a. Pengangguran
Masalah pengangguran dapat menyebabkan tingkat pendapatan
nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensinya yang
maksimal, adalah masalah pokok makroekonomi yang paling utama. Ahli ekonomi Keynes
terdorong untuk mengembangkan teorinya mengenai masalah penggunaan tenaga kerja
dalam perekonomian, dan teori ini akhirnya menjadi landasan dari analisa
makroekonomi, karena menyadari bahwa masalah pengangguran adalah masalah yang
sering dihadapi oleh perekonomian yang diatur oleh mekanisme pasar. Menurut Keynes masalah pengangguran selalu
terjadi dalam perekonomian karena permintaan efektif yang terjadi dalam
masyarakat (pengeluaran agregat) adalah lebih rendah dari kemampuan
faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian untuk memperoduksikan barang-barang
dan jasa-jasa.
Untuk mengetahui tingkat pengangguran yang terjadi pada
suatu kurun waktu tertentu perlulah terlebih dahulu diketahui jumlah tenaga
kerja atau angkatan kerja yang ada dalam perekonomian. Jumlah tenaga kerja
tidak boleh disamakan dengan jumlah penduduk. Sebagian daripada penduduk tidak
dapat digolongkan sebagai tenaga kerja karena mereka masih terlalu muda atau
sudah terlalu tua untuk dapat bekerja dengan efektif. Golongan penduduk ini
tidak termasuk ke dalam angkatan kerja.
Di banyak negara penduduk yang digolongkan sebagai
angkatan kerja adalah penduduk yang berumur di antara 15-59 tahun dan di
beberapa negara meliputi penduduk yang
berumur di antara 15-64 tahun. Tetapi tidak semua penduduk yang berada dalam
lingkungan umur di atas dapat dipandang sebagai tenaga kerja. Apabila mereka
tidak bekerja dan tidak mencoba untuk mencari pekerjaan maka, walaupun umur
mereka adalah dalam lingkungan umur di atas, mereka tidak termasuk dalam
golongan angkatan kerja. Golongan masyarakat seperti itu antara lain adalah
pelajar sekolah menengah dan sekolah-sekolah lain sebelum tingkat universitas,
mahasiswa dan ibu rumah tangga.
Dengan demikian, jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja
pada suatu waktu tertentu adalah banyaknya jumlah penduduk yang berada dalam
lingkungan umur di atas yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan.
Perbandingan di antara jumlah angkatan kerja yang menganggur dan angkatan kerja
keseluruhannya dinamakan tingkat pengangguran.
Walaupun keadaan di mana tingkat kegiatan ekonomi yang
tercapai adalah lebih rendah dari tingkat kegiatan ekonomi yang paling tinggi
yang mungkin dicapai adalah masalah yang paling sering dihadapi oleh setiap
perekonomian, bukanlah berarti bahwa keadaan itu adalah keadaan yang akan tetap
terjadi dalam perekonomian. Ada kalanya kegiatan ekonomi mencapai tingkat yang
sangat tinggi sekali sehingga tenaga kerja yang tersedia dalam perekonomian
dapat digunakan seluruhnya. Apabila keadaan seperti itu tercapai maka
dikatakanlah bahwa perekonomian telah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh.
Di dalam perekonomian yang telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga penuh pendapat nasional tidak dapat ditambah lagi, walaupun
masih terdapat pengangguran dalam faktor-faktor produksi lainnya. Penggunaan sepenuhnya
tenaga kerja tidak selalu akan bersamaan dengan penggunaan sepenuhnya
barang-barang modal. Pada umumnya pada tingkat penggunaan tenaga penuh masih
akan terdapat barang-barang modal yang masih menganggur. Akan tetapi
barang-barang modal yang menganggur ini tidak akan dapat digunakan untuk
menaikkan tingkat produksi karena tidak terdapat tenaga kerja yang akan
menggunakan barang-barang modal yang menganggur tersebut. Maka pada tingkat
penggunaan tenaga penuh tingkat kegiatan ekonomi dan besarnya pendapatan
nasional mencapai tingkat yang maksimal. Perekonomian itu sudah tidak mempunyai
kesanggupan lagi untuk menambah produksi barang-barang dan jasa-jasa.
b. Bentuk-bentuk pengangguran
Perekonomian selalu dipandang sebagai pencapaian tingkat
penggunaan tenaga penuh apabila tenaga kerja yang tersedia seluruhnya
digunakan. Di dalam praktek yang dimaksudkan dengan tingkat penggunaan tenaga
penuh mengandung arti yang sedikit berbeda. Di dalam menentukan apakah
perkonomian telah mencapai tingkat penggunaan tenaga penuh atau belum, yang
menjadi ukuran bukanlah penggunaan tenaga kerja sebesar 100 persen, tetapi
penggunaan tenaga kerja yang sedikit lebih rendah daripada itu. Di kebanyakan
negara tingkat penggunaan tenaga penuh sudah dianggap tercapai apabila tingkat
pengangguran sudah sangat rendah. Misalnya di Amerika Serikat tingkat
penggunaan tenaga penuh sudah dianggap tercapai apabila tingkat pengangguran
tidak melebihi 4 %. Berarti tingkat pengangguran tenaga penuh sudah dianggap
tercapai apabila 96 % daripada angkatan kerja mempunyai pekerjaan.
Tingkat penggunaan tenaga penuh sudah dianggap tercapai
dalam keadaan yang baru dinyatakan ini karena orang telah menyadari bahwa
adalah tidak mungkin bagi suatu perekonomian untuk mencapai keadaan di mana
seluruh angkatan kerja dalam perekonomian itu dalam keadaan bekerja.
Pengangguran sebesar 2% atau 3 % dipandang sebagai keadaan yang tidak dapat
dielakkan oleh setiap perekonomian. Pada setiap masa sebagian kecil dari
angkatan kerja adalah dalam keadaan menganggur atas kemauan sendiri. Mereka
berhenti dari tempat pekerjaan yang lama dan mencari pekerjaan yang lain.
Maksud dari tenaga kerja tersebut meninggalkan pekerjaan mereka yang lama
adalah untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, memperoleh pendapatan yang
lebih tinggi dan memperoleh jaminan sosial atau fasilitas lainnya yang lebih
baik. Pengangguran yang ditimbulkan dari keinginan untuk memperoleh kerja yang
lebih baik ini dinamakan pengangguran friksionel atau pengangguran normal.
Di dalam perekonomian mungkin terjadi kedaan di mana satu
pihak terdapat kekurangan tenaga kerja dalam kegiatan-kegiatan ekonomi
tertentu, tetapi di lain pihak terdapat tenaga kerja yang menganggur dan
mengalami kesulitan untuk memperoleh pekerjaan. Keadaan seperti itu terjadi
karena ketrampilan tenaga kerja yang diperlukan oleh pekerjaan tersebut tidak
sesuai dengan ketrampilan tenaga kerja yang masih menganggur. Biasanya yang
masih menganggur adalah tenaga kerja yang tidak memiliki pendidikan, kemahiran,
pengalaman dan kesanggupan yang cukup tinggi. Maka kemampuan mereka untuk
memperoleh pekerjaan lebih terbatas. Tenaga kerja ini mungkin terdiri dari
tenaga kerja yang baru saja meninggalkan sekolah dan memasuki angkatan kerja.
Tetapi sering sekali pula penganggur ini terdiri dari tenaga-tenaga kerja yang
diberhentikan dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang mengalami kemunduran sebagai
akibat dari permintaan yang semakin menurun terhadap barang-barang yang
diproduksikan oleh mereka. Kemajuan teknologi di kegiatan-kegiatan ekonomi
lain, perubahan dalam cita rasa masyarakat dan masuknya pesaing baru yang lebih
efisien di pasar adalah beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kemunduran
dalam sesuatu kegiatan ekonomi. Apabila hal ini terjadi terpaksalah para
pekerjanya diberhentikan. Pengangguran yang demikian dinamakan pengangguran
struktural.
Pengangguran dapat pula ditimbulkan oleh adanya
penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin atau bahan-bahan kimia.
Pengangguran yang ditimbulkan oleh berlakunya penggantian tenaga kerja manusia
dengan mesin-mesin yang lebih modern dinamakan pengangguran teknologi.
Pengangguran friksional dan pengangguran struktural
dipandang oleh ahli-ahli ekonomi sebagai pengangguran yang tidak dapat
dielakkan. Apabila dalam perkonomian pengangguran yang terjadi adalah terdiri
daripada kedua-dua jenis pengangguran ini, maka perekonomian itu dipandang
sebagai telah mencapai tingkat penggunaan tenaga penuh. Pengangguran seperti
itu hanyalah meliputi di sekitar 2% atau 3 % dari seluruh jumlah tenaga kerja.
Sering sekali tingkat pengangguran adalah lebih tinggi daripada itu, dan
pengangguran tersebut terutama disebabkan oleh kekurangan permintaan agregat.
Masalah pengangguran yang sangat buruk dapat bermula dari
berlakunya pertambahan yang terus menerus dalam stok barang para produsen.
Keadaan ini berarti bahwa tingkat produksi para produsen adalah melebihi
tingkat pengeluaran masyarakat atau keinginan masyarakat untuk berbelanja ke
atas barang-barang yang diproduksikan para penguasaha. Supaya tetap memperoleh
untung para produsen akan mengurangi tingkat produksi mereka danb sebagian
tenaga kerja yang digunakan mereka akan diberhentikan. Pengurangan penggunaan
tenaga kerja bukanlah karena kekurangan keahlian, kesanggupan dan pengalaman
tenaga-tenaga kerja tersebut. Sebabnya yang utama adalah karena keadaan
perekonomian secara keseluruhan tidak memungkinkan berbagai kegiatan ekonomi
mempertahankan tingkat kegiatan mereka seperti pada masa sebelumnya.
Pengangguran yang ditimbulkan oleh keadaan yang baru dijelaskan ini dinamakan pengangguran
siklikal.
Jenis-jenis pengangguran yang baru dijelaskan di atas
adalah pengangguran mutlak. Yaitu penganggur-penganggur tersebut tidak
melakukan sesuatu kerja untuk mencari nafkah apa pun pada waktu mereka
tergolong sebagai penganggur atau dalam keadaan menganggur. Bahwa
penganggur-penganggur itu dalam keadaan menganggur dapat terlihat dengan jelas.
Pengangguran seperti itu dinamakan pengangguran terbuka. Dengan demikian
pengangguran friksional, pengangguran struktural. Dan pengangguran siklikal
dapatlah digolongkan sebagai pengangguran terbuka.
Di dalam suatu perekonomian dapat berlaku keadaan di mana segolongan
pekerja melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk memperoleh pendapatan, tetapi
pekerjaan-pekerjaan itu pada kondisi :
- tidak akan menambah tingkat produksi yang akan
dicapai,
- dilakukan di dalam masa yang singkat sehingga jam
kerja mereka adalah jauh lebih sedikit daripada jam kerja yang semestinya
dilakukan dalam suatu jangka waktu tertentu (seminggu, sebulan dan
setahun).
Apabila corak pekerjaan yang dilakukan oleh segolongan
tenaga kerja dalam perekonomian itu mempunyai salah satu sifat di atas, maka
mereka boleh dipandang juga sebagai penganggur. Pengangguran seperti itu banyak
terdapat di negara-negara berkembang yang kegiatan ekonominya tertumpu di
sektor pertanian.
Apabila dalam sesuatu kegiatan ekonomi jumlah tenaga
kerja sangat berlebihan, sehingga berada dalam suatu keadaan di mana walaupun
sebagian tenaga kerjanya dipindahkan ke sektor lain tetapi produksi dalam
kegiatan itu tidak berkurang, maka dalam kegiatan itu telah berlaku suatu jenis
pengangguran yang dinamakan pengangguran tersembunyi atau pengangguran tak
kentara. Jumlah penduduk yang sudah terlalu besar dan diikuti pula oleh
perkembangan penduduk yang sangat cepat di beberapa negara-negara berkembang
menyebabkan rasio perbandingan tanah-tenaga kerja di negara-negara itu sangat
kecil sekali. Kesulitan untuk mencari kerja di sektor lain menyebabkan tenaga
kerja yang bertambah dari tahun ke tahun tetap tinggal di sektor pertanian yang
sudah sangat padat penduduknya. Tenaga kerja yang bertambah tersebut tidak
dapat menimbulkan pertambahan yang berarti kepada tingkat produksi di sektor
pertanian. Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja yang berda di sektor
pertanian adalah tidak produktif, dan dapat dipindahkan ke sektor lain tanpa
mengurangi produksi di sektor pertanian.
Bentuk pengangguran lain yang sering sekali terjadi di
sektor pertanian di negara-negara berkembang adalah pengangguran musiman. Yang dimaksudkan dengan pengangguran
musiman adalah pengangguran yang terjadi pada masa-masa tertentu di dalam suatu
tahun. Biasanya pengangguran seperti itu berlaku pada masa-masa di mana
kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Waktu di antara menuai dan
masa bertanam berikutnya, dan waktu sesudah menanam bibit dan masa memetik
hasilnya adalah masa-masa yang kurang sibuk dalam kegiatan pertanian. Di dalam
waktu tersebut banyak di antara para petani yang tidak melakukan pekerjaan sama
sekali, berarti mereka sedang dalam keadaan menganggur. Tetapi pengangguran itu
adalah untuk sementara saja, dan berlaku dalam waktu-waktu tertentu. Oleh sebab
itu dinamakan pengangguran musiman.
Tekanan penduduk di sektor pertanian di negara-negara
berkembang telah menimbulkan percepatan pengaliran penduduk dari desa-desa ke
kota-kota. Penduduk yang berhijrah ini belum tentu akan memperoleh pekerjaan di
kota. Ada di antaranya yang sepenuhnya menganggur dan ada pula yang memperoleh
pekerjaan dan bekerja secara penuh. Di samping itu ada pula yang tidak
menganggur, akan tetapi jam kerjanya setiap hari/minggu adalah jauh lebih
rendah daripada jumlah jam kerja yang dilakukan seseorang dalam masa tersebut
(8 jam sehari atau 40 jam seminggu). Tenaga kerja yang bekerja dalam jumlah jam
kerja yang terbatas itu tidak dapat dianggap sebagai sepenuhnya bekerja. Tetapi
mereka juga bukanlah penganggur. Mereka adalah dalam keadaan bekerja dengan
jumlah jam lebih terbatas. Pengangguran tenaga kerja yang bersifat demikian
dinamakan setengah menganggur.
C. Akibat buruk yang ditimbulkan
oleh pengangguran
C. Akibat buruk yang ditimbulkan
oleh pengangguran
Sedapat mungkin setiap perekonomian harus berusaha untuk
menghindari atau mengurangi masalah pengangguran yang dihadapinya. Usaha
seperti itu harus dilakukan karena masalah itu menimbulkan beberapa akibat
buruk kepada masyarakat. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa apabila ada pengangguran maka
tingkat pendapatan nasional yang sebenarnya adalah lebih rendah daripada
tingkat pendapatan nasional potensial. Keadaan ini berarti tingkat kemakmuran
yang dinikmati masyarakat adalah lebih rendah daripada tingkat kemakmuran yang
mungkin dicapainya. Makin tinggi pengangguran, makin besar perbedaan di antara
tingkat pendapatan nasional sebenarnya dengan tingkat pendapatan
nasional petensiel, dan dengan demikian makin besar pula
perbedaan di antara tingkat kemakmuran yang dinikmati masyarakat dan tingkat
kemakmuran yang mungkin dinikmati mereka. Akibat buruk dari pengangguran yang
baru dijelaskan ini dinamakan sebagai biaya ekonomi dari pengangguran.
Di samping menimbulkan biaya yang bersifat ekonomi,
pengangguran menimbulkan pula beberapa biaya sosial, yaitu pengangguran
menimbulkan beberapa keburukan sosial. Kepada seseorang, pengangguran dapat
menyebabkan kehilangan kepercayaan kepada diri sendiri dab perselisihan dalam keluarga.
Juga para penganggur akan kehilangan kemahiran apabila menganggur terlalu lama,
dan ini akan lebih menyulitkan lagi kepada mereka untuk memperoleh pekerjaan.
Bagi masyarakat secara keseluruhan pengangguran dapat menimbulkan masalah
kriminil, mengurangi tingkat kesehatan masyarakat (karena tidak ada uang untuk
membeli makanan yang cukup), dan dapat menimbulkan kekacauan sosial dan
politik seperti demonstrasi dan
perebutan kekuasaan.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.