Tuesday, March 26, 2013

Perencanaan dan Pengawasan Modal Kerja


Perencanaan dan Pengawasan Modal Kerja
     a.    Perencanaan Modal kerja
Perencanaan merupakan suatu proses yang kontinu untuk menetapkan kejadian dan kegiatan yang diperlukan unutk pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia. Perencanaan sebagai penetapan apa yang dilakukan , kapan akan dilakukan, bagaimana melakukannya dan siapa yang akan melaksanakannya.
Kuswadi (2004 : 102), mengemukakan bahwa “ Perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasi serta merumuskan aktivitas-aktivitas yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. ”
Perencanaan modal kerja memerlukan adanya analisa tentang kenaikan atau penurunan dalam pos-pos yang tercantum dalam neraca antara dua saat tertentu (comparative balance sheet). Hal ini menunjukkan perubahan yang terjadi dalam elemen-elemen modal kerja tersebut.
Untuk dapat merencanakan modal kerja perusahaan, maka harus diketahui sumber-sumber dari modal kerja serta penggunanya. Karena dengan diketahui sumber-sumber dan penggunaan dari modal kerja tersebut baru bisa merencanakan modal kerja dengan baik.
Adapun sasaran yang ingin dicapai menajemen modal kerja adalah
1.   Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengendalian investasi adalah sama atau lebih besar dari biaya yang digunakan untuk membiayai aktiva tersebut.
2.      Meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva tetap.
3.   Perencanaan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber hutang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangan pada saat jatuh tempo.
Tujuan utama perencanaan adalah untuk memberikan petunjuk kepada setiap manajer guna pengambilan keputusan operasional sehari-hari.
 Adapun keuntungan yang didapat perusahaan dari modal kerja adalah :
1.   Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya aktiva lancar misalnya seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya persediaan karena harga merosot.
2.      Memungkinkan perusahaan melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat waktunya.
3.      Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga memperoleh keuntungan berupa potongan harga.
4.  Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi lebih efisien karena tidak ada lagi kesulitan dalam memperoleh barang baku, jasa, supplier yang dibutuhkan.
Pada prinsipnya modal kerja merupakan bagian dari dana perusahaan yang berfungsi sebagai jembatan antara saat pengeluaran uang kas untuk memperoleh hasil produksi/jasa dengan saat menerima hasil penjualan.
      Perusahaan harus tetap melakukan pengeluaran untuk pembelian bahan baku, membayar upah buruh, membayar gaji karyawan dan lain-lain sebagainya. Akan tetapi disamping pengeluaran non operasional yaitu yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan produksi dan penjualan misalnya aktiva tetap, pembayaran pajak dan sebagainya.
      Berdasarkan fungsi pengeluaran tersebut, modal kerja mempunyai dua fungsi yaitu :
1. Menopang kegiatan produksi dan penjualan dengan jalan menjembatani antara saat pengeluaran untuk pembelian bahan serta jasa yang diperlukan dengan penjualan.
2.   Menutup pengeluaran yang bersifat tetap dan pengeluaran yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan produksi dan penjualan.
 Dilihat dari sumbernya, maka modal kerja berasal dari :
a.       Berkurangnya aktiva diluar aktiva lancar
b.      Bertambahnya modal sendiri
c.       Bertambahnya hutang diluar hutang lancar
d.      Pengembalian atas kelebihan pajak yang dibayar
Penggunaan modal kerja pada umumnya untuk
a.       Menambah aktiva bukan lancar (pembelian mesin, peralatan, menambah investasi jangka panjang)
b.      Mengurangi kewajiban (membayar hutang jangka panjang)
c.       Mengurangi modal sendiri (membayar deviden)
Fungsi perencanaan modal kerja bertujuan untuk menentukan modal kerja jangka pendek perusahaan yang cukup untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran bagi operasi perusahaan sehari-hari serta untuk menentukan sumber pembelajaran yang dapat menyokong tujuan-tujuan investasi maupun pengeluaran-pengeluaran lainnya yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan produksi dan penjualan.
Fungsi perencanaan modal kerja merupakan bagian dari tugas seorang manajer keuangan untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan bagaimana dana itu dibelanjakan. Seorang manajer keuangan harus membuat suatu analisa aliran dana atas sumber-sumber dan penggunaan dana atau sering disebut analisa aliran dana yang merupakan alat analisa finansial yang sangat pentingdisamping alat-alat finansial lainnya.

b.   Pengawasan Modal Kerja
      Melalui perencanaan ini akan timbul suatu pengawasan. Pengawasan adalah proses untuk menjamin organisasi dan manajemen agar tercapai anggaran yang lebih efektif. Kasus-kasus yang terjadi dalam perusahaan adalah tidak terselesaikannya suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu penyelesaian, suatu anggaran yang berlebihan dan kegiatan-kegiatan yang lain yang menyimpang dari rencana. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perusahaan merasa perlu untuk melukan pengawasan.
      Peranan perencanaan dan pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Perencanaan yang baik akan efektif bila selalu diawasi pula. Sementara pengwasan tidak akan berarti jika proses perencanaan yang dilakukan dengan tepat, atau tidak adanya suatu perencanaan. Jika proses perencanaan dan pengawasan telah dilakukan dengan baik, kenungkinan tujuan perusahaan akan dapat terpenuhi.
      Pengawasan modal kerja mengarah kepada pendayagunaan modal kerja agar efisien dan efektif serta dapat memenuhi kebutuhan operasional perusahaan guna tercapainya tingkat laba bagi perusahaan.
      Menurut Anthony (2004 : 49), Pengawasan adalah “Pengukuran dan koreksi terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terjadi itu cocok dengan rencana, jadi pengawasan mengukur pelaksanaan kerja atau prestasi dengan membandingkan terhadap tujuan dan rencana, memperlihatkan dimana ada penyimpangan dan mengadakan tindakan perbaikan atas penyimpangan guna menjamin pencapaian rencana.”
      Dari pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa pengawasan dilakukan oleh pimpinan, agar lebih menjamin pelaksanaan sesuai dengan rencana, dengan demikian apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan yaitu, prosedur, penganggaran, tujuan dan lain-lain benar-benar yang diberikan oleh pimpinan didalam perusahaan tersebut. Sehingga pengawasan tidak menimbulkan kesalahan atau kekeliruan yang mungkin terjadi.
      Pengawasan modal kerja merupakan hal penting bagi perusahaan karena modal kerja sangat mempengaruhi operasi perusahaan. Fungsi pengawasan modal kerja biasanya dimaksudkan agar modal kerja digunakan secara efektif.
Pengawasan modal kerja dapat digolongkan kedalam dua bagian :
1.      Mengadakan pengendalian terhadap penggunaan modal kerja, sistem pengendalian terhadap modal kerja yang baik dapat mendorong terciptanya efisiensi operasional perusahaan, melindungi terjadinya pemborosan dan kecuranga terhadap modal kerja yang telah direncanakan.
2.      Mengadakan analisa modal kerja. Analisa terhadap moal kerja merupakan bagian dari sistem pengawasan yang berhubungan dengan keberadaaan dari modal kerja dan likuiditas perusahaan untuk melakukan analisa terhadap modal kerja dapat dilakukan dengan menggunakan analisa rasio likuiditas.

2.   Analisa Rasio Modal Kerja
Tujuan analisa rasio modal kerja adalah untuk menarik kesimpulan sehingga
Setiap pihak yang berkepentingan dapat mengambil kesimpulan.
      Analisa rasio merupakan salah satu analisa yang menggunakan perhitungan atas dasar kuantitatif yang ditujukan untuk daftar neraca dan daftar rugi laba. Dengan alat analisa berupa rasio ini dapat menjelaskan atau memberi gembaran kepada penganalisa tentang pos-pos keuangan suatu perusahaan.
      Menurut Munawir (2000 : 67), “Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi  dari kedua laporan tersebut.”     
      Adapun rasio yang digunakan untuk menganalisa modal kerja adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan ratio rentabilitas/profitabilitas.

Rasio Likuiditas 
      Istilah likuiditas berasal dari kata likuid yang berarti cair. Suatu perusahaan dapat dikatakan likuid apabila perusahaan itu sanggup membayar hutang jangka pendek tepat pada waktunya. Dengan demikian rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek. Likuiditas dapat dimulai dengan beberapa jenis ratio yang sering dugunakan yaitu :
a.      Current Ratio (Rasio Lancar)
Ratio ini menunjukkan tingkat kemampuan bagi para kreditur jangka pendek. Ratio lancar yang memuaskan biasanya bila current asset lebih besar dari current liabilities. Ratio ini merupakan ratio yang paling umum untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pada umumnya rasio lancar yang dipandang baik adalah 2:1 atau 200% karena setiap Rp.100 hutang jangka pendek dapat dijamin oleh aktiva lancar Rp.200 namun keadaan ini masih sangat ditentukan oleh proporsi atau distribusi dari aktiva lancar, sebab ratio lancar yang tinggi tidak akan bermanfaat apabila aktiva lancarnya sebagian besar terdiri dari persediaan barang dagang yang sulit dijual.

b.      Cash Ratio
Rasio ini mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan. rumus
           
c.       Acid Test Ratio
Ratio ini sering disebut juga quick ratio. Ratio ini adalah kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Dimana persediaan aktiva lancar dianggap sebagai aktiva lancer yang kurang likuid. Rumus yang digunakan untuk menghitung acid test ratio adalah :
d.      Perputaran Modal Kerja
Untuk mengukur keefektifan pendaya gunaan modal kerja untuk melaksanakan kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan. Perputaran modal kerja dapat dihitung dengan membandingkan penjualan bersih dengan jumlah aktiva lancar pada periode yang bersangkutan.
Tingkat perputaran modal kerja dapat dibagi atas dua bagian yaitu :
a.      Gross Working Capital Turn Over (peputaran modal kerja kotor) :
b.      Net Working Capital Turn Over (perputaran modal kerja bersih) :
Dengan ratio ini dapat diketahui apakah perusahaan lebih mendayagunakan modal kerja bersihnya secara efektif atau tidak. Tingkat perputaran modal kerja yang tinggi menunjukkan efisiensi perputaran modal kerja yang semakin baik. Sebaliknya perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan kerja yang mungkin disebabkan rendahnya tingkat perputaran piutang, persediaan atau saldo kas yang terlalu besar.

Rasio Solvabilitas
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuiditas. Rasio yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan solvabilitas suatu perusahaan adalah
Rasio ini menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang.
Rasio ini menunjukkan berapa besar aktiva yang digunakan untuk menjamin pengembalian hutang, baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang.
 

           
Rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan di belanjai dengan hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang di bandingkan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar aktiva perusahaan dibiayai dengan modal asing atau hutang dampak penggunaan modal sendiri. Bagi kreditur semakin rendah rasio ini lebih baik karena lebih terjamin pengembalian piutangnya.
Rasio ini menunjukkan besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga hutang jangka panjang.
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan aktiva selain aktiva lancar. Rasio ini biasa dipergunakan untuk menilai solvabilitas perusahaan dengan standar rata-rata dipergunakan sebesar 50%  atau 1: 2.
Rasio Profitabilitas/Rentabilitas
Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya.
Rasio ini di pengaruhi oleh penjualan dan biaya operasi. Rasio yang rendah bisa disebabkan penjualan turun lebih besar dari pada turunnya ongkos, dan sebaliknya setiap perusahaan menginginkan profit margin yang lebih tinngi.
Rasio ini menunjukkan laba operasi sebelum bunga dan pajak (net income) yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan.
            Rasio ini menunjukkan besarnya biaya operasi per rupiah penjualan.
            Rasio ini menunjukkan besarnya keuntungan netto per rupiah penjualan.
Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (pemegang saham dan obligasi).
Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto.
Rasio ini menunjukkkan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa. 
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com