Pengertian Modal Kerja
Menurut Keown, dkk (2000 :
144), pengertian modal kerja adalah “investasi total perusahaan dalam asset
lancar, ini disebut juga modal kerja bruto. Sedangkan modal kerja netto adalah
delisih antara aset lancar perusahaan dan kewajiban lancar”.
Menurut Irawati (2006 : 89), “modal kerja mengandung
dua pengertian yaitu gross working
capital yang merupakan keseluruhan dari aktiva lancar dan net working capital yang merupakan
selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar.
Pada prinsipnya modal kerja merupakan bagian dari dana
perusahaan yang berfungsi sebagai jembatan antara saat pengeluaran uang kas
untuk memperoleh hasil produksi atau jasa, dengan saat penerimaan hasil
penjualan. Modal kerja pada akhir periode merupakan faktor penting dalam
membuat penilaian aktivitas perusahaan yang telah lampau dan dalam pertimbangan
kemungkinan dapat di capai pada masa yang akan datang.
Menurut Riyanto (2001 : 57), untuk memahami pengertian
modal kerja dapat dikemukakan beberapa konsep yaitu :
- Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kuantum yang
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang
bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi
jangka pendek. Konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva
lancar.
- Konsep Kualitatif
Konsep ini
menitikberatkan pada modal kerja. Dalam hal ini modal kerja adalah
kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar.
- Konsep Fungsional
Konsep ini mendasar pada fungsi dari dana dalam
penghasilan pendapatan (income).
Setiap dana yang dikerjakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk
menghasilkan pendapatan. Tetapi tidak semua digunakan untuk menghasilkan current income namun ada sebagian dana
yang akan digunakan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode-periode
berikutnya, misalnya bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva
lainnya.
Dari uraian diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa modal kerja selalu dalam keadaan berputar pada
perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan beroperasi.
Jenis-jenis Modal Kerja
Menurut Abdullah (2002 : 129),
modal kerja dapat digolongkan pada dua jenis yaitu :
- Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja ini harus tetap ada pada perusahaan untuk
dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang terus
menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dapat dibedakan
atas :
- Modal Kerja Primer (Primary Working Capital), yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kelangsungan usahanya.
- Modal Kerja Normal (Normal Working Capital), yakni jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. Pengertian normal disini adalah dalam artian yang dinamis.
- Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital)
Yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu
dengan jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan dalam suatu periode.
Modal kerja variable ini dapat
dibedakan dalam tiga bagian yaitu :
- Modal Kerja Musiman (Season Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
disebabkan fluktuasi musiman. Dalam hal ini perusahaan yang mempunyai kegiatan
usaha tergantung pada musim atau besar kecil modal kerja yang ditentukan juga
kepada factor musim terjadi.
- Modal Kerja Siklis ( Cyclical Working Capital)
Modal kerja siklis adalah modal kerja yang besarnya
berubah-ubah disebabkan oleh perusahaan permintaan produk. Kebutuhan modal
kerja pada jenis ini sangat tergantung dari adan ya pengaruh fluktuasi
permintaan produk yang ada dipasar.
- Modal Kerja Darurat (Emergensy Working Capital)
Modal kerja darurat adalah modal kerja yang besarnya
berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui, misalnya kebakaran,
banjir, gempa bumi, buruh mogok, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak ini
berfungsi untuk berjaga-jaga dan besar kecilnya modal kerja ini berdasarkan
estimasi-estimasi disamping berdasarkan pada pengalaman yang lalu.
Unsur Modal Kerja
Syamsuddin (2000 : 144), menjelaskan bahwa unsur modal
kerja menurut konsep kuantitatif dan kualitatif terdiri dari aktiva lancar dan
hutang lancar.
1. Aktiva lancar
Ikatan Akuntansi Indonesia (2004 : 19), menyatakan
bahwa “Dalam praktek yang
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar adalah aktiva yang diharapkan dapat
direalisasikan dalam waktu satu tahun dalam siklus operasional perusahaan.”
a.
Kas dan Bank
b.
Surat-surat berharga yang sudah dijual dan tidak
dimaksudkan untuk ditahan.
c.
Deposito jangka pendek.
d.
Wesel
tagih yang jatuh tempo dalam jangka satu tahun.
e.
Persediaan.
f.
Pembayaran pajak dimuka
g. Pembayaran uang muka pembelian aktiva
lancar
h. Piutang lain-lain yang diharapkanakan
direalisasikan dalam waktu satu tahun.
- Hutang lancar
Hutang lancar merupakan kewajiban jangka panjang perusahaan kepada pihak lain
yang harus dipatuhi dalam jangka waktu yang normal umumnya satu tahun. Yang
termasuk kewajiban jangka pendek meliputi :
a.
Pinjaman bank
b.
Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo
dalam waktu satu tahun dejak tanggal neraca.
c. Hutang usaha dan biaya yang masih harus
dibayar
d.
Uang muka penjualan
e.
Penyisihan kewajiban pajak
f.
Hutang deviden
g.
Hutang pembelian aktiva tetap dan hutang lain-lain yang
harus dibayar diselesaikan dalam waktu satu tahun
Faktor-faktor yang mempengaruhi
modal kerja
Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan
dalam operasi perusahaan tergantung pada tipe atau sifat likuid ( mudah
ditukarkan menjadi uang tunai ) dari aktiva yang dimiliki perusahaan seperti
kas, piutang, persediaan barang dagang dan lain-lain.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi modal kerja adalah sebagai berikut :
- Sifat atau tipe perusahaan itu
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif lebih
kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja pada perusahaan industri,
karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas,
piutang, maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk pegawai maupun untuk
membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan maupun penerimaan pada
saat itu juga. Sedangkan piutang dapat ditagih dalam waktu yang relatif pendek,
bahkan untuk perusahaan jasa biasanya memiliki atau menginvestasikan modal
sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau
jasa kepada masyarakat.
- Harga
persatuan dari barang tersebut.
Besar kecilnya kebutuhan modal kerja suatu perusahaan
berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang
dijual. Semakin tinggi harga pokok per satuan barang yang akan dijual maka
semakin besar pula kebutuhan modal kerja.
- Syarat
pembelian bahan atau barang dagangan.
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan baku yang akan digunakan
untuk memproduksi barang jadi sangatlah mempengaruhi jumlah modal kerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan, jika syarat kredit pada saat
pembelian menguntungkan maka semakin kecil uang kas yang harus diinvestasikan.
- Syarat penjualan
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh persediaan
kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang
harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil resiko adanya piutang
yang tidak dapat tertagih, sebaliknya perusahaan memberikan potongan itu kepada
pembeli karena dengan begitu para pembeli akan tetarik untuk segera membayar
hutangnya dalam priode diskonto tersebut.
- Tingkat perputaran persediaan
Tingkat perputaran persediaan menunjukkan berapakah
persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli atau dijual kembali. Semakin
tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut, maka jumlah modal yang
dibutuhkan semakin rendah, semakin tinggi tingkat perputaran tersebut, maka
memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga dan
perubahan selera konsumen.
- Pengaruh konjungtor (business cycle)
Pada periode makmur atau aktivitas perusahaan
meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang-barang lebih banyak dan
memanfaatkan harga yang masih rendah, ini berarti perusahaan memperbesar
persediaan.
- Pengaruh musim
Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan
jumlah maksimum modal kerja yang relatif lebih pendek.
- Credit rating
Jumlah modal kerja dalam bentuk kas termasuk
surat-surat berharga dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya
tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas.
Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja
Besar kecilnya modal kerja terutama
tergantung kepada dua faktor yaitu :
- Periode perputaran atau periode terikat modal kerja adalah keseluruhan atau jumlah dari periode-periode yang meliputi jangka waktu pembelian kredit, lama penyimpanan bahan mentah digudang, lama proses produksi, lama barang jadi disimpan di gudang dan jangka waktu penerimaan piutang.
- Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya. Pengeluaran setiap hari merupakan jumlah pemgeluaran kas rata-rata setiap hari untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh dan biaya-biaya lainnya.
Menurut Sundjaja dan berlian (2002 : 157), besarnya
modal kerja yang dibutuhkan tergantung pada beberapa hal yaitu :
- Besar kecilnya skala usaha perusahaan
Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda
dengan perusahaan kecil. Dimana perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih
luasnya pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang
sangat tergantung pada beberapa sumber saja.
- Aktivitas perusahaan
Perusahaan yang bergerak dibidang jasa tidak mempunyai
persediaan barang dagangan sedangkan perusahaan yang menjual persediaannya
secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat
perputaran dan jumlah modal kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang
akan dijual.
- Volume penjualan
Volume
penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan
modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerja akan
meningkat demikian pula sebaliknya.
- Perkembangan teknologi
Kemajuan teknologi khususnya yang berhubungan dengan
proses produksi akan mempengaruhi
kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang mengakibatkan proses produksi yang
lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku
yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai. Selain itu akan
membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih
banyak pula.
- Sikap
perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas
Adanya biaya dari semua dana yang dipergunakan perusahaan mengakibatkan
jumlah modal kerja yang relatif lebih besar dan mempunyai kecenderungan
mengurangi laba, tetapi dengan persediaan barang yang besar akan membuat
perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.
Sebab timbulnya
kekurangan modal kerja adalah :
1.
Adanya kerugian usaha
2.
kenaikan tingkat harga
3.
kebijaksanaan pembayaran deviden yang tidak tepat
4.
kegagalan mendapatkan modal kerja pada waktu mengadakan
perluasan usaha atau operasi.
Sebab-sebab timbulnya kelebihan modal kerja adalah :
1.
Pengeluaran saham dan obligasi yang melebihi dari
jumlah yang diperlukan
2. Penjualan aktiva tetap tanpa diikuti
penempatan kembali
3. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh
tidak digunakan untuk membayar deviden dan membeli aktiva.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.