PENDAHULUAN
Perdarahan uterus abnormal merupakan kondisi ginekologis yang
dapat ditemukan pada sekitar 10% wanita usia reproduktif dengan menggunakan metode
objektif. Bila digunakan metode subjektif, angka kejadiannya meningkat menjadi
sekitar 30%.' Selain berdampak terhadap morbiditas wanita, perdarahan uterus
abnormal juga mempengaruhi aspek psikososial maupun kualitas hidup.z Dengan
demikian kemampuan tenaga medis untuk mengenal clan menangani perdarahan uterus
abnormal akan berperan penting. Walaupun demikian dalam praktik klinik
sehari-hari ternyata dijumpai beberapa hambatan yang dapat mempengaruhi
kualitas penatalaksanaan. Salah satunya adalah belum adanya keseragaman dalam
klasifikasi penyebab perdarahan uterus abnormal. Dalam tulisan ini akan dibahas
penggunaan sistem klasifikasi etiologi perdarahan uterus abnormal yang
dimaksudkan dapat meningkatkan kualitas penatalaksanaan.
MENGAPA DIBUTUHKAN KESERAGAMAN ?
Dalam awal suatu tulisannya, Fraser dkk mengemukakan:
"the world has suddenly woken up to the realization that terminologies
concerning disturbances of menstrual bleeding are used in very different ways
in different countries and different cultures"' Hal ini juga menyadarkan
kita bahwa selama ini terdapat berbagai ketidakseragaman dalam istilah maupun
pemahaman dalam perdarahan uterus abnormal (PUA). Walaupun kadang hal ini tidak
disadari sepenuhnya saat praktek sehari-hari namun akan menjadi cukup
mengganggu bila suatu saat kita membutuhkan telaah kritis berdasarkan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Telaah kritis ini tentu dibutuhkan
untuk menjaga kompetensi dalam menangani PUA ini tetap up-to-date4-6.
Bila diperhatikan lebih seksama, ketidakseragaman dalam
pemahaman istilah-istilah terkait PUA ini menyebabkan hambatan dalam
investigasi dan manajemen. Hal ini disebabkan oleh nomenklatur yang
membingungkan clan tidak konsisten, tidak terstandarisasinya metode penelitian
terhadap faktor etiologi potensial, serta kategorisasi yang masih lemah. Lebih
lanjut, berbagai kondisi tersebut menyulitkan para peneliti untuk membandingkan
berbagai studi yang telah dilakukan. Akibatnya walaupun penelitian terhadap PUA
telah banyak dilakukan, namun sulit untuk merangkumnya menjadi suatu bukti yang
kuat agar dapat digunakan dalam manajemen sehari-hari.3-4 Dari uraian tersebut
jelaslah untuk menuju penatalaksanaan yang baik dibutuhkan aplikasi basis bukti
yang kuat. Aplikasi basis bukti yang kuat hanya dapat dihasilkan dari
penelitian-penelitian yang sahih, yang dirangkum dalam suatu metaanalisis.
Untuk itu diperlukan suatu keseragaman nomenklatur, klasifikasi, serta
pemahaman. Keseragaman tersebut dirasakan amat mendesak dalam bidang manajemen
PUA.
BAGAIMANA MENUJU KESERAGAMAN SECARA
PRAKTIS?
Melihat kesuksesan aplikasi sistem staging kanker ginekologis
FIGO yang dapat diterima luas, timbul suatu pemikiran apakah sistem serupa
dapat diterapkan dalam PUA? Untuk itu FIGO Menstrual Disorders Group (FMDG) berupaya
meramu suatu sistem klasifikasi, dengan melibatkan 17 negara. Salah satu hal
penting yang dihasilkan dari kelompok kerja ini adalah tidak digunakannya lagi
istilah-istilah seperti menoragia, metroragia, dan perdarahan uterus disfungsi
$ Lebih jauh kelompok kerja ini juga mengeluarkan suatu sistem penggolongan
baru yang dikenal sebagai sistem "PALM-COEIN"yang akan dibahas lebih
lanjut.
PALM-COEIN merupakan akronim dari polyp, adenomyosis, leiomyoma,
malignancy (PALM), clan coagulopathy, ovulatory disorders, endometrial
disorders, iatrogenic, clan not-classified (COEIN). PALM merupakan kelainan
yang bersifat struktural atau terdapat kelainan anatom.ik. COEIN merupakan
kelainan nonstruktural atau fungsional. Sistem ini juga dirancang untuk dapat
dikembangkan menjadi beberapa subklasifikasi 4 Langkah-langkah praktis
penggunaan sistem ini akan dijelaskan sebagai berikut :
Tentukan PUA Akut, Kronik, atau
Perdarahan Intermenstrual.
Perdarahan uterus
abnormal akut adalah episode perdarahan banyak yang menurut klinisi dianggap
memerlukan intervensi. Perdarahan uterus anormal kronik adalah perdarahan
abnormal dalam hal volume, regularitas, clan waktu yang telah berlangsung lebih
dari enam bulan. Perdarahan intermenstrual adalah perdarahan yang terjadi di antara
dua siklus menstruasi. tstilah ini digunakan untuk menggantikan istilah
metroragia. Perlu diperhatikan pula bahwa perdarahan dikatakan berlebih
apabila-jumlah darah yang keluar lebih dari 80 mL per siklus, atau lama
perdarahan lebih dari 7 hari.
BAGAIMANA MENUJU KESERAGAMAN SECARA
PRAKTIS?
Melihat kesuksesan aplikasi sistem staging kanker ginekologis
FIGO yang dapat diterima luas, timbul suatu pemikiran apakah sistem serupa
dapat diterapkan dalam PUA? Untuk itu FIGO Menstrual Disorders Group (FMDG) berupaya
meramu suatu sistem klasifikasi, dengan melibatkan 17 negara. Salah satu hal
penting yang dihasilkan dari kelompok kerja ini adalah tidak digunakannya lagi
istilah-istilah seperti menoragia, metroragia, dan perdarahan uterus disfungsi
$ Lebih jauh kelompok kerja ini juga mengeluarkan suatu sistem penggolongan
baru yang dikenal sebagai sistem "PALM-COEIN"yang akan dibahas lebih
lanjut.
PALM-COEIN merupakan akronim dari polyp, adenomyosis, leiomyoma,
malignancy (PALM), clan coagulopathy, ovulatory disorders, endometrial
disorders, iatrogenic, clan not-classified (COEIN). PALM merupakan kelainan
yang bersifat struktural atau terdapat kelainan anatom.ik. COEIN merupakan
kelainan nonstruktural atau fungsional. Sistem ini juga dirancang untuk dapat
dikembangkan menjadi beberapa subklasifikasi 4 Langkah-langkah praktis
penggunaan sistem ini akan dijelaskan sebagai berikut :
Tentukan PUA Akut, Kronik, atau
Perdarahan Intermenstrual.
Perdarahan uterus
abnormal akut adalah episode perdarahan banyak yang menurut klinisi dianggap
memerlukan intervensi. Perdarahan uterus anormal kronik adalah perdarahan
abnormal dalam hal volume, regularitas, clan waktu yang telah berlangsung lebih
dari enam bulan. Perdarahan intermenstrual adalah perdarahan yang terjadi di antara
dua siklus menstruasi. tstilah ini digunakan untuk menggantikan istilah
metroragia. Perlu diperhatikan pula bahwa perdarahan dikatakan berlebih
apabila-jumlah darah yang keluar lebih dari 80 mL per siklus, atau lama
perdarahan lebih dari 7 hari.
Gambar 1 Pictorial Blood Assessment
Chart (PBAC). Nilai diberikan berdasarkan aturan sebagai berikut: Pembalut:l
poin: lightly stained, 5 poin: moderately soiled, 20 poin: completely
saturated. Bekuan darah:1 poin: bekuan kecil (1/z inci), 5 poin: bekuan besar
(1 inci). Flooding: 5 poin: tiap episode flooding. 9
Masalah yang mungkin timbul adalah bagaimana menyamakan
persepsi antara klinisi dengan pasien dalam hal volume perdarahan. Kadangkala
pasien merasa volume darah yang keluar adalah banyak, namun belum tentu bagi
pandangan klinisi. Untuk mengatasi hal tersebut terdapM' berbagai cara, namun
yang dianggap cukup praktis adalah dengan menggunakan pictorial blood-loss
assessment chart (PBAC). PBAC merupakan sistem skoring pada mana pasien diminta
untuk mengevaluasi jumlah perdarahan yang membasahi pembalut atau tampon, serta
menghubungkannya dengan hari menstruasi.
Cara ini dipandang cukup baik untuk menapis pasien-pasien
yang diduga mengalami perdarahan berlebih. Seorang wanita dikatakan mengalami
perdarahan abnormal apabila didapat skor di atas 100.9
Apakah I(elainan yang Ditemukan
Bersifat Struktural/ Anatomik? ,
Sistem PALM-COEIN menempatkan kelainan yang bersifat
struktural/anatomik sebagai akronim pertama (PALM). Hal ini ternyata berdampak
juga bahwa kelainan anatomik harus diidentifikasi terlebih dahulu sebelum
melangkah lebih jauh untuk mencari kemungkinan kelainan yang bersifat
nonstruktural (COEIN). Dalam sistem ini bila terdapat kelainan anatomik maka di
belakang huruf yang bersangkutan diberi kode 1. Sebaliknya bila tidak ditemukan
kelainan anatomik, diberi kode 0. Kelainan anatomik yang mungkin menjadi
penyebab PUA antara lain:
a.
Polip (P): polip endometrium diketahui melalui
proses pencitraan namun tidak dibedakan menurut ukuran maupun jumlah polip yang
didapat. Dalam perkembangannya dimungkinkan untuk membuat subklasifikasi polip
berdasar dimensi, lokasi, jumlah, morfologi, dan histologinya.
b.
Adenomiosis (A): walaupun kaitan patofisiologi
adenomiosis dengan PUA belum sepenuhnya dipahami namun pengalaman klinis
menunjukkan adanya hubungan erat antara kondisi ini dengan PUA. Secara Minis
diagnosis adenomiosis banyak mengandalkan aspek pencitraan terutama
ultrasonografi transvaginal. Beberapa poin penting karakteristik adenomiosis
secara ultrasonografi antara lain ekogenisitas miometrium yang heterogen dan
difus dengan batas endomiometrial yang tidakjelas, adanya lakuna anekoik di
miometrium, tekstur gema miometrium fokal yang abnormal dengan batas yang tidak
jelas, dan pembesaran yang globuler dan atau asimetris dari uterus.
c.
Leiomioma (L): dalam sistem ini mioma uteri
diklasifikasikan secara primer, sekunder, dan tersier. Penggolongan primer
dimaksudkan untuk menunjukkan ada atau tidaknya mioma uteri. Penggolongan
sekunder adalah untuk membedakan mioma submukosa (SM) dengan mioma jenis lain
(0-others). Penggolongan tersier adalah untuk menentukan derajat
"gangguan" yang ditimbulkan mioma terhadap endometrium.
Gambar 2 Subklasifikasi Mioma Uteri
Ket: Angka 0-9 merupakan derajat ekstensi mioma terhadap kavum uteri.'
d.
Malignancy-keganasan dan kondisi prakeganasan (M): kemungkinan kondisi ini sebagai penyebab PUA perlu dipertimbangkan bila
terdapat pasien pada usia reproduktif dengan faktor risiko (obesitas, anovulasi
kronik).
Bila Tidak Ada Keiainan Struktural,
Apakah Ada Kelainan Fungsional?
Setelah kelainan anatomik diidentifikasi ataupun
disingkirkan, langkah berikutnya adalah mencari kemungkinan etiologi yang
bersifat nonstruktural. Perlu dipahami bahwa bila telah didapatkan kelainan
yang bersifat anatomik, tidak serta merta hal tersebut merupakan penyebab PUA
mengingat PUA dapaf saja diakibatkan oleh lebih dari satu faktor etiologi.
Beberapa faktor nonstruktural yang mungkin menyebabkan PUA antara lain:
a. Koagulopati (C): di luar dugaan, sekitar 13% PUA ternyata disebabkan oleh koagulopati
terutama penyakit von Willebrand. Untuk mempermudah penapisan kemungkinan
koagulopati sebagai penyebab PUA, dapat digunakan panduan sebagai berikut:
- Perdarahan berlebih saat menstruasi mulai dari menars
- Salah satu dari gejala berikut:
§
perdarahan pascasalin
§
perdarahan yang terkait pembedahan
§
perdarahan terkait dengan pengobatan
gigi
- Dua atau lebih gejala berikut:
§
memar 1-2 kali per bulan
§
epistaksis 1-2 kali per bulan
§
sering mengalami perdarahan gusi
§
riwayat keluarga dengan kelainan
perdarahan
b. Ketainan ovulasi (O): yang dimaksud dalam kelainan ovulasi di sini adalah anovulasi, di mana
terjadi ketiadaan produksi siklikdari progesteron sehinggaterjadi pengaruh
estrogen yang tidak terimbangi. Beberapa kemungkinan penyebab dalam kategori
ini antara lain sindrom ovarium polikistik, hipotiroidisme, hiperprolaktinemia,
obesitas, anoreksia, atau latihan olahraga yang berlebihan.
c. Kelainan endometrium (f:): bila PUA terjadi pada wanita dengan siklus yang reguler tanpa adanya kelainan
struktural yang jelas, maka perlu dipertimbangkan kelainan hemostasis lokal
pada endometrium sebagai penyebabnya. Dalam hal ini terjadi ketidakseimbangan
antara zat vasokonstriktor (endotelin-1 dan prostaglandin F2a) dengan
vasodilator (prostaglandin E2 dan prostasiklin). Selain itu inflamasi dapat
pula menjadi penyebab PUA. Mengingat saat ini belum ada tes yang spesifik untuk
mengetahui kelainan-kelainan di endometrium tersebut, maka disebutkan
kategori ini merupakan eksklusi apabila faktor-faktor lain telah diselidiki.
d. d. latrogenik (I): sesuai dengan arti istilah ini, maka PUA yang ditimbulkan merupakan
akibat dari intervensi medis yang diberikan. Komponen terpenting dari golongan
ini adalah penggunaan hormon seks steroid eksogen. Gejala yang sering
dikeluhkan pasien biasanya berupa perdarahan sela (breakthrough bleeding).
e. Tidakterklasifikasi-notclassified (N): beberapa kelainan yang jarang ditemukan seperti malformasi arteriovenosa
dan hipertrofi miometrium yang diduga menjadi penyebab PUA digolongkan ke
dalam kategori ini.
Adakah Kemungkinan Etiologi yang
Multifaktorial?
Tidak semua PUA disebabkan oleh satu etiologi. Dengan demikian
penyelidikan harus dilakukan secara komprehensif. Klasifikasi PALM COEIN ini
sendiri memungkinkan untuk digunakan pada PUA dengan etiologi multipel. Contoh
aplikasi sistem ini pada PUA dengan berbagai etiologi dapat dilihat pada gambar
berikut. Setelah diidentifikasi etiologi yang terdapat, maka penanganan adalah
sesuai dengan etiologi tersebut.
Gambar 3 Contoh Aplikasi PALM-COEIN
pada kondisi multi-etiologi. Kelainan yang terdapat pada gambar (mulai dari
atas): mioma submukosa dan keganasan, polip dan adenomiosis, polio dan mioma
subserosa, adenomiosis, mioma subserosa dan koagulopati.
SIMPULAN
Walaupun belum merupakan klasifikasi yang paling sempurna,
sistem PALM-COEIN dapat menjadi langkah yang rasional dalam upaya menyeragamkan
pemahaman terhadap klasifikasi etiologi PUA. Diharapkan dengan adanya
keseragaman tersebut berbagai hasil penelitian yang dilakukan dapat dengan
mudah dirangkum hasilnya menjadi suatu basis bukti yang dapat digunakan untuk
mengoptimalkan manajemen PUA. Di masa mendatang tidak tertutup kemungkinan
untuk dilakukannya pengembangan sistem klasifikasi ini.
REFERENSI:
1.
May K, Octavia-lacob A, Sweeney C,
Kennedy S, Kirtley S. NHS evidence-women's health. Heavy menstrual bleeding
annual evidence update.Edisi. Oxford: Nuffield Department of Obstetrics &
Gynaecology, University of Oxford; 2009.
2.
National Collaborating Centre for
Women's and Children's Health. Heavy Menstrual Bleeding. Clinical
Guideline.Edisi January 2007.
3.
Fraser IS, Critchley HOD, Munro MG.
Terminologies and definitions around abnormal uterine bleeding. Dalam:
O'Donovan PJ, Miller CE, penyunting. Modern Management of Abnormal Uterine
Bleeding.Edisi ke- 1. London: Informa Health Care; 2008. h. 17-24.
4.
Munro MG, Critchley HO, Fraser IS,
Group FMDW.The FIGO classification of causes of abnormal uterine bleeding in
the reproductive years. Fertil Steril. 2011;95(7):2204-8, 8 e1-3.
5.
Munro MG, Critchley HO, Fraser IS.
The FIGO systems for nomenclature and classification of causes of abnormal
uterine bleeding in the reproductive years: who needs them? Am J Obstet
Gynecol. 2012.
6.
Munro MG, Critchley HO, Fraser IS.
The FIGO classification of causes of abnormal uterine bleeding: Malcolm G.
Munro, Hilary O.D. Crithcley, Ian S. Fraser, for the FIGO Working Group on
Menstrual Disorders. Int J Gynaecol Obstet. 2011;113(1):1-2.
7.
Wootcock JG, Critchley HO, Munro MG,
Broder MS, Fraser IS. Review of the confusion in current and historical
terminology and definitions for disturbances of menstrual bleeding. Fertil
Steril. 2008;90(6):2269-80.
8. Fraser IS, Critchley HO, Munro MG,
Broder M, Writing Group for this Menstrual Agreement P A process designed to
lead to international agreement on terminologies and
hallo , bole minta refrensi lain ga? buku teks indonesia sih kalo bisaaaa :D
ReplyDelete