Para ahli ekonomi mengakui bahwa monopoli murni berproduksi secara tidak efisien dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang langka. Untuk mengerti mengapa demikian, marilah kita bandingkan pemecahan keseimbangan jangka panjang dalam monopoli murni dengan dalam persaingan murni. Kita ingat bahwa dalam persaingan murni tiap-tiap perusahaan menghasilkan pada titik minimum AC, menerima keuntungan normal dan menjual barangnya pada harga sama dengan MC nya. Dalam monopoli murnipun bisa terjadi bahwa monopolis berproduksi pada titik minimum AC atau hanya memperoleh keuntungan normal saja.
Dalam kasus ini, monopolis menghasilkan pada AC menyinggung kurva permintaannya dan MR = MC (lihat Gambar 5.10). Jumlah yang diproduksi dengan demikian adalah qo, dengan harga adalah po per satuan. Pada output tersebut AC = c = po) yang berarti perusahaan hanya memperoleh keuntungan normal dalam jangka panjang. Dalam hal ini perusahaan memproduksi di atas titik minimum AC. Dengan demikian bagi monopolis akan menghasilkan pada minimum AC atau hanya menerima keuntungan normal, karena kurva AC yang berbentuk U tidak mungkin bisa bersinggungan dengan kurva permintaan yang menurun pada titik minimumnya. Oleh karena itu, dibanding dengan persaingan murni, monopoli menggunakan lebih banyak sumber-sumber per satuan output, yang berarti berproduksi secara lebih boros.
Keseimbangan jangka panjang (P = MC) yang merupakan ciri lain dari pasar persaingan murni tidak pernah terjadi dalam monopoli murni. Selama monopolis ingin memaksimumkan keuntungan (menghasilkan pada M R=IVIC), harga akan lebih tinggi daripada MC (lihat Gambar 5.7. dan Gambar 5.10 di mana po > mc). Berarti terjadi eksploitasi terhadap konsumen bila harga lebih tinggi daripada MC. Eksploitasi ini juga terjadi terhadap pemilik faktor-faktor produksi yang digunakan. Misalnya faktor produksi buruh, di mana dibayarkan upah yang lebih rendah dari sumbangannya bila dinilai dengan harga pasar bagi output.
Aturan Dalam Monopoli
Dari uraian di atas mungkin kita mempunyai kesan yang kurang balk mengenai monopoli murni dan oleh karena itu perlu dilakukan pengaturan terhadap monopolis. Paling tidak ada dua cara pengaturan monopoli oleh pemerintah, yaitu melalui pengaturan harga dan perpajakan.
1. Pengaturan harga.
Persoalannya adalah menentukan harga yang menclorong monopolis untuk memproduksi jumlah yang paling besar sesuai dengan biaya-biayanya dan permintaan konsumen.
Seandainya tidak ada pengaturan harga, monopolis akan memproduksi sebanyak qo dengan harga po per satuan agar keuntungannya maksimum. Apabila pemerintah menetapkan harga maksimum sampai pl, di mana kurva MC memotong kurva permintaan, maka berarti kurva permintaan yang dihadapi monopolis menjadi p, AD. Berubahnya kurva permintaan tersebut dengan sendirinya juga akan merubah kurva MR menjadi pABC. Dengan demikian monopolis akan memproduksi sebanyak q, agar keuntungannya tetap maksimum. Dan dengan ditetapkannya harga maksimum tersebut maka output qo tidak lagi memaksimumkan keuntungan karena M R > MC.
Pengaturan harga oleh pemerintah ini bisa menghilangkan "kejelekan" monopoli murni berupa eksploitasi, karena konsumen sekarang hanya membayar sebanyak MC nya,.dan buruh dibayar sesuai dengan besarnya sumbangan (berupa output) yang dinilai dengan harga pasar.
2. Perpajakan.
Pengaturan monopole dapat pula dilakukan oleh pemerintah melalui pemungutan pajak agar monopolis tidak menerima seluruh keuntungannya. Dua macam sistem pajak dapat diterapkan terhadap monopolis :
2.1. Pajak tetap per satuan output (Specific tax). jenis pajak ini merupakan biaya variabel bagi perusahaan, dengan demikian kurvakurva AC dan MC bergeser ke atas sebesar jumlah pajak yang dikenakan (Iihat Gambar 5.12.).
Sebelum dikenakan pajak monopolis menghasilkan sebanyak qo dan menjual dengan harga po, sehingga diperoleh keuntungan lebih PoCo per satuan. Dengan adanya pajak AC naik menjadi ACI, sehingga jumlah produksi turun ke q, dengan harga p1, keuntungan sekarang p1c1 yang lebih kecil Dari sebelum adanya pajak. Pajak ini pada akhirnya ditanggung berdua: konsumen dan produsen. Konsumen menanggung dalam bentuk kenaikan harga yang mereka beli (sebanyak p1 po per satuan). Sedangkan yang dibayar oleh produsen sebesar pajak itu sendiri dikurangi p, po. Jadi, baik konsumen maupun monopolis sama-sama menanggung kerugian dengan adanya pajak tetap per satuan: konsumen berupa naiknya harga yang harus dibayar dan output yang lebih rendah, monopolis berupa penurunan keuntungan.
2.2. Lump sum tax, yang dibebankan tanpa memperhatikan jumlah yang diproduksi. Pajak ini mirip biaya tetap, dengan demikian hanya kurva AC yang berpindah ke atas, sedangkan kurva MC tetap tidak berubah. Akibatnya harga dan jumlah yang diproduksi tetap pada po dan qo (lihat Gambar 5.13).
Dalam kasus pengenaan jenis pajak ini keuntungan juga turun dari PoCo menjadi PoC1, per satuan. Bedanya, dibanding dengan specific tax, pajak ini ditanggung seluruhnya oleh perusahaan sendiri. Monopoli tidak bisa melimpahkan sebagiannya kepada konsumen. Seluruh keuntungan lebih dari monopolis dapat diambil melalui pajak ini tanpa mempengaruhi harga dan jumlah yang akan diproduksi.
Dari ketiga cara pengaturan monopoli di atas, ditinjau dari segi kepentingan masyarakat, kiranya pengaturan harga merupakan cara yang paling baik karena output yang dijual lebih banyak dan dengan harga lebih murah. Dalam hal ini eksploitasi (balk terhadap konsumen maupun pemilik faktor produksi) dapat ditiadakan.
Persaingan Monopolistis
Persaingan monopolistis adalah suatu bentuk pasar di mana terdapat banyak penjual, masing-masing menjual suatu macam produk tertentu yang dengan suatu cara diperbedakan antara satu penjual dengan penjual lainnya, yaitu terdapat unsur-unsur diferensiasi produk. Perbedaan ini bisa berupa merk, warna, bungkus atau pelayanan penjualan. Dengan demikian dalam model pasar ini terdapat suatu derajat kekuasaan monopoli (betapapun kecilnya), dan oleh karena itu kurva permintaan yang dihadapi perusahaan mempunyai kemiringan negatif. Tetapi jumlah penjual sedemikian rupa banyaknya sehingga tindakan-tindakan dari seorang penjual tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap penjual lainnya, dan sebaliknya. Oleh karena itu, kurva permintaan yang dihadapi oleh masing-masing penjual sangat elastic. Artinya, banyak substitusi yang baik atas produk yang dihasilkan sebuah perusahaan.
Penentuan Harga dan Jumlah Ouput
Model persaingan monopolistis adalah mirip dalam pasar persaingan murni. Dalam pasar ini perusahaan mungkin dapat memperoleh keuntungan normal, atau keuntungan lebih, bahkan mungkin menderita rugi, tapi mudahnya masuk ke dalam industri menjamin hanya diperolehnya keuntungan normal dalam jangka panjang. Dengan demikian, selama tidak ada dua perusahaan yang menjual barang yang persis sama, maka harga-harga juga tidak akan sama dalam satu industri.
Gambar 5.14. di atas menunjukkan bagaimana keseimbangan perusahaan jangka pendek ditentukan dalam persaingan monopolistis. Kurva permintaan mempunyai kemiringan negatif selama perusahaan tidak kehilangan seluruh konsumen apabila harga barang meningkat dan is harus menurunkan harga untuk bisa memperoleh tambahan konsumen. Dalam hal biaya, tidak hanya menyangkut biaya-biaya produksi saja (sebagaimana dalam persaingan murni), tapi juga termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usaha untuk membedakan barangnya dari barang-barang buatan perusahaan lain (yang menyebabkan pasar ini berbentuk persaingan monopolis). Termasuk dalam biaya-biaya tersebut adalah biaya iklan dan promosi, biaya perbaikan teknis, biaya pelayanan, dan sebagainya. Dengan demikian perusahaan mengharap keuntungan maksimum dengan memproduksi sebanyak clo, dijual seharga po per satuan (yaitu pada MR = MC); keuntungan yang bisa diperoleh adalah poc X qo .
Namun dalam jangka panjang keuntungan lebih akan mengundang perusahaan-perusahaan lain untuk masuk kedalam industri dan perusahaan-perusahaan yang telah ada untuk memperluas kapasitas pabriknya. Biasanya tidak ada hambatan-hambatan untuk masuk kedalam industri pada pasar persaingan monopolistis. Selama semua barang merupakan substitusi yang balk bagi masingmasing lainnya, pasar akan dibagi-bagi di antara lebih banyak perusahaan. Artinya, kurva permintaan perusahaan atau kurva permintaan penjual perseorangan akan bergeser kesebelah kiri.
Dilain pihak, usaha memperbesar diferensiasi produk biasanya akan menyebabkan kurva-kurva AC dan MC bergeser ke atas (increasing cost industry). Demikian, keduanya bekerja sampai seluruh keuntungan lebih yang mula-mula dinikmati masing-masing perusahaan menjadi habis. Gambar 5.15. memberikan pemecahan keseimbangan perusahaan dalam jangka panjang, di mana perusahaan menghasilkan q, (yang lebih kecil dari q.), sedangkan harga menjadi p, (yang lebih tinggi daripada dalam jangka pendek). jadi, apabila tidak ada hambatan-hambatan bagi perusahaan baru untuk masuk, dalam jangka panjang perusahaan-perusahaan hanya menerima keuntungan normal (seperti halnya dalam persaingan murni).
Penilaian Pasar Persaingan MonopolisticMenurut Chamberlin, persaingan monopolistis merupakan bentuk pasar yang realistic dan dengan demikian cocok untuk digunakan dalam menganalisa banyak industri yang ada. Persaingan monopolistis digambarkan sebagai suatu pasar dengan begitu banyak penjual dimana masing-masing penjual tidak saling memperhatikan tindakan dari lawan-lawannya. Tapi dalam kenyataan sering terjadi perusahaan-perusahaan melakukan reaksi satu sama lain dan mengantisipasi tindakan-tindakan lawan. Pertanyaan yang bisa kita ajukan adalah mana yang lebih balk antara monopolistis dengan persaingan murni; atau, mana yang lebih besar memberikan kesejahteraan konsumen. Bila kita bandingkan antara keduanya, perusahaan dalam persaingan monopolistis bekerja tidak seefisien seperti dalam persaingan murni. Dalam jangka panjang, harga lebih tinggi dan output lebih seclikit dalam persaingan monopolistis. MR di bawah harga, dan output tidak akan dihasilkan pada minimum AC sebagaimana dalam persaingan murni dan perusahaan akan mempunyai kelebihan kapasitas. Bila melihat alasan-alasan di atas, banyak ahli ekonomi menilai bahwa pasar persaingan murni merupakan bentuk pasar yang ideal.
Dengan demikian, dalam pasar persaingan monopolistis terjadi pemborosan cumber-cumber dan konsumen membayar dengan harga lebih tinggi (dibanding apabila barang tersebut dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan dalam persaingan murni). Akan tetapi ada pendapat bahwa sebenarnya pemborosan tersebut tidaklah 10 terbuang dengan sia-sia, karena konsumen menerima imbalan berupa tersedianya bermacam-macam mutu, model, warna dari barangbarang yang dihasilkan persaingan monopolistis. Konsumen bisa memilih barang-barang yang dikehendaki sesuai dengan selera dan uang yang dimiliki, sehingga memberikan kepuasan tersendiri. Apabila barang-barang tadi dihasilkan oleh pasar persaingan murni, maka tidak ada pilihan lagi bagi konsumen karena barang-barang adalah persis sama atau homogin (baca sub bab Persaingan Murni). Jadi, ditinjau dari segi ini tampaknya persaingan monopolistis memberikan kesejahteraan masyarakat lebih baik.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.