Monopoli Murni
Monopoli murni adalah suatu pasar di
mana hanya terdapat satu penjual saja. Tidak ada substitusi bagi barang-barang
atau jasa-jasa yang ditawarkan monopolis. Jadi, pasar monopoli sama sekali
tidak ada persaingan, baik nyata maupun potensial. Dengan demikian tindakan
seorang monopolis tidak mempengaruhi perusahaan-perusahaan lainnya, seperti
perubahan harga atau dilakukannya advertensi, dan tindakan
perusahaan-perusahaan lain juga tidak mempengaruhi monopolis.
Monopoli murni, sebagaimana persaingan
murni, adalah suatu bentuk pasar yang ekstrim dan tidak ada dalam kenyataan.
Yang ada ialah industri-industri yang mendekati bentuk monopoli (near-monopolies), yaitu pasar yang
sebagian besar dilayani oleh satu perusahaan atau seorang penjual dalam suatu
lokasi tertentu. Sebagai contoh, seorang dokter yang membuka praktek disebuah
kota kecil di mana dia adalah
satu-satunya dokter dikota itu. Disebut mendekati monopoli karena dokter itu tidak benar-benar satu-satunya penjual
(jasa) dan bukannya tidak mempunyai saingan sama sekali. Di kota-kota lainnya
disekitarnya juga tersedia dokter. Penjual bakso satu-satunya di kampung kita,
mungkin bisa dikategorikan sebagai "near-monopoly".
Pasar yang mendekati monopoli memang biasanya bersifat lokal, tapi beberapa
industri ada yang berskala nasional. Misalnya saja pasta gigi Pepsodent yang
tersedia diseluruh Indonesia tanpa ada saingan yang berarti dan menguasai
bagian besar dari pasar di lndonesia.
Penentuan Harga dan Jumlah Output
Dalam model persaingan murni kita menggambarkan diagram
untuk perusahaan individual dan untuk industri secara terpisah. Dalam monopoli
murni hanya diperlukan satu diagram, mengingat dalam monopoli murni perusahaan
adalah juga industri karena tidak ada perusahaan lain dalam industri tersebut.
Monopolis menghadapi kurva permintaan yang sama seperti yang dihadapi oleh
seluruh perusahaan dalam persaingan murni. Dengan demikian kurva permintaan
seorang monopolis - seperti kurva permintaan pasar dalam persaingan murni -
adalah mempunyai kemiringan negatif.
Gambar 5.6. menunjukkan kurva permintaan untuk barang pada
pasar monopoli murni. Kurva di bawahnya adalah kurva Penerimaan Marginal (Marginal Revenue), yaitu kenaikan
Penerimaan Total (Total Revenue) yang
disebabkan oleh penjualan tambahan satu satuan output. Dalam persaingan murni
kurva MR sama dengan kurva permintaan perusahaan, karena harga adalah tetap
berapapun jumlah barang yang dijual. Dalam kasus monopoli, di mana perusahaan
individual menghadapi kurva permintaan yang menurun, harga harus lebih rendah
untuk bisa menjual jumlah barang yang lebih banyak. Pada harga po jumlah yang
bisa dijual sebanyak qo. Apabila jumlah yang lebih banyak ingin bisa terjual
(q1), monopolis harus menurunkan harga sampai pl.
Apabila kurva-kurva D dan MR tersebut
kita gabungkan dengan kurva-kurva biaya, maka bisa kita peroleh keseimbangan
perusahaan yang juga merupakan keseimbangan pasar (karena Is adalah
satu-satunya perusahaan dalam pasar/industri) yang menjamin diperolehnya
keuntungan maksimum (pada MC=MR).
Dalam Gambar 5.7., monopolis akan
memproduksi sebanyak q 0 dan menetapkan harga maksimum po. Penerimaan Total
adalah Opo X Oqo sedangkan Biaya Totalnya Oc X Oqo. Dengan demikian monopolis
memperoleh keuntungan di atas keuntungan normal, yaitu sebagai keuntungan
lebih (daerah yang diarsir).
Perusahaan-perusahaan
monopolis tidak selalu memperoleh keuntungan lebih; mungkin perusahaan hanya
menerima keuntungan normal, bahkan dalam jangka pendek bisa menderita rugi. Bila
monopolis menanggung kerugian dalam jangka panjang, ia akan meninggalkan
industri. Dengan demikian dalam jangka panjang perusahaan monopoli murni akan
selalu menerima keuntungan lebih atau keuntungan normal. Untuk kita ingat bahwa
dalam pasar persaingan murni perusahaan-perusahaan hanya menerima keuntungan
normal saja dalam jangka panjang, sebab perusahaan-perusahaan akan masuk (dan
perusahaan-perusahaan yang ada memperluas kapasitas pabriknya) bila terdapat
keuntungan lebih, sedangkan dalam pasar monopoli murni "entry" sama sekali tertutup
sehingga suatu keuntungan lebih, mungkin dapat dinikmati oleh seorang
monopolis. Ada beberapa cara agar sebuah perusahaan bisa mempertahankan
kedudukannya sebagai monopolis (agar tidak terjadi "entry") :
- Dengan mengawasi sumber-sumber
bahan mentah utama yang dipergunakan untuk menghasilkan produknya.
- Dengan memegang hak patent atas produknya sehingga perusahaan-perusahaan lain tidak bisa meniru. Pasar sedemikian terbatasnya dibanding dengan Skala perusahaan optimum, sehingga masuknya perusahaan lain akan menekan harga sedemikian rendahnya hingga menghilangkan keuntungan yang ada dan kedua-duanya akan menderita rugi.
Diskriminasi Harga
Diskriminasi Harga (Price discrimination) adalah cara yang dilakukan seorang monopolis
dalam menjual barang yang sama pada saat yang sama kepada pembeli yang
berlainan dengan harga, berlainan di mana harga dibedakan bukan karena
perbedaan dalam biaya produksi. Perbedaan Harga (Price differential) bukanlah suatu diskriminasi harga. Perbedaan
harga adalah harga yang berbeda dikenakan kepada konsumen yang berlainan.
Misalkan, sebuah pabrik di Jakarta yang menjual jam tangan di bandung dengan
harga Rp. 20.000 dan menjual barang yang sama ke Cirebon dengan harga Rp
21.000. Beda perbedaan yang Rp. 1.000 per jam tangan tersebut disebabkan oleh
perbedaan biaya transportasi, maka hal demikian bukanlah kasus diskriminasi
harga. Dengan pendekatan lain, diskriminasi harga bisa diartikan harga yang
sama dikenakan pada pembeli yang berlainan atas barang yang sama pada saat yang
sama meskipun biaya pembuatannya berbeda.
Penjual dapat menaikkan keuntungannya
melalui kebijaksanaan diskriminasi harga bila tiga syarat yang berikut bisa
dipenuhi :
- Pasar benar-benar terpisah,
sehingga konsumen yang membeli barang dengan harga yang lebih murah tidak
akan bisa menjual kembali barang tersebut kepada konsumen lain yang
bersedia membayar dengan harga lebih tinggi. Terpisahnya pasar ini bisa
karena faktor biaya transportasi (biaya transport untuk menjual ke
konsumen lain lebih besar dari perbedaan harga barang), kurang adanya
komunikasi di antara para konsumen yang berada di pasar yang berbeda-beda
atau sifat dari barang/ jasa itu sendiri (misalnya koran, jasa dokter, dan
sebagainya).
- Penjual harus mempunyai kekuatan
pasar, yaitu kemampuan untuk menaikkan harga tanpa kehilangan seluruh
konsumen.
- Penjual harus mampu membagi pasar
ke dalam dua atau lebih kelompok pembeli di mana fungsi permintaannya
mempunyai elastisitas yang berbeda. Dengan perkataan lain, elastisitas permintaan
pada masing-masing tingkat harga harus berbeda di antara pasar-pasar agar
diskriminasi menguntungkan.
Model yang paling umum adalah
diskriminasi derajat ketiga (third degree
discrimination). Untuk memudahkan analisa, kita anggap bahwa monopoli
melakukan diskriminasi harga untuk dua pasar saja. Agar bisa dicapai keuntungan
maksimum dari dilakukannya diskriminasi harga, MR di kedua pasar haruslah
sama, dengan demikian tambahan persatuan penjualan akan memberikan tam bahan TR
yang paling banyak. Kita gunakan Gambar 5.8. untuk menjelaskan konsep ini
lebih lanjut, yang mana untuk sementara kita abaikan biaya.
Perhatikan bahwa gambar bagi pasar I
berada disebelah kiri. Apabila monopolis ingin memproduksi sebanyak q1q2, ia
akan menjual sebanyak Oq1 di pasar I dan Oq2 di pasar II, di mana MR
ditiap-tiap pasar sama (r). Misalkan kita mengurangi penjualan di pasar I
sebanyak 1 satuan, perusahaan kehilangan MR sebanyak Aq1. Jika 1 satuan
tersebut kemudian kita jual di pasar II maka MR nya lebih kecil dari Aq, (yaitu
sebesar Cq’2). Adalah lebih 2 menguntungkan bila perusahaan tidak mengurangi
penjualannya di pasar I untuk kemudian dijual di pasar II.
Apabila kita memasukkan unsur biaya ke
dalam analisa ini, maka persoalannya ialah menyamakan I MR dengan MC dan dengan
cara demikian diperoleh MR yang sama dimasing-masing pasar. Gambar 5.8. di atas
kita gambarkan kembali dalam satu kwadran yang kita gabungkan dengan kurva-kurva
biaya. Kurva EMR diperoleh dengan cara menjumlahkan kedua kurva MR secara
horisontal.
Produksi total adalah Oq yang akan dijual di dua pasar. Di
pasar I monopolis menjual sebanyak q, dengan harga p, per satuan dan di pasar
11 menjual q2 dengan harga p2 per satuan. Kita bisa lihat bahwa di pasar I yang
mempunyai kurva permintaan kurang elastis, harga lebih tinggi dibanding di
pasar II yang lebih elastis. MR dikedua pasar adalah r. Dari pasar I monopolis
memperoleh keuntungan p1c X Oq1 sedangkan dari pasar II diperoleh p2c X Oq2.
Diskriminasi harga sering kita jumpai dalam
industri-industri "public utility".
Pada perusahaan-perusahaan listrik biasanya memisahkan pasar ke dalam 2
kelompok: konsumen komersial dan konsumen rumah tangga. Dengan menggunakan
meteran yang berbeda untuk tiap-tiap kelompok konsumen, perusahaan clapat mempertahankan
terpisahnya pasar. Konsumen komersial biasanya dipungut harga yang lebih
rendah, karena baginya tersedia substitusi listrik yang lebih banyak daripada
konsumen rumah tangga, dengan demikian kurva permintaannya lebih elastis
daripada kurva permintaan listrik konsumen rumah tangga. Contoh lainnya ialah
dalam perclagangan luar negeri. Barang-barang yang dijual keluar negeri bisa
lebih rendah daripada harga barang yang sama di dalam negeri. Walaupun penjual
adalah seorang monopolis di pasar dalam negeri, tapi di luar negeri monopolis mempunyai saingan dari negara-negara
lain. Adanya barang-barang substitusi bagi produk tersebut di pasar dunia akan
menambah elastisitas kurva permintaan luar negeri yang dihadapi. Dengan
demikian elastisitas kurva permintaan untuk pasar luar negeri biasanya lebih
besar daripada untuk pasar dalam negeri. Dalam hal ini antara kedua pasar
clipisahkan oleh biaya pengangkutan dan rintangan-rintangan tariff. Selain
diskriminasi harga derajat ketiga, sebenarnya masih ada diskriminasi derajat
kedua dan diskriminasi derajat pertama atau diskriminasi sempurna, yang ticlak
dibahas dalam buku pengantar ini.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.