Fungsi Pendidikan Agama Islam
Setelah
membahas Hakikat Pendidikan Agama Islam, tujuan Pendidikan Agama Islam, dapat
dirangkumkan berbagai poin yang menjadi tujuan Pendidikan Agama Islam itu
sendiri, antara lain :
1. Menciptakan manusia yang berilmu dengan
wawasan Al-Qur’an
2. Memberikan ajaran yang membawa manusia
kepada sebuah kenyamanan di dalam masyarakat atau yang disebut dengan mausia
beretika.
3. Menciptakan manusia yang jujur, ikhlas,
berkpribadian di dalam menjalankan amanah
4.
Menciptakan keseimbangan sikap antara akal dan jiwa
Pembicaraan Al-Qur’an Tentang Pendidikan
Beberapa
ayat yang berbicara mengenai pendidikan :
Qur’an Surat Al-Mujadilah (58) :
Artinya :
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Artinya :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar"
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain
dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama
benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda
itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa
Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang
kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Sebenarnya terjemahan Hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, Karena arti
Hakim ialah: yang mempunyai hikmah. hikmah ialah penciptaan dan penggunaan
sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. di sini diartikan dengan Maha
Bijaksana Karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti Hakim.
Penutup
Pendidikan Agama Islam bersumber
dari ajaran Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW, sangat berguna untuk
keselamatan umat manusia dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an tidak
saja mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi juga membawa kesuksesan bagi
manusia di dunia, Al-Qur’an juga mengajarkan bagaimana manusia itu bisa
menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menjadi bernilai di dunia
dan di akhirat.
Yang menjadi landasan bagi Quraish
Shihab adalah pentingnya pendidikan agama dipadukan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga kinerja antara keduanya terbangun menuju manusia yang
berilmu pengetahuan dan teknologi, manusia yang beriman dan bertaqwa (IPTEK dan
IMTAQ).
Hal ini juga sejalan dengan
pembahasan sebelumnya di mana sebagian ulama menjadikan Pendidikan Agama Islam
itu kepada dua tujuan yaitu :
1.
Tujun Keduniaan
2.
Tujuan Keagamaan (Akhirat)
Tujuan keduniaan menciptakan
kesejahteraan di dunia dan kemanfaatannya. Sedangkan tujuan keagamaan lebih
berorientasi mencapai kebahagiaan di akhirat.
Karena dunia dan akhirat
adalah merupakan dua dimensi yang tidak bisa dipisahkan, di mana akhirat tidak
akan tercapai jika tidak melewati dunia begitu juga sebaliknya kehidupan dunia
akan berujung kepada kehidupan akhirat.
Quraish Shihab mengugkapkan
bahwa konsep pendidikan Al-Qur’an tidak sama dengan konsep pendidikan di Barat
yang pragmatis dan di timur yang sosialis. Akan tetapi konsep Al-Qur’an lebih
kepada objek/sasaran manusianya sendiri.
Imam Ghazali berpendapat bahwa
Al-Qur’an adalah bagaikan samudera dan dari Al-Qur’an timbullah ilmu-ilmu awal
dan akhir.
Quraish Shihab mengutarakan
pendidikan Agama terlebih Islam mempunyai kedudukan dan peranan penting di
dalam pembangunan nasional.
Sebab pembangunan nasional
kita adalah pembangunana manusia. Lebih lanjut dia menjelaskan keberhasilan
pembangunan di segala bidang ini sangat ditentukan oleh faktor manusianya yaitu
manusia yang bertaqwa, berkepribadian, jujur, ikhlas, berdedikasi tinggi serta
mempunyai kesadaran , bertanggung jawab terhadap masa depan.
Di dalam buku lain Quraish
Shihab mengistilahkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan
Imaterial (akal dan jiwa). Yaitu pembinaan akalnya menghasilkan ilmu dan
pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika.
Perumusan konsep pendidikan
Islam terutama Pendidikan Agama Islam yang digunakan pada berbagai lembaga
pendidikan terutama di Indonesia belum banyak dilakukan.
Mereka pada umumnya
menciptakan atau meniru konsep pendidikan yang pernah diterapkan ditempat lain
yang dinilainya bagus upaya merumuskan
konsep pendidikan yang bertolak dari Al-Qur’an dan Sunnah termasuk yang
terlambat dilkukan khususnya di Indonesia.
Ada tiga prisip yang
melibatkan pembaharuan secara mendalam menurut istilah teknis filosofis sebagai
berikut :
1. Ontologi : Yang
membahas asal-usul kejadian alam nyata dan dibalik alam tidak yata
2. Epistemologi : Yang membahas tentang kemungkinan
manusia mengetahuai gejala alam
3. Axiologi : Yang membahas tentang sistem nilai-nilai dan
teori nilai atau yang disebut dengan
etika
Pola dasar pedidikan Agama Islam :
1. Islam memandang bahwa segala
penomena alam ini adalah hasil ciptaan
2. Islam memandang manusia sebagai
makhluk yang paling mulia karena memiliki harkat dan martabat yang terbentuk
dari kemampuan kejiwaannya, akal budinya menjadi tenaga penggerak yang
membedakan dari makhluk lainnya.
3. Prinsip selanjutnya adalah pandangan
bahwa manusia bukan saja makhluk pribadi, melainkan juga makhluk sosial, yang
harus hidup sebagai anggota masyarakat sesamanya.
Dalam menetapkan tujuan pendidikan, Islam mempertimbangkan posisi manusia
sebaga ciptaan Tuhan yang terbaik dan sebagai khalifah, begitu pula tentang
Islam yang rahmatallilalamin/universal. Mengandung ajaran yang konkrit, dapat
disesuaikan dengan situasi setempat dan kebutuhan jaman.
Sebagai agama pilihan Allah untuk panutan kita yang abadi tidak diragukan
lagi. Maka dunia cita, yakni terbentuknya kepribadian muslim atau terwujudnya
masyarakat yang besar, yang menjadi tugas akhir Pendidikan Agama Islam secara
normatis, filosofis, ditetapkan atas dasar satu keyakinan tentang nilai-nilai
Islami yang oleh umat Islam dipegangi sebagai kebenaran yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Hadis.
1.
Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia
2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan
kehidupan akhirat
3.
Membutuhkan ruh ilmiah (Scientific Sprit)
4.
Menyiapkan pelajar dari segi profesioanl dan teknis
5. Persiapan untuk mencari riski dan
pemeliharaan dari segi-segi kemanfaatan.
Islam sebagai ajaran mengandung sistem nilai di mana proses pendidikan
Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten untuk mencapai tujuan.
Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan pilosofis dari pemikir-pemikir pedagosis
muslim, maka sistem nilai itu kemudian dijadikan dasar pembangunan (struktur)
Pendidikan Agama Islam yang memiliki daya fleksibilitas normatif menurut
kebutuhan dan kemajuan masyarakat dari waktu ke waktu.
Pendidikan Agama Islam adalah usaha
orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing
pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui
ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhannya dan perkembangannya.
Esensi dari potensi dinamis dalam
setiap diri manusia itu terletak pada keimanan atau keyakinan, ilmu
pengetahuan, akhlak (moralitas) dan pengalamannya. Keempat potensi esensial ini
menjadi tujuan fungsional Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Agama Islam secara
teoritis dibagikan menjadi dua :
1. Tujuan Keagamaan (Al-Ghardud Diny)
2.
Tujuan Keduniaan (Ghardud Duniyawi)
Tujuan pendidikan menurut tuntutan hidup ilmu dan teknologi modern
seperti masa kini dan akan datang meletakkan nilai-nilainya pada kemampuan
menciptakan kemajuan hidup manusia berdasarkan ilmu dan teknologi, tanpa
memperhatikan nilai-nilai rohaniah dan keagamaan yang berada di balik kemajuan
ilmu dan teknologi.
Tujuan Pendidikan Agama Islam jika diarahkan kepada upaya menjadikan umat
manusia dengan ilmu dan teknologi modern, tidaklah sama dengan tujuan
pendidikan yang pragmatis dan teknologis, melainkan telah mengutamakan pada
upaya meningkatkan kemampuan berilmu pengetahuan dan berteknologi dengan iman
manusia akan bertaqwa kepada Allah sebagai pengendalinya.
Nilai-nilai iman dan taqwa tidak lepas dari manusia yang beriptek,
sehingga menjadi manusia muslim sebagai hasil proses Pendidikan Agama Islam itu
terwujud sosok manusia. Sedangkan keberhasilan pelaksanaannya didasarkan atas
petunjuk Allah dan melalui ikhtiar yang sungguh-sungguh. Tujuan tersebut harus
mengandung ciri khas Islam. Merealisasikan keseimbangan hidup di dunia dan
hidup diakhirat. Kedua ilmu duniawi dan ukhrawi menjadi sasarannya.
Menurut pandangan Islam pada hakikatnya kehidupan duniawi mengandung
nilai ukhrawi karena dengan megamalkan ilmu dan teknologi manusia mampu berbuat
lebih banyak amal-amal kebajikan di dunia dibanding dengan orang-orang yang
tidak berilmu pengetahuan dan teknologi. Amal baik itulah yang kemudian menjadi
faktor penentu bagi hidup di akhirat.
Adapun ilmu yang
tergolong Perennial, dan Acquired Knowledge :
a. Perennial Knowledge:
1. Al-Qur’an :
a. Qiraah,
hafalan dan Tafsir
b. Sunnah
c. Sejarah hidup nabi Muhammad, sahabat beliau serta pengikut mereka
mencakup masa awal sejarah Islam
d. Tauhid
e. Ushul
Fiqh/Fiqh
f. Bahasa
Al-Qur’an
2. Mata Pelajaran Tambahan :
a. Metafisika Islam
b. Perbandingan Agama
c. Peradaban Islam
b. Acquired Knowledge
1. Imaginatife : seni Islam,
architectur, bahasa, sastra
2. Science
intelektual social, filsafat, pendidikan, ekonomi, politik, sejarah, peradaban,
geografi, sosiologi, bahasa, antropologi.
3. Ilmu
kealaman : matematika, statistika, fisika, kimia, astronomi, ruang angkasa, dan
lain-lain
4. Science terapan
5. Ilmu-ilmu praktis perdagangan, ilmu administrasi,
dan lain-lain, (second world conference on Muslim Education)
Dalam menyusun kurikulum Pendidikan
Agama Islam, kedua jenis ilmu di atas mesti tercakup dalam semua jenis, jalur
dan tingkatan pendidikan.
Epistemology
dari kedua ilmu itu jelas berbeda, kelompok ilmu perennial knowledge procedure keilmuannya dimulai dari wahyu yang
diterima oleh Rasul, Rasul menyampaikan wahyu kepada sahabat, selanjutnya para
sahabat dan generasi sesudahnya menginterpretasikan wahyu tersebut sesuai
dengan kemampuan akal, dari interpretasi itu lahirlah berbagai ilmu, seperti
ilmu tauhid, fiqh, tafsir, hadis, ushul fiqh, ilmu hadis ilmu tafsir, tasauf
dan lain-lain.
Adapun ilmu Acquired knowledge bersuimber dari pemikiran deduktif dan induktif,
atau gabungan di antara rasio dan empiris. Dimulai dari adanya permasalahan
perumusan masalah, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis (apabila hipotesa
diterima), maka akan melahirkan khazanah pengetahuan ilmiah.
Kendatipun kedua ilmu itu berbeda
prosedur keilmuannya namun keduanya sama-sama bertujuan untuk megungkapkan
kebenaran, kelompok pertama mengungkapkan kebenaran wahyu dan yang kedua
kebenaran ilmiah. Masing-masing memiliki kaplingan sendiri dan kontradiksi
apabila diletakkan pada proporsi yang sebenarnya.
Di Indonesia istilah Islamisasi itu
kelihatannya belum mendapat perhatian yang serius di kalangan pemikir Islam Indonesia ,
bahkan tidak semuanya setuju dengan istilah tersebut. Hanya saja pemikir Islam Indonesia
sudah merasakan perlu adanya peyatuan dan diantara kedua ilmu tersebut.
Sehingga dengan penyatuan itu diharapkan tidak akan timbul dikhotomis.
Di antara sebab-sebab lemahnya pemikiran Islam tersebut antara lain
dilukiskan sebagai berikut :
1.
Telah berlebihan filsafat Islam (yang bercorak
Sufistik) yang dimasukkan oleh Al-Ghazali dalam alam Islam di Timur, dan berlebihan pada ibnu Rusdy
dalam memasukkan filsafat Islam (yang bercorak rasionalistis) ke dunia Islam di
barat. Al-Ghazali dengan filsafat Islamnya menuju ke arah bidang rohaniah
hingga menghilang kedalam mega alam tasauf, sedangkan Ibnu Rusdy dengan
filsafatnya menuju ke arah yang bertentangan dengan Al-Ghazali, maka Ibnu Rusdy
dengan filsafatnya menuju kejurang materialisme.
2.
Umat Islam terutama pada pemerintah (Khalifah Sultan
Amir) melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dan tidak memberi kesempatan
untuk berkembang. Kalau pada mulanya pejabat pemerintahan sangat memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan dengan memberikan penghargaan yang tinggi kepada
para ahli ilmu pengetahuan maka pada masa menurun dan melemahnya kehidupan umat
Islam ini para ahli ilmu pengetahuan umumnya terlibat dalam urusan-urusan
pemeritahan sehingga melupakan perkembangan ilmu pengetahuan.
3.
Terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi
dengan serangan dari luar sehingga menimbulkan kehancuran yang mengakibatkan
berhentinya kegiatan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di Dunia
Islam. Sementara itu Obor pikiran Islam berpindah tangan ke tangan kaum Masehi,
yang mereka ini telah megikuti jejak ajaran Islam.
Pada tahun 1975, dunia Islam
secara Internasional telah melaksanakan konferensi dunia tentang pendidikan
Islam. Dalam konferensi ini salah satu hasil yang dimunculkan adalah diakui
adanya dua macam ilmu dalam Islam. Pertama yang tergolong Perrenial knowledge dan kedua acquired
knowledge. Perrenial knowledge adalah ilmu yang bersumber dari wahyu
sedangkan acquired knowledge
adalah ilmu yang bersumber dari upaya perolehan manusia lewat penelitian
ataupun perenungan dan pemikiran manusia. Kedua macam itu dalam konteks
pendidikan Islam mestilah diajarkan kepada peserta didik dari tingkat dasar
sampai perguruan tinggi.
Menurut Al-Faruqi di buku karangan Haidir Putra Daulay ilmu pengetahuan
saat sekarang ini didominasi barat, yang skuler, karena itu perlu Islamisasi.
Upaya lain yang tidak kalah dahsatnya adalah pemikiran Sardar. Beliau
menawarkan harus merubah paradigma ilmu yang ada sekarang menjadi paradigma
Islam. Menurut beliau apa gunanya isinya Islam tetapi kerangka acuannya barat.
Upaya yang demikian itu patut dihargai sebagai upaya baru dalam rangka
Islamisasi ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu pengetahuan tidak berkiblat ke
barat dan tidak ke timur. Tapi ilmu pengetahuan yang berlandaskan Al-Qur’an.
Penulis mengungkapkan upaya Islamisasi ilmu yang diugkapkan oleh
Al-Faruqi kita pahami betapa idealnya pemikiran tersebut, di samping kita
dituntut untuk berpikir serius dan berkaliber raksasa.
Kemajuan suatu bangsa banyak ditentukan oleh dua faktor, pertama sumber
daya alam dan kedua sumber daya manusia. Namun sejarah membuktikan bahwa sumber
daya manusialah yang menentukan dan yang paling dominan. Negara yang mempunyai
sumber daya alam yang kaya tetapi miskin dengan sumber daya manusia, maka
kemajuan suatu bangsa tersebut relatif lambat dibanding negara yang memiliki
sumber daya manusia walaupun miskin dengan sumber daya alam.
Di sisi lain dapat pula dikemukakan bahwa rela atau tidak rela, pada satu
saat sumber daya alam akan menipis dan kemudian akan habis. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa pembangunan sumber daya manusia sangat berguna mempercepat
kemajuan suatu bangsa.
Islam telah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh tentang manusia.
Al-Qur’an banyak sekali membicaranakan tentang manusia, baik mengenai asal usul
kejadiannya, maupun tentang fungsinya dan peranannya di bumi.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.