Monday, January 13, 2014

Unsur-unsur Puisi

Unsur-unsur Puisi : Waluyo (dalam Maslikatin, 2007:68) menjelaskan puisi terdiri atas unsur fisik puisi (diksi, imaji, kata nyata, majas, rima dan ritme, tipografi, dan enjambemen) dan unsur psikis puisi (tema, rasa, nada, dan amanat).
1)      Unsur Fisik Puisi
a.       Diksi
Jabrohim,dkk (2003:35) menjelaskan, diksi adalah bentuk serapan dari kata diction, sedangkan Keraf (dalam Jabrohim, 2003:35) diksi disebut pula pilihan kata.
Pemilihan kata bagi penyair sangat penting karena kata-kata yang dipilih akan mewakili pikiran dan perasaannya sehingga mempunyai nilai estetik.  Kata-kata yang dipilih penyair bersifat denotatif dan konotatif (dalam Maslikatin, 2007:69).  Berikut contoh pemilihan kata yang terdapat pada penggalan puisi “Selamat Tinggal ” karya Chairil Anwar.
SELAMAT TINGGAL

Aku berkaca

                        Ini muka penuh luka
                        Siapa punya?
                        .......                             (Pradopo, 2000:57)

            Pemilihan kata “muka” pada /muka penuh luka/siapa punya?/ tidak dapat digantikan karena kata muka menimbulkan aliterasi dengan kata “luka” dan “punya”.  Diksi dalam puisi selalu berhubungan dengan bunyi.  Bunyi yang digunakan dalam puisi dapat  menimbulkan efek sedih, seram, haru, magis, senang dan sebagainya.  Bunyi-bunyi ringan yang menimbulkan efek riang atau senang disebut bunyi euphony, misalnya bunyi konsonan: p, t, s, k, dan bunyi-bunyi vokal i, e.  Bunyi-bunyi berat yang menimbulkan efek seram, sedih, haru, magis disebut bunyi cacophony, misalnya bunyi konsonan: b, d, g, z dan bunyi-bunyi vokal: a, o, u (Maslikatin, 2007:72).

b.      Imaji
Imaji (citra) merupakan salah satu unsur penting dalam puisi, karena dari imaji inilah pembaca atau pendengar dapat membayangkan puisi yang dibayangkan dan seolah-olah menjadi pengalaman yang konkret.  Menurut Waluyo (dalam Maslikatin, 2007:73), pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.  Berikut salah satu contoh imaji pada puisi yaitu imaji pendengaran dalam penggalan puisi “Tanah Kelahiran” karya Ramadhan K. H.


TANAH KELAHIRAN

Seruling di pasir ipis, merdu
Antara gundukan pohon pina,
Tembang menggema di dua kaki,
Burangrang- Tangkubanprahu
.......
                                                                  (Maslikatin, 2007:74)
Pada baris pertama dan ketiga, pembaca seolah-olah mendengar bunyi seruling yang menggema diantara dua gunung Burangrang dan Tangkubanprahu.

c.       Kata Nyata
Menurut Waluyo (Jabrohim, 2003:41), kata nyata adalah kata-kata yang menyarankan pada arti yang menyeluruh. Dengan kata yang diperkonkretkan, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.  Dengan demikian, kata nyata merupakan unsur puisi yang digunakan untuk membangkitkan imaji pembaca.  Berikut contoh puisi “Karangan Bunga” karya Taufiq Ismail.
KARANGAN BUNGA

Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba sore itu
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi!
                                                (Maslikatin, 2007:79)

Rangkaian kata nyata pada puisi karya Taufiq Ismail tersebut memberi imajinasi visual kepada pembacanya, seolah-olah melihat tiga orang anak kecil memberikan karangan bunga dengan diikat pita hitam.  Karangan bunga dengan pita hitam memberikan gambaran suasana yang duka.

d.      Majas
Majas atau bahasa figuratif adalah bahasa yang bermakna kias atau makna lambang.  Perrine (Maslikatin, 2007:80-81) menyatakan bahasa figuratif lebih efektif untuk menyatakan maksud dari penyair, karena:
·         bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif;
·         bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca;
·         bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair;
·         bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.

Waluyo (dalam Maslikatin, 2007:81) menjelaskan bahwa yang termasuk bahasa kias adalah metafora, perbandingan, personifikasi, hiperbola, dan sinekdok.
1)      Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan (dalam Maslikatin, 2007:81).  Jadi, ungkapan itu langsung berupa kiasan.  Contohnya: buaya darat, bunga desa, lintah darat, dan sebagainya.
2)      Perbandingan
Perbandingan adalah kiasan yang tidak langsung, biasanya benda yang dikiaskan disebutkan bersama pengiasannya dan menggunakan kata pembanding: seperti, bak, bagai, laksana, dan sebagainya (dalam Maslikatin, 2007:82).  Berikut contoh penggunaan majas perbandingan dalam penggalan puisi “Kutuliskan” karya Wing Karjo.
KUTULISKAN

.....
Kutuliskan lagi
kenangan-kenangan mati
hingga bagai api
membara dalam mimpi
                                                                  (Maslikatin, 2007:82)
Pada bait ketiga yang digaris bawah merupakan contoh penggunaan majas perbandingan dalam puisi, sebab menggunakan kata bagai.  Menurut penyair, kenangan yang tidak ditulis atau diingat akan hilang begitu saja.  Tapi jika ditulis ia akan selalu diingat.
3)      Personifikasi
Personifikasi adalah keadaan atau peristiwa alam yang dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang dialami manusia.  Contohnya: alu berat melompat-lompat, kerling danau di pagi hari, dan sebagainya.

e.       Ritme dan rima
Secara umum ritme dikenal sebagai irama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur (dalam Jabrohim, 2003:53).  Sedangkan menurut Semi (dalam Maslikatin, 2007:87), irama adalah gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi yang berulang dan menimbulkan variasi-variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup.  Ritme dihasilkan dari puisi yang jumlah kata dalam setiap baris tidak selalu sama dan bergantung pada pembacaannya.  Berikut contoh Ritme dalam puisi “Doa” karya Chairil Anwar.
DOA

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh

CayaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin dikemam sunyi

Tuhanku

Aku hilang bentuk
Remuk

Tuhanku

Aku menggembara di negeri asing

Tuhanku
DipintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
                                                (Pradopo, 2000:178)  
Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi (Jabrohim, 2003:54).  Boulton (dalam Maslikatin, 2007:86) menyatakan bahwa jika rima (phonetic form) berpadu dengan ritme akan mempertegas makna.  Dengan adanya rima, akan terbentuk musikalitas dalam puisi.  Berikut contoh rima dalam penggalan puisi “Derai-derai Cemara” karya Chairil Anwar.
DERAI-DERAI CEMARA

Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan semakin malam
ada beberapa dahan ditingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

akulah sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan anak lagi
dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
                                                (Maslikatin, 2007:86)

Pada bait pertama baris pertama dan ketiga berakhir dengan suku kata uh, dan pada baris kedua dan keempat berakhir dengan suku kata am.   Jadi rima pada bait pertama adalah abab.  Sedangkan pada bait kedua baris pertama dan ketiga berakhir dengan suku kata an, sedangkan pada baris kedua dan keempat berkhair dengan suku kata i.  Dengan demikian, rima pada bait kedua adalah cdcd.



f.       Tipografi
Tipografi merupakan penyusunan baris dan bait sajak dan lebih menekankan pada aspek visualnya (Atmazaki,1993:23).  Tipografi disusun mengikuti ritme sajak, bukan bentuk kalimat.  Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah peroidisitet yang disebut bait (Jabrohim, 2003:54).  Berikut contoh tipografi pada puisi karya Bachri.
                                         
daun
                                                  burung
                              sungai
                                    kelepak
                           mau sampai
                             langit
                             siapa
                                 tahu
            buah rumput                      selimut
               dada          biru
                  langit   dadu
                              mari!
                    rumput pisau batu kau
            kau kau kau kau kau kau kau
              kau kau kau kau kau kau kau
                                                                  (Atmazaki, 1993:99)

Tipografi  pada puisi di atas sangat unik karena masing-masing kata-katanya terlepas dan tidak membentuk suatu kalimat tertentu.  Bentuk dari puisi tersebut mewakili ide dan suasana hati sang penyair saat menciptakan puisi tersebut.

g.      Enjambemen
Enjambemen adalah pemutusan kata atau frase di ujung baris dan meletakkan sambungannya pada baris berikutnya (Atmazaki, 1993:28).  Enjambemen diperlukan oleh penyair untuk mengekspresikan pikiran penyair dan terkadang untuk memberikan fungsi ganda, hingga lebih memperkaya isi puisi (Sayuti, 1985:181).  Semua kata yang dipilih penyair telah diperhitungkan susunannya dan efeknya pada pembaca.  Berikut contohnya yang terdapat pada penggalan puisi “Monolith” karya Subagio.
                              MONOLITH
                 
Hebat
tiang utuh
menjulang di gigi langit
suram
sebuah bukit
terbentuk dari satu batu
oleh tangan beku
                                                                  (Atmazaki, 1993:25)


Pada puisi tersebut kata “suram” yang berdiri sendiri dalam puisi tersebut menerangkan kata “langit” yang berada di atasnya akan tetapi juga “suram” itu menerangkan suasana puisi secara keseluruhan (dalam Sayuti, 1985:182).
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com