Pengertian
Air
susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lakstosa dan
garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayinya.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja
kepada bayi berumur 0-6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lain,
menurut ahli kesehatan, bayi pada usia tersebut sudah terpenuhi gizinya hanya
dengan ASI saja. Manfaat ASI Eksklusif yaitu agar bayi kebal terhadap beragam penyakit
pada usia selanjutnya (Depkes,2006).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (air
susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak
diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan (Sri
Purwanti Hubertin,2004).
Menyusui Eksktusif adalah bayi hanya
diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan padat, bayi ham sering
disusui serta tanpa batasan waktu (Suradi Rulina dan Utami Roesela,2008). Bayi
hanya diberi ASI saja secara eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan.
Setelati itu diberi makanan padat pendamping yang cukup dan sesuai. Sedangkan
ASI tetap dberikcan sampai usia 2 tahun atau lebih.( Roesli, 2000) .
Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu
dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan
tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah
prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses
pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex, dimana hisapan
putting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk menghasilkan
honnon oksitolesin, yang dapat merangsang serabutotot halus di dalam dinding
saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.
Kegagalan dalam perkembangan payudara
secara fisiologis untuk menampunga air susu sangat jarang terjadi. Payudara
secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di
dalam putting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil. Susu
diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabangcabang besar menuju
saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di gambarkan sebagai
setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap
selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel myoepithelial di dalam dinding
alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam
ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan
bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus lactiterous. Pusat dari areda
(bagan yang berpigmen) adaIah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan
mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi. Berdasarkan waktu diproduksi, ASI
dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
- Colostrum merupakan
cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung
tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus
dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak.
-
Disekresi oleh
kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa
laktasi.
-
Komposisi
colostrum dari hari ke hari berubah.
-
Merupakan cairan
kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan
ASI Mature.
-
Merupakan suatu
laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru Iahir dan
mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
-
Lebih banyak
mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan dengan ASI Mature
dimana protein yang utama adalah casein pada colostrum protein yang utama
adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap
infeksi.
-
Lebih banyak
mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan
bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
-
Lebih rendah
kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature.
-
Total energi
lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori1100 ml colostrum.
-
Vitamin larut
lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau
lebih rendah.
-
Bila dipanaskan
menggumpal, ASI Mature tidak. PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
-
Lemaknya Iebih
banyak mengandung Cholestrol dan tecitin di bandingkan ASI Mature.
-
Terdapat trypsin
inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi krang
secipurna, yr.ngakan menambah kadar antobodi pada bayi.
-
Volumenya
berkisar 150-300 mU24 jam.
- Air Susu Masa
Peraiihan (Masa Transisi)
-
Merupakan ASI
peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.
-
Disekresi dari
hari ke 4 - hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat
bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 - ke 5.
-
Kadar protein
semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.
-
Volume semakin
meningkat.
- Air Susu Mature
-
ASI yang
disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif
konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI
komposisinya baru konstan.
-
Merupakan makanan
yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yangs ehat
ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi
bayi.
-
ASI merupakan
makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa
persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untu bayi.
-
Merupakan cairan
putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflaum dan karotin. -
Titlak menggumpal bila dipanaskan.
-
Volume: 300 - 850
ml/24 jam
-
Terdapat anti
microbaterial faktor, yaitu; Antibodi terhadap bakteri dan virus.
-
Cell (phgocyle, granulacyle, macrophag,
Iymhocycle type T)
-
Enzin (Iymhocycle, lastoperoxidese)
-
Protein (lactoferrin, B12 inding protein)
-
Faktor resisten terhadap staphylococcus
-
Complecement (C3 dan C4)
Dalam GBHN
disebutkan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia
seutuhnya, yang merupakan proses jangka panjang dan berkesinambungan. Peningkatan sumber daya manusia hendaknya
diawali sedini mungkin sejak bayi dilahirkan. Salah satu faktor yang memegang
peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu
Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam
pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan.
Menurut WHO, 170 juta anak diseluruh
dunia mengalami kekurangan gizi, 3 juta diantaranya meninggal setiap tahun dan
yang terbanyak adalah bayi muda. Untuk menjamin kecukupan gizi bayi, WHO
merekomendasikan semua bayi mendapat ASI Eksklusif selama6 bulan serta perlunya
bayi mendapat kolostrm (Amonium,2008).
ASI eksklusif harus diberikan pada
bulan-bulan pertama setelah kelahiran bayi, karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan fisik, pembentukan psikomotor, dan akulturasi yang sangat cepat
(Deddy M, 1996). Rendahnya pemberian ASI dikeluarga menjadi salah satu pemicu
rendahnya status gizi bayi dan balita (Anwar, 2007).
Pemberian ASI secara eksklusif dapat
mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status
gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat menuju
tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai. Namun sayangnya penggunaan
ASI menurun secara drastis dan sampai saat ini ASI di Indonesia masih banyak. Menemui
kendala permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan
kepentingan ASI, ibu bekerja, pelayanan kesehatan dan petugas yang belum
sepenuhnya mendukung peningkatan penggunaan ASI (Judarwanto,2006).
UNICEF menyatakan bahwa di Indonesia
hanya 14% bayi yang disusui secara eksklusif
oleh ibunya hingga 4 bulan. Praktik menyusui di Indonesia cukup memprihatinkan bila
dikaitkan dengan pemberian ASI eksklusif. SDKI tahun 1997 dan 2002 lebih dari
95 % ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam 1 jam pertama
cenderung menurun dari 8 % pada tahun 1997 menjadi 3,7 pada tahun 2002.
sementara itu penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat
selama 5 tahun dari 10,8 % tahun 1997 menjadi 32,5 % pada tahun 2002 (Depkes
RI, 2008).
Dari survey yang dilaksanakan pada
tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama
dengan Balitbangkes & Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta,
Surabaya, Semarang, Makassar) dan 8 pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar,
Jateng, NTB, Sulsel) menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di
perkotaan antara 4%-12% sedangkan di pedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif
5-6 bulan di perkotaan antara 1%-13% sedangkan di pedesaan mencapai 2%-13%.
Sedangkan ibu yang bekerja sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah
harus kembali bekerja setelah masa cuti hamil/melahirkan. Hal ini mengganggu upaya pemberian ASI
Eksklusif. (Judarwanto, 2006).
Dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dr. Moh. Efendi di RS. Umum
Dr. Kariadi Semarang tahun 1997 didapatkan
pemberian ASI setelah umur 2 bulan 31,6% ASI + Susu botol. 15,8% dan susu botol
52,6% sedangkan sebelumnya yaotu pada umur 1 bulan masih lebih baik yaitu 66,7%
ASI dan 33,3% susu botol, dalam hal ini tampaknya ada pengaruh susu botol lebih
besar. Juga hasil penelitian Dr. Parma dkk, di Rumah Sakit UmumDr. M. Jamil
Padang tahun 1998-1999 di dapatkan bahwa lama pemberian ASI saja sampai 4-6
bulan pada ibu karyawan adalah 12,63% dan dan pada ibu rumah tangga sebanyal
21,27%. Apabila dilihat dari pendidikannya ternyata 75% dari ibu-ibu yang
berpendidikan tamat SD telah memberikan makanan pendamping ASI yang terlalu
dini pada bayi.
Berdasarkan data cakupan ASI
eksklusif di Sumatera Utara tahun 2006 hanya 33,92% (Dinkes Prop. Sumut, 2007).
Pada tanggal 25 Agustus 2009 Dinas
Kesehatan Medan menjadwalkan bahwa pada tahun 2010 masyarakat Sumut mendapat peningkatan
cakupan ASI eksklusif menjadi 80%.
Berdasarkan data profil Dinas
Kesehatan Deli Serdang dan Puskesmas Tanjung Morawa 2010, menunjukkan bahwa
dari 2327 jumlah bayi yang terdaftar di 16 Desa / Kelurahan wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Morawa terdapat 15,64 % atau 364 bayi yang diberi ASI
eksklusif, dan berdasarkan data pelaksanaan PBL Mahasiswa FKM USU dari tanggal 09 Agustus – 16 Oktober
2010 bahwa bayi < 6
bulan telah
mendapat PMT (Pemberian Makanan Tambahan) sebesar 74,8% dan bayi > 6 bulan
telah mendapat PMT sebesar 25,52%. Banyak faktor yang mempengaruhi seorang ibu
dalam menyusui secara non eksklusif kepada bayinya, beberapa penelitian yang
telah dilakukan di daerah perkotaan maupun pedesaan di Indonesia dan negara
berkembang lainnya, menunjukkan bahwa faktor system dukungan pengetahuan ibu
terhadap pemberian ASI secara ekslusif, promosi susu formula dan makanan
tambahan mempunyai pengaruh terhadap praktek pemberian ASI non eksklusif itu
sendiri. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat memberikan dampak negative maupun positif
dalam memperlancar pemberian ASI eksklusif (Santosa, 2004).
Adapun faktor lain mempengaruhi
pemberian ASI non eksklusif adalah faktor sosial budaya ekonomi (pendidikan
formal ibu, pendapatan keluarga dan status kerja ibu), faktor psikologis (takut
kehilangan daya tarik sebagai wanita, tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu
yang sakit, misalnya mastitis dan sebagainya). Faktor kurangnya petugas
kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang
manfaat pemberian ASI eksklusif (Soetjiningsih, 1997).
Karena banyaknya faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI non eksklusif maka perlu dilakukan
analisis dengan menggunakan analisis faktor.
Analisis faktor merupakan salah satu
teknik analisis multivariat yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan
pemecahan masalah-masalah yang membutuhkan pengkajian secara menyeluruh
terhadap sesuatu hal yang dipelajari. Proses analisis faktor mencoba menemukan
hubungan antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan
yang lain, sehingga dibuat satu atau beberapa kumpulan variael yang lebih sedikit
dari jumlah variabel awal (Santoso, 2005).
Mengingat banyaknya faktor yang
mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI non eksklusif pada bayi, maka penelitian
ingin meringkas faktor-faktor apa saja yang menjadi pengaruh ibu dalam
pemberian ASI non eksklusif dengan menggunakan analis faktor.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.