Tuesday, March 26, 2013

Pengertian Air Susu Ibu


Pengertian
            Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lakstosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu,  yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0-6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lain, menurut ahli kesehatan, bayi pada usia tersebut sudah terpenuhi gizinya hanya dengan ASI saja. Manfaat ASI Eksklusif yaitu agar bayi kebal terhadap beragam penyakit pada usia selanjutnya (Depkes,2006).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan (Sri Purwanti Hubertin,2004).
Menyusui Eksktusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan padat, bayi ham sering disusui serta tanpa batasan waktu (Suradi Rulina dan Utami Roesela,2008). Bayi hanya diberi ASI saja secara eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelati itu diberi makanan padat pendamping yang cukup dan sesuai. Sedangkan ASI tetap dberikcan sampai usia 2 tahun atau lebih.( Roesli, 2000) .

Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk menghasilkan honnon oksitolesin, yang dapat merangsang serabutotot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampunga air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam putting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil. Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang­cabang besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus lactiterous. Pusat dari areda (bagan yang berpigmen) adaIah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi. Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
  1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak.
-                Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.
-                Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.
-                Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature.
-                Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru Iahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
-                Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein pada colostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
-                Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
-                Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature.
-                Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori1100 ml colostrum.
-                Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
-                Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak. PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
-                Lemaknya Iebih banyak mengandung Cholestrol dan tecitin di bandingkan ASI Mature.
-                Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi krang secipurna, yr.ngakan menambah kadar antobodi pada bayi.
-                Volumenya berkisar 150-300 mU24 jam.
  1. Air Susu Masa Peraiihan (Masa Transisi)
-                Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.
-                Disekresi dari hari ke 4 - hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 - ke 5.
-                Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.
-                Volume semakin meningkat.
  1. Air Susu Mature
-                ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
-                Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yangs ehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi bayi.
-                ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untu bayi.
-                Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflaum dan karotin. - Titlak menggumpal bila dipanaskan.
-                Volume: 300 - 850 ml/24 jam
-                Terdapat anti microbaterial faktor, yaitu; Antibodi terhadap bakteri dan virus.
-                Cell (phgocyle, granulacyle, macrophag, Iymhocycle type T)
-                Enzin (Iymhocycle, lastoperoxidese)
-                Protein (lactoferrin, B12 inding protein)
-                Faktor resisten terhadap staphylococcus
-                Complecement (C3 dan C4)


Dalam GBHN disebutkan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, yang merupakan proses jangka panjang dan berkesinambungan.  Peningkatan sumber daya manusia hendaknya diawali sedini mungkin sejak bayi dilahirkan. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan.
            Menurut WHO, 170 juta anak diseluruh dunia mengalami kekurangan gizi, 3 juta diantaranya meninggal setiap tahun dan yang terbanyak adalah bayi muda. Untuk menjamin kecukupan gizi bayi, WHO merekomendasikan semua bayi mendapat ASI Eksklusif selama6 bulan serta perlunya bayi mendapat kolostrm (Amonium,2008).
            ASI eksklusif harus diberikan pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran bayi, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik, pembentukan psikomotor, dan akulturasi yang sangat cepat (Deddy M, 1996). Rendahnya pemberian ASI dikeluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita (Anwar, 2007).
            Pemberian ASI secara eksklusif dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai. Namun sayangnya penggunaan ASI menurun secara drastis dan sampai saat ini ASI di Indonesia masih banyak. Menemui kendala permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan kepentingan ASI, ibu bekerja, pelayanan kesehatan dan petugas yang belum sepenuhnya mendukung peningkatan penggunaan ASI (Judarwanto,2006).
            UNICEF menyatakan bahwa di Indonesia hanya 14% bayi yang disusui secara  eksklusif oleh ibunya hingga 4 bulan. Praktik menyusui di Indonesia cukup memprihatinkan bila dikaitkan dengan pemberian ASI eksklusif. SDKI tahun 1997 dan 2002 lebih dari 95 % ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun dari 8 % pada tahun 1997 menjadi 3,7 pada tahun 2002. sementara itu penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun dari 10,8 % tahun 1997 menjadi 32,5 % pada tahun 2002 (Depkes RI, 2008).
            Dari survey yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes & Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar) dan 8 pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, NTB, Sulsel) menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12% sedangkan di pedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan antara 1%-13% sedangkan di pedesaan mencapai 2%-13%. Sedangkan ibu yang bekerja sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja setelah masa cuti hamil/melahirkan.  Hal ini mengganggu upaya pemberian ASI Eksklusif. (Judarwanto, 2006).
            Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Moh. Efendi di RS. Umum Dr. Kariadi Semarang tahun 1997 didapatkan pemberian ASI setelah umur 2 bulan 31,6% ASI + Susu botol. 15,8% dan susu botol 52,6% sedangkan sebelumnya yaotu pada umur 1 bulan masih lebih baik yaitu 66,7% ASI dan 33,3% susu botol, dalam hal ini tampaknya ada pengaruh susu botol lebih besar. Juga hasil penelitian Dr. Parma dkk, di Rumah Sakit UmumDr. M. Jamil Padang tahun 1998-1999 di dapatkan bahwa lama pemberian ASI saja sampai 4-6 bulan pada ibu karyawan adalah 12,63% dan dan pada ibu rumah tangga sebanyal 21,27%. Apabila dilihat dari pendidikannya ternyata 75% dari ibu-ibu yang berpendidikan tamat SD telah memberikan makanan pendamping ASI yang terlalu dini pada bayi.
            Berdasarkan data cakupan ASI eksklusif di Sumatera Utara tahun 2006 hanya 33,92% (Dinkes Prop. Sumut, 2007).
            Pada tanggal 25 Agustus 2009 Dinas Kesehatan Medan menjadwalkan bahwa pada tahun 2010 masyarakat Sumut mendapat peningkatan cakupan ASI eksklusif menjadi 80%.
            Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Deli Serdang dan Puskesmas Tanjung Morawa 2010, menunjukkan bahwa dari 2327 jumlah bayi yang terdaftar di 16 Desa / Kelurahan wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa terdapat 15,64 % atau 364 bayi yang diberi ASI eksklusif, dan berdasarkan data pelaksanaan PBL Mahasiswa  FKM USU dari tanggal 09 Agustus – 16 Oktober 2010 bahwa bayi < 6
bulan telah mendapat PMT (Pemberian Makanan Tambahan) sebesar 74,8% dan bayi > 6 bulan telah mendapat PMT sebesar 25,52%. Banyak faktor yang mempengaruhi seorang ibu dalam menyusui secara non eksklusif kepada bayinya, beberapa penelitian yang telah dilakukan di daerah perkotaan maupun pedesaan di Indonesia dan negara berkembang lainnya, menunjukkan bahwa faktor system dukungan pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI secara ekslusif, promosi susu formula dan makanan tambahan mempunyai pengaruh terhadap praktek pemberian ASI non eksklusif itu sendiri. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat memberikan dampak negative maupun positif dalam memperlancar pemberian ASI eksklusif (Santosa, 2004).
            Adapun faktor lain mempengaruhi pemberian ASI non eksklusif adalah faktor sosial budaya ekonomi (pendidikan formal ibu, pendapatan keluarga dan status kerja ibu), faktor psikologis (takut kehilangan daya tarik sebagai wanita, tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu yang sakit, misalnya mastitis dan sebagainya). Faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif (Soetjiningsih, 1997).
            Karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI non eksklusif maka perlu dilakukan analisis dengan menggunakan analisis faktor.
            Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis multivariat yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan pemecahan masalah-masalah yang membutuhkan pengkajian secara menyeluruh terhadap sesuatu hal yang dipelajari. Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga dibuat satu atau beberapa kumpulan variael yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal (Santoso, 2005).
            Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI non eksklusif pada bayi, maka penelitian ingin meringkas faktor-faktor apa saja yang menjadi pengaruh ibu dalam pemberian ASI non eksklusif dengan menggunakan analis faktor. 
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com