Tuesday, April 2, 2013

Penilaian Pasar Monopoli Murni

Para ahli ekonomi mengakui bahwa monopoli murni berpro­duksi secara tidak efisien dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang langka. Untuk mengerti mengapa demikian, marilah kita bandingkan pemecahan keseimbangan jangka panjang dalam monopoli murni dengan dalam persaingan murni. Kita ingat bahwa dalam persaingan murni tiap-tiap perusahaan menghasilkan pada titik minimum AC, menerima keuntungan normal dan menjual barangnya pada harga sama dengan MC nya. Dalam monopoli murnipun bisa terjadi bahwa monopolis berproduksi pada titik minimum AC atau hanya memperoleh keuntungan normal saja.

Dalam kasus ini, monopolis menghasilkan pada AC menyinggung kurva permintaannya dan MR = MC (lihat Gambar 5.10). Jumlah yang diproduksi dengan demikian adalah qo, dengan harga­ adalah po per satuan. Pada output tersebut AC = c = po) yang berarti perusahaan hanya memperoleh keuntungan normal dalam jangka panjang. Dalam hal ini perusahaan memproduksi di atas titik minimum AC. Dengan demikian bagi monopolis akan menghasil­kan pada minimum AC atau hanya menerima keuntungan normal, karena kurva AC yang berbentuk U tidak mungkin bisa bersing­gungan dengan kurva permintaan yang menurun pada titik mini­mumnya. Oleh karena itu, dibanding dengan persaingan murni, monopoli menggunakan lebih banyak sumber-sumber per satuan output, yang berarti berproduksi secara lebih boros.

Keseimbangan jangka panjang (P = MC) yang merupakan ciri lain dari pasar persaingan murni tidak pernah terjadi dalam mono­poli murni. Selama monopolis ingin memaksimumkan keuntungan (menghasilkan pada M R=IVIC), harga akan lebih tinggi daripada MC (lihat Gambar 5.7. dan Gambar 5.10 di mana po > mc). Berarti terjadi eksploitasi terhadap konsumen bila harga lebih tinggi dari­pada MC. Eksploitasi ini juga terjadi terhadap pemilik faktor-fak­tor produksi yang digunakan. Misalnya faktor produksi buruh, di mana dibayarkan upah yang lebih rendah dari sumbangannya bila dinilai dengan harga pasar bagi output.

Aturan Dalam Monopoli
Dari uraian di atas mungkin kita mempunyai kesan yang ku­rang balk mengenai monopoli murni dan oleh karena itu perlu di­lakukan pengaturan terhadap monopolis. Paling tidak ada dua cara pengaturan monopoli oleh pemerintah, yaitu melalui peng­aturan harga dan perpajakan.

1. Pengaturan harga.
Persoalannya adalah menentukan harga yang menclorong monopolis untuk memproduksi jumlah yang paling besar sesuai dengan biaya-biayanya dan permintaan konsumen.

Seandainya tidak ada pengaturan harga, monopolis akan mempro­duksi sebanyak qo dengan harga po per satuan agar keuntungannya maksimum. Apabila pemerintah menetapkan harga maksimum sampai pl, di mana kurva MC memotong kurva permintaan, maka berarti kurva permintaan yang dihadapi monopolis menjadi p, AD. Berubahnya kurva permintaan tersebut dengan sendirinya juga akan merubah kurva MR menjadi pABC. Dengan demikian mono­polis akan memproduksi sebanyak q, agar keuntungannya tetap maksimum. Dan dengan ditetapkannya harga maksimum tersebut maka output qo tidak lagi memaksimumkan keuntungan karena M R > MC.

Pengaturan harga oleh pemerintah ini bisa menghilangkan "kejelek­an" monopoli murni berupa eksploitasi, karena konsumen sekarang hanya membayar sebanyak MC nya,.dan buruh dibayar sesuai de­ngan besarnya sumbangan (berupa output) yang dinilai dengan harga pasar.

2. Perpajakan.
Pengaturan monopole dapat pula dilakukan oleh pemerintah melalui pemungutan pajak agar monopolis tidak menerima seluruh keuntungannya. Dua macam sistem pajak dapat diterapkan ter­hadap monopolis :

2.1. Pajak tetap per satuan output (Specific tax). jenis pajak ini merupakan biaya variabel bagi perusahaan, dengan demikian kurva­kurva AC dan MC bergeser ke atas sebesar jumlah pajak yang di­kenakan (Iihat Gambar 5.12.).

Sebelum dikenakan pajak monopolis menghasilkan sebanyak qo dan menjual dengan harga po, sehingga diperoleh keuntungan le­bih PoCo per satuan. Dengan adanya pajak AC naik menjadi ACI, sehingga jumlah produksi turun ke q, dengan harga p1, keuntung­an sekarang p1c1 yang lebih kecil Dari sebelum adanya pajak. Pa­jak ini pada akhirnya ditanggung berdua: konsumen dan produsen. Konsumen menanggung dalam bentuk kenaikan harga yang mereka beli (sebanyak p1 po per satuan). Sedangkan yang dibayar oleh produsen sebesar pajak itu sendiri dikurangi p, po. Jadi, baik konsumen maupun monopolis sama-sama menanggung kerugian dengan adanya pajak tetap per satuan: konsumen berupa naiknya harga yang harus dibayar dan output yang lebih rendah, monopolis berupa penurunan keuntungan.

2.2. Lump sum tax, yang dibebankan tanpa memperhatikan jum­lah yang diproduksi. Pajak ini mirip biaya tetap, dengan demikian hanya kurva AC yang berpindah ke atas, sedangkan kurva MC tetap tidak berubah. Akibatnya harga dan jumlah yang diproduksi tetap pada po dan qo (lihat Gambar 5.13).

Dalam kasus pengenaan jenis pajak ini keuntungan juga turun dari PoCo menjadi PoC1, per satuan. Bedanya, dibanding dengan specific tax, pajak ini ditanggung seluruhnya oleh perusahaan sendiri. Monopoli tidak bisa melimpahkan sebagiannya kepada konsumen. Seluruh keuntungan lebih dari monopolis dapat diambil melalui pajak ini tanpa mempengaruhi harga dan jumlah yang akan dipro­duksi.

Dari ketiga cara pengaturan monopoli di atas, ditinjau dari segi kepentingan masyarakat, kiranya pengaturan harga merupakan cara yang paling baik karena output yang dijual lebih banyak dan dengan harga lebih murah. Dalam hal ini eksploitasi (balk terhadap konsumen maupun pemilik faktor produksi) dapat ditiadakan.

Persaingan Monopolistis
Persaingan monopolistis adalah suatu bentuk pasar di mana terdapat banyak penjual, masing-masing menjual suatu macam produk tertentu yang dengan suatu cara diperbedakan antara satu penjual dengan penjual lainnya, yaitu terdapat unsur-unsur diferen­siasi produk. Perbedaan ini bisa berupa merk, warna, bungkus atau pelayanan penjualan. Dengan demikian dalam model pasar ini ter­dapat suatu derajat kekuasaan monopoli (betapapun kecilnya), dan oleh karena itu kurva permintaan yang dihadapi perusahaan mempunyai kemiringan negatif. Tetapi jumlah penjual sedemikian rupa banyaknya sehingga tindakan-tindakan dari seorang penjual tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap penjual lainnya, dan sebaliknya. Oleh karena itu, kurva permintaan yang dihadapi oleh masing-masing penjual sangat elastic. Artinya, banyak substi­tusi yang baik atas produk yang dihasilkan sebuah perusahaan.

Penentuan Harga dan Jumlah Ouput

Model persaingan monopolistis adalah mirip dalam pasar per­saingan murni. Dalam pasar ini perusahaan mungkin dapat memperoleh keuntungan normal, atau keuntungan lebih, bahkan mung­kin menderita rugi, tapi mudahnya masuk ke dalam industri men­jamin hanya diperolehnya keuntungan normal dalam jangka pan­jang. Dengan demikian, selama tidak ada dua perusahaan yang menjual barang yang persis sama, maka harga-harga juga tidak akan sama dalam satu industri.

Gambar 5.14. di atas menunjukkan bagaimana keseimbangan per­usahaan jangka pendek ditentukan dalam persaingan monopolistis. Kurva permintaan mempunyai kemiringan negatif selama perusa­haan tidak kehilangan seluruh konsumen apabila harga barang me­ningkat dan is harus menurunkan harga untuk bisa memperoleh tambahan konsumen. Dalam hal biaya, tidak hanya menyangkut biaya-biaya produksi saja (sebagaimana dalam persaingan murni), tapi juga termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usaha untuk membedakan barangnya dari barang-barang buatan perusaha­an lain (yang menyebabkan pasar ini berbentuk persaingan mono­polis). Termasuk dalam biaya-biaya tersebut adalah biaya iklan dan promosi, biaya perbaikan teknis, biaya pelayanan, dan sebagainya. Dengan demikian perusahaan mengharap keuntungan maksimum dengan memproduksi sebanyak clo, dijual seharga po per satuan (yaitu pada MR = MC); keuntungan yang bisa diperoleh adalah poc X qo . 

Namun dalam jangka panjang keuntungan lebih akan mengundang perusahaan-perusahaan lain untuk masuk kedalam industri dan perusahaan-perusahaan yang telah ada untuk memper­luas kapasitas pabriknya. Biasanya tidak ada hambatan-hambatan untuk masuk kedalam industri pada pasar persaingan monopolistis. Selama semua barang merupakan substitusi yang balk bagi masing­masing lainnya, pasar akan dibagi-bagi di antara lebih banyak per­usahaan. Artinya, kurva permintaan perusahaan atau kurva per­mintaan penjual perseorangan akan bergeser kesebelah kiri. 

Dilain pihak, usaha memperbesar diferensiasi produk biasanya akan me­nyebabkan kurva-kurva AC dan MC bergeser ke atas (increasing cost industry). Demikian, keduanya bekerja sampai seluruh keun­tungan lebih yang mula-mula dinikmati masing-masing perusahaan menjadi habis. Gambar 5.15. memberikan pemecahan keseimbang­an perusahaan dalam jangka panjang, di mana perusahaan meng­hasilkan q, (yang lebih kecil dari q.), sedangkan harga menjadi p, (yang lebih tinggi daripada dalam jangka pendek). jadi, apabila tidak ada hambatan-hambatan bagi perusahaan baru untuk masuk, dalam jangka panjang perusahaan-perusahaan hanya menerima ke­untungan normal (seperti halnya dalam persaingan murni).

Penilaian Pasar Persaingan MonopolisticMenurut Chamberlin, persaingan monopolistis merupakan bentuk pasar yang realistic dan dengan demikian cocok untuk di­gunakan dalam menganalisa banyak industri yang ada. Persaingan monopolistis digambarkan sebagai suatu pasar dengan begitu banyak penjual dimana masing-masing penjual tidak saling memperhatikan tindakan dari lawan-lawannya. Tapi dalam kenyataan sering terjadi perusahaan-perusahaan melakukan reaksi satu sama lain dan mengantisipasi tindakan-tindakan lawan. Pertanyaan yang bisa kita ajukan adalah mana yang lebih balk antara monopolistis dengan persaingan murni; atau, mana yang lebih besar memberikan kesejahteraan konsumen. Bila kita bandingkan antara keduanya, perusahaan dalam persaingan monopolistis be­kerja tidak seefisien seperti dalam persaingan murni. Dalam jangka panjang, harga lebih tinggi dan output lebih seclikit dalam persaing­an monopolistis. MR di bawah harga, dan output tidak akan di­hasilkan pada minimum AC sebagaimana dalam persaingan murni dan perusahaan akan mempunyai kelebihan kapasitas. Bila melihat alasan-alasan di atas, banyak ahli ekonomi menilai bahwa pasar persaingan murni merupakan bentuk pasar yang ideal.

Dengan demikian, dalam pasar persaingan monopolistis ter­jadi pemborosan cumber-cumber dan konsumen membayar dengan harga lebih tinggi (dibanding apabila barang tersebut dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan dalam persaingan murni). Akan tetapi ada pendapat bahwa sebenarnya pemborosan tersebut tidaklah 10 terbuang dengan sia-sia, karena konsumen menerima imbalan beru­pa tersedianya bermacam-macam mutu, model, warna dari barang­barang yang dihasilkan persaingan monopolistis. Konsumen bisa memilih barang-barang yang dikehendaki sesuai dengan selera dan uang yang dimiliki, sehingga memberikan kepuasan tersendiri. Apabila barang-barang tadi dihasilkan oleh pasar persaingan murni, maka tidak ada pilihan lagi bagi konsumen karena barang-barang adalah persis sama atau homogin (baca sub bab Persaingan Murni). Jadi, ditinjau dari segi ini tampaknya persaingan monopolistis memberikan kesejahteraan masyarakat lebih baik.
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com