Prinsip-Prinsip Pengendalian Intern
Untuk
memperoleh pengendalian intern yang baik, maka dalam merancang pengendalian
intern tersebut harus memenuhi prinsip-prinsip pengendalian intern yaitu :
1.
Pegawai
yang mampu dan dapat dipercaya
2.
Pemisahan
wewenang
3.
Pengawasan
4.
Penetapan
tanggung jawab secara perorangan
5.
Pemeriksaan yang
otomatis berdasarkan prosedur-prosedur yang rutin
6.
Pencatatan yang
seksama dan segera
7.
Penjagaan fisik
8.
Pemeriksaan oleh
petugas
1. Sistem
Akuntansi Kas
a. Pengertian
Kas
Dalam kehidupan sehari-hari, sangat penting baik di
dalam rumah tangga konsumsi maupun rumah tangga produksi (perusahaan) hampir
setiap kegiatan dalam perusahaan berkaitan dengan kas. Tanpa ada suatu
perusahaan tidak akan berkembang.
Mengingat pentingnya peranan kas dalam kegiatan
transaksi perusahaan maka akuntan menyebutkan berbagai pengertian kas :
Menurut Soemarso (2002 : 296) menyatakan bahwa kas
adalah : “Segala sesuatu yang baik yang berbentuk uang atau bukan yang dapat
tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai
nominalnya”.
Selanjutnya menurut Munawir (2002 : 103) “Kas merupakan aktiva yang
sangat likuid, tanpa pemilikan, merupakan dasar pengukuran dan pencatatan,
mudah dipergunakan sebagai alat pembayaran, dan tidak ada pembatasan dalam
penggunaannya sehingga mudah terjadi kesalahan maupun penyelewengan”.
Dari defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kas adalah aktiva lancar yang merupakan alat pertukaran yang sah dapat diterima
semua pihak untuk pencapaian tujuan perusahaan yang dapat digunakan setiap saat
dan disenangi setiap pihak atau bisa juga dikatakan alat pertukaran yang
diterima umum baik itu setoran bank, jadi yang termasuk uang kas adalah : uang
tunai, uang simpanan di bank, tabungan yang setiap waktu dapat diambil, money
order atau giro.
Di dalam perusahaan pengadaan
kas itu berguna untuk :
a.
Menghilangkan
keterlambatan membayar kewajiban yang segera jatuh tempoh
b.
Menjamin
kelancaran operasi perusahaan
c.
Memberikan
pelayanan kepada pelanggan
Mengingat sifat-sifatnya mengelola kas dalam
perusahaan memerlukan perhatian yang cukup serius. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada waktu mengelola kas adalah :
a.
Perencanaan arus
kas (Cash flow planning)
b.
Pengendalian
penerimaan kas
c.
Pengendalian
pengeluaran kas
d.
Melakukan
rekonsiliasi kas
e.
Penerapan
sistem dana tetap untuk kas kecil
Pengertian kas
menurut Wibowo dan Arif (2002 : 134) “Kas (Cash) merupakan harta yang paling
likuid atau lancar setiap saat digunakan untuk operasional perusahaan tanpa
pembatasan-pembatasan”.
Dari
pengertian di atas, kas bukan hanya uang yang berada dalam perusahaan, tetapi
juga yang diterima oleh bank dengan nilai yang tercantum padanya. Adanya jasa
bank dipengaruhi oleh sifat kas, jasa bank lebih efektif dan terjamin sebagai
penyimpanan dan peraturan yang resmi di dalam pengalihan fisik uang kepada
pihak lain.
Uang kas
juga merupakan suatu tujuan akhir dari rangkaian operasi perusahaan, yang
membeli suatu komoditi yang akhirnya dijual dan menimbulkan suatu transaksi
baik secara tunai maupun kredit yang akhirnya menjadi uang kas.
Disamping
itu dengan tersedianya uang kas dalam perusahaan, maka dapat dipenuhi kebutuhan
untuk transaksi, kebutuhan tidak terduga dan kebutuhan untuk menggunakan
kesempatan yang ada dalam menarik keuntungan.
Pengertian
kas menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam standar Akuntansi Keuangan
pernyataan SAK No.2 tentang Laporan Arus Kas (2004 : Par.2.2) :
“Kas terdiri
dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro setara kas (cash equivalent)
adalah investasi yang sifat sangat likuid berjangka pendek dan dengan cepat
dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan
nilai signifikan”.
Menurut Kieso Donald E.
terjemahan Emil Salim (2002 : 380) : “kas terdiri dari uang logam, uang kertas,
dan dana yang tersedia pada deposito dibank yang pengambilannya tidak dibatasi
oleh bank atau perjanjian yang lain”.
b.
Sistem Penerimaan Kas
Dalam suatu perusahaan yang salah satu kegiatannya
adalah sumber penerimaan kas, maka paling sering digunakan berasal dari
penjualan tunai dan hasil tagihan kredit dari langganan.
Penerimaan kas dari penjualan tunai dimulai dari
pembelian memesan barang sampai bagian kasir (Kasa) menerima. Adapun dokumen
yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai menurut Mulyadi
(2001 : 463) adalah sebagai berikut :
a.
Faktur Penjualan
Tunai : Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan
oleh manajemen mengenai penjualan tunai, formulir faktur penjualan tunai dapat
digunakan untuk merekam data mengenai nama pembeli, alamat pembeli, tanggal
transaksi kode dan nama barang, kuantitas, harga satuan, jumlah harga, nama
dank ode wiraniaga, dan otorisasi terjadinya berbagai tahap transaksi. Faktur
penjualan tunai diisi oleh penjualan yang berfungsi sebagai perantara
pembayaran oleh pembeli kepada fungsi kas sebagai dokumen sumber untuk
pencatatan transaksi penjualan ke dalam jurnal penjualan.
b.
Pita
Register Kas (Cash Register Tape) : Dokumen ini dihasilkan oleh fungsi kas
dengan cara mengoperasikan mesin register (Cash
Register). Pita register kas ini merupakan bukti penerimaan kas yang
dikeluarkan oleh fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualan
tunai yang dicatat dalam jurnal penjualan.
c.
Cash
Card Sales Slip : Dokumen ini dicatat oleh credit
card center yang menerbitkan kartu kredit dan diserahkan kepada perusahaan
(disebut merchant) yang menjadi anggota kartu kredit. Bagi perusahaan yang
menjual barang atau jasa, dokumen ini diisi oleh fungsi kas dan berfungsi
sebagai alat untuk menagih uang tunai dari bank yang mengeluarkan kartu kredit
untuk transaksi penjualan yang telah dilakukan kepada pemegang kartu kredit.
d.
Bill
Of Lading : Dokumen ini merupakan bukti pengeluaran barang dari perusahaan
penjualan barang kepada perusahaan angkutan umum. Dokumen ini digunakan oleh
fungsi pengiriman dan penjualan COD yang penyerahan barang dilakukan oleh
perusahaan angkutan umum.
e.
Faktur
penjualan COD : Dokumen ini digunakan untuk merekam penjualan COD. Tembusan
faktur penjualan COD diserahkan kepada pelanggan melalui bagian akuntan
perusahaan, kantor pos, atau perusahaan angkutan umum dan dimintakan tanda
tangan penerimaan dari pelanggan sebagai bukti telah diterimanya barang oleh
pelanggan. Tembusan faktur penjualan COD digunakan oleh perusahaan untuk
menagih kas pelanggan. Tembusan faktur penjualan COD digunakan oleh perusahaan
untuk menagih kas yang harus dibayar oleh pelanggan pada saat penyerahan barang
yang dipesan oleh pelanggan. Tembusan faktur penjualan COD digunakan oleh
perusahaan untuk menagih kas yang harus dibayar oleh pelanggan pada saat
penyerahan barang yang dipesan oleh pelanggan.
f.
Bukti
Setor Bank : Dokumen ini dibuat oleh fungsi sebagai bukti pengeluaran kas ke
bank. Bukti setor tiga lembar dan diserahkan fungsi ke kas ke bank, bersamaan
dengan penyetoran kas ke bank. Bukti setor bank diserahkan oleh fungsi kas
kepada fungsi akuntansi dan dipakai oleh akuntansi sebagai dokumen sumber untuk
pencatatan transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai ke dalam jurnal
penerimaan kas.
g.
Rekap
Harga Pokok Penjualan : Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntasi untuk
meringkas harga pokok produk yang dijual selama satu periode (misalnya satu bulan.
Data yang direkam dalam dokumen ini berasal dari kolom “jumlah harga dalam
kolom pemakaian”. Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen
pendukung bagi pembuatan memorial untuk mencatat harga pokok produk yang
dijual.
Dengan
demikian, penyetoran penerimaan kas biasanya dikeluarkan sekali pada akhir
hari. Karena karakteristik tersebut, beberapa perusahaan melihat adanya secara
real time. Untuk memperjelas sistem penerimaan kas dapat kita lihat
bagian alir sistem penerimaan kas seperti yang terlihat di bawah ini :
BKM : Buku Kas Masuk
DPUH : Daftar Penerimaan Uang Harian
Gambar Sistem Penerimaan Kas
Dalam
sistem penerimaan kas diperlukan suatu pencatatan yang dapat mempermudah
pekerjaan. Pencatatan tersebut dilakukan untuk menghindari kelalaian. Untuk itu
catatan akuntasi yang digunakan dalam siste akuntansi penerimaan kas dari
penjualan tunai adalah :
1.
Jurnal Penjualan
Jurnal penjualan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat dan meringkas data penjualan. Jika perusahaan menjual berbagai macam
produk dan manajeen memerlukan informasi penjualan setiap jenis produk yang
dijualnya selama jangka waktu tertentu, dalam jurnal penjualan disediakan satu
kolom untuk setiap jenis produk guna meringkas informasi penjualan menurut
jenis produk tersebut.
2.
Jurnal
Penerimaan Kas
Jurnal penerimaan kas digunakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat penerimaan kas dari berbagai sumber, diantaranya dari penjualan tunai.
3.
Jurnal Umum
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai,
jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok produk
yang dijual.
4.
Kartu Persediaan
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai,
kartu persediaan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berkurangnya
harga pokok produk yang dijual. Kartu persediaan ini diselenggarakan dari
fungsi akuntansi untuk mengawasi mutasi dan persediaan barang yang disimpan di
gudang.
5.
Kartu gudang
Catatan ini tidak termasuk sebagai catatan akuntansi
karena hanya berisi data kuantitas yang disimpan di gudang. Catatan ini
diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dan persediaan barang
yang disimpan dalam gudang. Dalam transaksi penjualan tunai, kartu gudang
digunakan untuk berkurangnya kuantitas produk yang dijual.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.