Uraian Obat Yang Digunakan
Vaksin DPT
Vaksin merupakan sediaan yang
mengandung antigen dapat berupa kuman mati, kuman inaktif atau kuman hidup yang dilumpuhkan virulensinya tanpa
merusak potensi antigennya yang dimaksudkan untuk digunakan menimbulkan
kekebalan aktif dan khuisus terdapat infeksi kuman atau toksinnya.
Vaksin dibuat dari bakteri,
riketsia, virus atau toksin dengan cara yang berbeda-beda sesuai jenisnya,
tetapi identitasnya tetap dan bebas cemaran jazad asing.Semua vaksin steril
harus memenuhi Uji Sterilitas sesuai Uji Keamanan Hayati. Kecuali dinyatakan
lain Vaksin Cair pada suhu 20 hingga 100 dan dihindari dari pembekuan, sedang Vaksin Kering
disimpan pada suhu tidak lebih dari 200, terlindung dari cahaya.
Pada etiket
harus tertera :
1.
Banyaknya jumlah ml dalam wadah untuk vaksin cair.
2.
Dosis.
3.
Daluwarsa.
Vaksin campur adalah campuran dua vaksin tunggal atau lebih, merupakan
cairan jenuh atau suspensi dengan berbagai tingkat opelesannya, umumnya putih
dalam cairan tidak berwarna atau agak berwarna.
Salah satu sediaan vaksin yang terdapat dalam Farmakope Indonesia ed.III adalah :
Vaccinum Diphtheriae Pertusis et Tetani adsorbatum (Vaksin DPT jerap)
adalah campuran toksoida formol difteri, toksoid formol tetanus dan suspensi
kuman mati Bordetella pertusis terjerap pada zat jerap umumnya aluminium
hidroksida atau aluminium fosfat, dengan kemurnian tidak kurang dari 1000 Lf
per mg nitrogen protein. Khasiat dan penggunaan sebagai imunisasi aktif (Depkes
RI, 1979).
Parasetamol
Sinonim : Acetaminophen, N-acetyl-p-aminophenol,
tabalgin, tempra.
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul : 151,16
Titik leleh : 169-170,5ÂșC
|
|
Gambar 2.14 Struktur Kimia Parasetamol
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak
berbau dan pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, 7 bagian etanol,
13 bagian aseton,
9 bagian propilenglikol
dan 40 bagian gliserol.
Parasetamol
(asetaminofen) adalah metabolit
aktif phenasetin yang bertanggung jawab atas efek analgetik. Obat ini
bekerja menghambat prostaglandin lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki
efek anti inflamasi yang signifikan. Parasetamol bekerja menghambat enzim
siklooksigenase-1 pada biosintesa prostaglandin. Parasetamol yang diberikan per
oral, absorbsinya tergantung pada kecepatan pengosongan lambung, dan kadar
puncak dalam darah biasanya dicapai dalam waktu 30-60 menit. Parasetamol
sedikit terikat dengan protein plasma dan sebagian di metabolisme oleh enzim
mikrosom hati dan diubah menjadi asetaminofen sulfat dan glukoronida, yang
secara farmakologi tidak aktif. Waktu-paruh parasetamol adalah 2-3 jam dan
relatif tidak terpengaruh oleh fungsi ginjal. Dengan kuantitas toksik atau
penyakit hati, waktu-paruhnya dapat meningkat dua kali lipat atau lebih
(Katzung, 1998).
Parasetamol
saat ini sangat banyak digunakan di Indonesia sebagai analgetika-antipiretika
baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Dosis parasetamol dalam sediaan
tunggal 500-1000 mg, 3-4 kali sehari. Pemakaian
utama sebagai antipiretik atau penurun panas. Efek antipiretik
ditimbulkan oleh gugus amino benzena dan mekanismenya juga secara sentral pada
hipotalamus dengan menghambat sintesis prostaglandin (Ganiswara, 1995).
Pada
dosis terapi, parasetamol kadang-kadang meningkatkan enzim hati tanpa ikterus,
keadaan ini reversibel bila obat dihentikan. Pada dosis lebih besar dapat
mengakibatkan pusing, mudah tersinggung dan disorientasi. Pemakaian 15 g
parasetamol bisa berakibat fatal, kematian disebabkan hepatotoksisitas yang
berat dengan nekrosis lobulus sentral, kadang-kadang berhubungan dengan
nekrosis tubulus ginjal akut (Katzung, 1998)
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.