaman yang terkait dengan materi pelajaran, juga bagi siswa yang memiliki kecerdasan lingguistik yang rendah.
2.      Penggunaan waktu dalam kegiatan pembelajaran kurang efisien. Sebab, kadang-kadang siswa banyak mengulur dan menunda pekerjaannya. Apalagi siswa yang belum terbiasa menulis dan menuangkan gagasan tersebut  membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
3.      Pendalaman dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran berkurang.

Kemampuan Menulis Paragraf Narasi
Pengertian kemampuan menulis
Kata “kemampuan” berasal dari kata “mampu” yang mendapat imbuhan ke-an. Kata tersebut dapat dipahami sebagai kecakapan dalam melakukan sesuatu dan dianggap mencapai tujuan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Omar (1998: 40) mengatakan “kemampuan identik dengan keterampilan, kemampuan sangat menghendaki tingkat kesadaran serta perhatian yang lebih tinggi. Menurut Wiyanto (2004:1) mengatakan, “menulis adalah rekaman rekaman peristiwa, pengalaman pengetahuan, serta pemikiran manusia”.
             Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis adalah kesanggupan mengungkapkan buah pikiran berupa pengalaman, pengetahuan, pendapat dan perasaan dalam bentuk bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain.

Pengertian Paragraf
            Paragraf berasal dari bahasa yunani “paragrafos” yang artinya “menulis di samping”. Paragraf adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Ada juga yang mengartikan paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Hal ini sesuai dengan pendapat Arifin (2011: 115) “paragraf seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.”
Sementara Admaja (2010: 1) “paragraf adalah beberapa rangkaian kalimat yang saling berhubungan disusun secara logis dan sistematis sehingga membentuk satu kesatuan pokok bahasan”. Kosasih (2007: 135) mengatakan, “paragraf adalah rangkaian kalimat yang saling berhubungan membentuk satu kesatuan pokok pembahasan.” Selanjutya Pinoza (2009; 189) mengatakan, “alinea atau paragraf adalah satuan bentuk bahasa yang umumya merupakan gabungan beberapa kalimat.
Berdasarkan empat pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah rangkaian dari beberapa kalimat yang tersusun secara logis dan sistematis saling berhubungan dan mempunyai satu pikiran pokok.

Fungsi Paragraf
              Paragraf adalah seperangkat kalimat yang tersusun secara logis dan sistematis yang mengandung satu kesatuan ide pokok. Disamping itu, secara teknis paragraf merupakan satuan terkecil dari sebuah karangan. Biasanya paragraf itu terdiri dari beberapa kalimat yang berkaitan baik isi maupun bentuknya. Isi kalimat–kalimat pembangun paragraf itu membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan penulis dalam karangannya. jadi, paragraf adalah satuan terkecil dari karangan yang biasanya terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan dan merupakan uraian tentang sebuah ide pokok.
Sesuatu yang bersifat abstrak lebih sukar dipahami dibandingkan dengan sesuatu yang lebih kecil dan konkret. Pemahaman pada dasarnya ialah memahami bagian-bagian kecil serta hubungan antar bagian-bagian itu dalam rangka keseluruhan. Karangan pun dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang abstrak. Maka untuk memahaminya karangan itu perlu dipisah-pisah jadi bagian-bagian terkecil yang dikenal dengan istilah paragraf.
Paragraf yang baik selalu berisi ide pokok. Ide pokok itu merupakan bagian yang integral dari ide pokok yang terkandung dalam keseluruhan karangan. Ide pokok paragraf tidak hanya merupakan relevansi dan menunjang ide pokok tersebut. Melalui fragmen-fragmen ide pokok yang tersirat dalam tiap paragraf, maka pembaca sampai kepada pemahaman total isi karangan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa paragraf berfungsi sebagai alat penyampaian fragmen pikiran dan penanda baru mulai berlangsung.
Berdasarkan fungsi paragraf yang dikemukakan di atas, maka disimpulkan bahwa paragraf berfungsi sebagai penampung pikiran, untuk memudahkan pemahaman pembaca, juga sebagai penyampaian ide/gagasan pikiran dalam seluruh karangan. Secara sistematis dapat menolong untuk memahami batas dan hubungan antara satu pokok pikiran dengan pokok pikiran yang lain, sebagai pengantar transisi dan penutup serta untuk menerangkan isi pada pengarang sebelumnya. 


Pembelajarann IPS di Sekolah Dasar
Pembelajaran IPS diharapkan siswa tidak hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan di dalam masyarakat, tapi mampu menjalani kehidupan nyata di masyarakat sebagai insan sosial.     Sapriya dkk, (2006 : 3).
Berdasarkan kutipan tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa warga negara yang mampu mengamalkan ilmunya dalam bentuk amalan nyata, dapat bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat. Pada hakekatnya manusia itu selain sebagai mahluk individu yang harus mengenal dirinya juga sebagai mahluk sosial yaitu harus mampu hidup berinteraksi dengan manusia lainnya yakni dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam kurikulum 2006 dikemukakan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Pada prinsipnya ilmu sosial sangat komplek dengan masalah kehidupan yang dihadapinya. Penyajian IPS pada program pengajaran di tingkat sekolahan khususnya sekolah dasar memerlukan konsep dari berbagai pilihan cabang ilmu. Tujuan pembelajaran IPS SD adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air. Guru sebagai pemimpin (managerial), harus dapat mengarahkan, membimbing, mempengaruhi, memotivasi, mengawasi pikiran perasaan atau tindakan, dan tingkah laku siswa.
Dari pengertian itu, berarti seorang guru harus melakukan usaha menggerakkan, memberikan motivasi, serta menyatukan pikiran dan tingkah laku para siswa dengan guru-guru agar mengarah pada tujuan yang terdapat di dalam program kelas. Maka kemampuan profesional yang dituntut dari seorang guru dalam melaksanakan fungsi dan peranannya di kelas dalam motivasi belajar adalah bagaimana  guru memadukan semua upayanya, sehingga terwujud keserasian dalam seluruh kegiatan belajar mengajar IPS di kelas dan mempermudah proses pencapaian tujuan pengajaran IPS.
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com