Friday, March 22, 2013

Fungsi Pendidikan Agama Islam


Fungsi Pendidikan Agama Islam
            Setelah membahas Hakikat Pendidikan Agama Islam, tujuan Pendidikan Agama Islam, dapat dirangkumkan berbagai poin yang menjadi tujuan Pendidikan Agama Islam itu sendiri, antara lain :
1.      Menciptakan manusia yang berilmu dengan wawasan Al-Qur’an
2.      Memberikan ajaran yang membawa manusia kepada sebuah kenyamanan di dalam masyarakat atau yang disebut dengan mausia beretika.
3.      Menciptakan manusia yang jujur, ikhlas, berkpribadian di dalam menjalankan amanah
4.      Menciptakan keseimbangan sikap antara akal dan jiwa

Pembicaraan Al-Qur’an Tentang Pendidikan
            Beberapa ayat yang berbicara mengenai pendidikan :
Qur’an Surat Al-Mujadilah (58) : 

Artinya :
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Artinya :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar"
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Sebenarnya terjemahan Hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, Karena arti Hakim ialah: yang mempunyai hikmah. hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana Karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti Hakim. 

Penutup            
Pendidikan Agama Islam bersumber dari ajaran Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW, sangat berguna untuk keselamatan umat manusia dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an tidak saja mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi juga membawa kesuksesan bagi manusia di dunia, Al-Qur’an juga mengajarkan bagaimana manusia itu bisa menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menjadi bernilai di dunia dan di akhirat.
            Yang menjadi landasan bagi Quraish Shihab adalah pentingnya pendidikan agama dipadukan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga kinerja antara keduanya terbangun menuju manusia yang berilmu pengetahuan dan teknologi, manusia yang beriman dan bertaqwa (IPTEK dan IMTAQ).
            Hal ini juga sejalan dengan pembahasan sebelumnya di mana sebagian ulama menjadikan Pendidikan Agama Islam itu kepada dua tujuan yaitu :
1.      Tujun Keduniaan
2.      Tujuan Keagamaan (Akhirat)
Tujuan keduniaan menciptakan kesejahteraan di dunia dan kemanfaatannya. Sedangkan tujuan keagamaan lebih berorientasi mencapai kebahagiaan di akhirat.
Karena dunia dan akhirat adalah merupakan dua dimensi yang tidak bisa dipisahkan, di mana akhirat tidak akan tercapai jika tidak melewati dunia begitu juga sebaliknya kehidupan dunia akan berujung kepada kehidupan akhirat.
Quraish Shihab mengugkapkan bahwa konsep pendidikan Al-Qur’an tidak sama dengan konsep pendidikan di Barat yang pragmatis dan di timur yang sosialis. Akan tetapi konsep Al-Qur’an lebih kepada objek/sasaran manusianya sendiri.
Imam Ghazali berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah bagaikan samudera dan dari Al-Qur’an timbullah ilmu-ilmu awal dan akhir.
Quraish Shihab mengutarakan pendidikan Agama terlebih Islam mempunyai kedudukan dan peranan penting di dalam pembangunan nasional.
Sebab pembangunan nasional kita adalah pembangunana manusia. Lebih lanjut dia menjelaskan keberhasilan pembangunan di segala bidang ini sangat ditentukan oleh faktor manusianya yaitu manusia yang bertaqwa, berkepribadian, jujur, ikhlas, berdedikasi tinggi serta mempunyai kesadaran , bertanggung jawab terhadap masa depan.
Di dalam buku lain Quraish Shihab mengistilahkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan Imaterial (akal dan jiwa). Yaitu pembinaan akalnya menghasilkan ilmu dan pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika.
Perumusan konsep pendidikan Islam terutama Pendidikan Agama Islam yang digunakan pada berbagai lembaga pendidikan terutama di Indonesia belum banyak dilakukan.
Mereka pada umumnya menciptakan atau meniru konsep pendidikan yang pernah diterapkan ditempat lain yang dinilainya bagus  upaya merumuskan konsep pendidikan yang bertolak dari Al-Qur’an dan Sunnah termasuk yang terlambat dilkukan khususnya di Indonesia.
Ada tiga prisip yang melibatkan pembaharuan secara mendalam menurut istilah teknis filosofis sebagai berikut :
1. Ontologi                : Yang membahas asal-usul kejadian alam nyata dan dibalik alam tidak yata
2. Epistemologi         : Yang membahas tentang kemungkinan manusia mengetahuai gejala alam
3. Axiologi                : Yang membahas tentang sistem nilai-nilai dan teori  nilai atau yang disebut dengan etika
Pola dasar pedidikan Agama Islam :
1.      Islam memandang bahwa segala penomena alam ini adalah hasil ciptaan
2.      Islam memandang manusia sebagai makhluk yang paling mulia karena memiliki harkat dan martabat yang terbentuk dari kemampuan kejiwaannya, akal budinya menjadi tenaga penggerak yang membedakan dari makhluk lainnya.
3.      Prinsip selanjutnya adalah pandangan bahwa manusia bukan saja makhluk pribadi, melainkan juga makhluk sosial, yang harus hidup sebagai anggota masyarakat sesamanya.
Dalam menetapkan tujuan pendidikan, Islam mempertimbangkan posisi manusia sebaga ciptaan Tuhan yang terbaik dan sebagai khalifah, begitu pula tentang Islam yang rahmatallilalamin/universal. Mengandung ajaran yang konkrit, dapat disesuaikan dengan situasi setempat dan kebutuhan jaman.
Sebagai agama pilihan Allah untuk panutan kita yang abadi tidak diragukan lagi. Maka dunia cita, yakni terbentuknya kepribadian muslim atau terwujudnya masyarakat yang besar, yang menjadi tugas akhir Pendidikan Agama Islam secara normatis, filosofis, ditetapkan atas dasar satu keyakinan tentang nilai-nilai Islami yang oleh umat Islam dipegangi sebagai kebenaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis.
Lima tujuan asasi bagi Pendidikan Agama Islam :
1.      Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia
2.      Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat
3.      Membutuhkan ruh ilmiah (Scientific Sprit)
4.      Menyiapkan pelajar dari segi profesioanl dan teknis
5.      Persiapan untuk mencari riski dan pemeliharaan dari segi-segi kemanfaatan.
Islam sebagai ajaran mengandung sistem nilai di mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten untuk mencapai tujuan. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan pilosofis dari pemikir-pemikir pedagosis muslim, maka sistem nilai itu kemudian dijadikan dasar pembangunan (struktur) Pendidikan Agama Islam yang memiliki daya fleksibilitas normatif menurut kebutuhan dan kemajuan masyarakat dari waktu ke waktu.
            Pendidikan Agama Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhannya dan perkembangannya.
            Esensi dari potensi dinamis dalam setiap diri manusia itu terletak pada keimanan atau keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak (moralitas) dan pengalamannya. Keempat potensi esensial ini menjadi tujuan fungsional Pendidikan Agama Islam.
            Pendidikan Agama Islam secara teoritis dibagikan menjadi dua :
1.      Tujuan Keagamaan (Al-Ghardud Diny)
2.      Tujuan Keduniaan (Ghardud Duniyawi)
Tujuan pendidikan menurut tuntutan hidup ilmu dan teknologi modern seperti masa kini dan akan datang meletakkan nilai-nilainya pada kemampuan menciptakan kemajuan hidup manusia berdasarkan ilmu dan teknologi, tanpa memperhatikan nilai-nilai rohaniah dan keagamaan yang berada di balik kemajuan ilmu dan teknologi.
Tujuan Pendidikan Agama Islam jika diarahkan kepada upaya menjadikan umat manusia dengan ilmu dan teknologi modern, tidaklah sama dengan tujuan pendidikan yang pragmatis dan teknologis, melainkan telah mengutamakan pada upaya meningkatkan kemampuan berilmu pengetahuan dan berteknologi dengan iman manusia akan bertaqwa kepada Allah sebagai pengendalinya.
Nilai-nilai iman dan taqwa tidak lepas dari manusia yang beriptek, sehingga menjadi manusia muslim sebagai hasil proses Pendidikan Agama Islam itu terwujud sosok manusia. Sedangkan keberhasilan pelaksanaannya didasarkan atas petunjuk Allah dan melalui ikhtiar yang sungguh-sungguh. Tujuan tersebut harus mengandung ciri khas Islam. Merealisasikan keseimbangan hidup di dunia dan hidup diakhirat. Kedua ilmu duniawi dan ukhrawi menjadi sasarannya.
Menurut pandangan Islam pada hakikatnya kehidupan duniawi mengandung nilai ukhrawi karena dengan megamalkan ilmu dan teknologi manusia mampu berbuat lebih banyak amal-amal kebajikan di dunia dibanding dengan orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan dan teknologi. Amal baik itulah yang kemudian menjadi faktor penentu bagi hidup di akhirat.
Adapun ilmu yang tergolong Perennial, dan Acquired Knowledge :
a. Perennial Knowledge:
1. Al-Qur’an :
a. Qiraah, hafalan dan Tafsir
b. Sunnah
c. Sejarah hidup nabi Muhammad, sahabat beliau serta pengikut mereka mencakup masa awal sejarah Islam
d. Tauhid
e. Ushul Fiqh/Fiqh
f. Bahasa Al-Qur’an
2. Mata Pelajaran Tambahan :
a. Metafisika Islam
b. Perbandingan Agama
c. Peradaban Islam
b. Acquired Knowledge
1. Imaginatife : seni Islam, architectur, bahasa, sastra
2. Science intelektual social, filsafat, pendidikan, ekonomi, politik, sejarah, peradaban, geografi, sosiologi, bahasa, antropologi.
3. Ilmu kealaman : matematika, statistika, fisika, kimia, astronomi, ruang angkasa, dan lain-lain
4. Science terapan
5. Ilmu-ilmu praktis perdagangan, ilmu administrasi, dan lain-lain, (second world conference on Muslim Education)
            Dalam menyusun kurikulum Pendidikan Agama Islam, kedua jenis ilmu di atas mesti tercakup dalam semua jenis, jalur dan tingkatan pendidikan.
            Epistemology dari kedua ilmu itu jelas berbeda, kelompok ilmu perennial knowledge procedure keilmuannya dimulai dari wahyu yang diterima oleh Rasul, Rasul menyampaikan wahyu kepada sahabat, selanjutnya para sahabat dan generasi sesudahnya menginterpretasikan wahyu tersebut sesuai dengan kemampuan akal, dari interpretasi itu lahirlah berbagai ilmu, seperti ilmu tauhid, fiqh, tafsir, hadis, ushul fiqh, ilmu hadis ilmu tafsir, tasauf dan lain-lain.
            Adapun ilmu Acquired knowledge bersuimber dari pemikiran deduktif dan induktif, atau gabungan di antara rasio dan empiris. Dimulai dari adanya permasalahan perumusan masalah, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis (apabila hipotesa diterima), maka akan melahirkan khazanah pengetahuan ilmiah.
            Kendatipun kedua ilmu itu berbeda prosedur keilmuannya namun keduanya sama-sama bertujuan untuk megungkapkan kebenaran, kelompok pertama mengungkapkan kebenaran wahyu dan yang kedua kebenaran ilmiah. Masing-masing memiliki kaplingan sendiri dan kontradiksi apabila diletakkan pada proporsi yang sebenarnya.
            Di Indonesia istilah Islamisasi itu kelihatannya belum mendapat perhatian yang serius di kalangan pemikir Islam Indonesia, bahkan tidak semuanya setuju dengan istilah tersebut. Hanya saja pemikir Islam Indonesia sudah merasakan perlu adanya peyatuan dan diantara kedua ilmu tersebut. Sehingga dengan penyatuan itu diharapkan tidak akan timbul dikhotomis.
Di antara sebab-sebab lemahnya pemikiran Islam tersebut antara lain dilukiskan sebagai berikut :
1.      Telah berlebihan filsafat Islam (yang bercorak Sufistik) yang dimasukkan oleh Al-Ghazali dalam alam Islam  di Timur, dan berlebihan pada ibnu Rusdy dalam memasukkan filsafat Islam (yang bercorak rasionalistis) ke dunia Islam di barat. Al-Ghazali dengan filsafat Islamnya menuju ke arah bidang rohaniah hingga menghilang kedalam mega alam tasauf, sedangkan Ibnu Rusdy dengan filsafatnya menuju ke arah yang bertentangan dengan Al-Ghazali, maka Ibnu Rusdy dengan filsafatnya menuju kejurang materialisme.
2.      Umat Islam terutama pada pemerintah (Khalifah Sultan Amir) melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Kalau pada mulanya pejabat pemerintahan sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dengan memberikan penghargaan yang tinggi kepada para ahli ilmu pengetahuan maka pada masa menurun dan melemahnya kehidupan umat Islam ini para ahli ilmu pengetahuan umumnya terlibat dalam urusan-urusan pemeritahan sehingga melupakan perkembangan ilmu pengetahuan.
3.      Terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar sehingga menimbulkan kehancuran yang mengakibatkan berhentinya kegiatan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di Dunia Islam. Sementara itu Obor pikiran Islam berpindah tangan ke tangan kaum Masehi, yang mereka ini telah megikuti jejak ajaran Islam.
Pada  tahun 1975, dunia Islam secara Internasional telah melaksanakan konferensi dunia tentang pendidikan Islam. Dalam konferensi ini salah satu hasil yang dimunculkan adalah diakui adanya dua macam ilmu dalam Islam. Pertama yang tergolong Perrenial knowledge dan kedua acquired knowledge. Perrenial knowledge adalah ilmu yang bersumber dari wahyu
sedangkan acquired knowledge adalah ilmu yang bersumber dari upaya perolehan manusia lewat penelitian ataupun perenungan dan pemikiran manusia. Kedua macam itu dalam konteks pendidikan Islam mestilah diajarkan kepada peserta didik dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Menurut Al-Faruqi di buku karangan Haidir Putra Daulay ilmu pengetahuan saat sekarang ini didominasi barat, yang skuler, karena itu perlu Islamisasi. Upaya lain yang tidak kalah dahsatnya adalah pemikiran Sardar. Beliau menawarkan harus merubah paradigma ilmu yang ada sekarang menjadi paradigma Islam. Menurut beliau apa gunanya isinya Islam tetapi kerangka acuannya barat.
Upaya yang demikian itu patut dihargai sebagai upaya baru dalam rangka Islamisasi ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu pengetahuan tidak berkiblat ke barat dan tidak ke timur. Tapi ilmu pengetahuan yang berlandaskan Al-Qur’an.
Penulis mengungkapkan upaya Islamisasi ilmu yang diugkapkan oleh Al-Faruqi kita pahami betapa idealnya pemikiran tersebut, di samping kita dituntut untuk berpikir serius dan berkaliber raksasa.
Kemajuan suatu bangsa banyak ditentukan oleh dua faktor, pertama sumber daya alam dan kedua sumber daya manusia. Namun sejarah membuktikan bahwa sumber daya manusialah yang menentukan dan yang paling dominan. Negara yang mempunyai sumber daya alam yang kaya tetapi miskin dengan sumber daya manusia, maka kemajuan suatu bangsa tersebut relatif lambat dibanding negara yang memiliki sumber daya manusia walaupun miskin dengan sumber daya alam.
Di sisi lain dapat pula dikemukakan bahwa rela atau tidak rela, pada satu saat sumber daya alam akan menipis dan kemudian akan habis. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pembangunan sumber daya manusia sangat berguna mempercepat kemajuan suatu bangsa.
Islam telah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh tentang manusia. Al-Qur’an banyak sekali membicaranakan tentang manusia, baik mengenai asal usul kejadiannya, maupun tentang fungsinya dan peranannya di bumi.
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com