Thursday, October 9, 2014

MEMBINA HUBUNGAN KELUARGA AGAR TETAP HARMONIS DAN TIRUAN BAGI MASYARAKAT

Kunci keberhasilan dalam kehidupan adalah "Mempertahankan Keluarga Harmonis 

Harta yang paling berharga adalah keluarga 
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga

Apa yang menjadi tujuan dalam suatu perkawinan ? 
Di dalam perkawinan terdapat aktivitas yang dilakukan oleh suami dan istri. Oleh karena itu dalam perkawinan (suami-istri) pasti mempunyai suatu tujuan, yaitu membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal. Keluarga dikatakan bahagia apabila dalam keluarga tersebut tidak terjadi konflik terus menerus atau ketegangan-ketegangan yang dapat menimbulkan pertengkaran-pertengkaran, sehingga keluarga berjalan "smooth" tanpa goncangan-goncangan yang berarti (free from quarelling).

Tujuh hal yang dapat kita persiapkan untuk dapat mengarungi perjalanan rumah tangga dengan baik dan lancar, adalah:

· PERTAMA, adalah Rumah Tangga. Rumah tangga disini diibaratkan sebagai sebuah kapal (bahtera) yang kokoh. Oleh karenanya dalam rumah tangga, harus dibangun atas dasar taqwa, cinta, suka sama suka dan didukung dengan kedua belah pihak keluarga yang merestui serta adanya ridho dari Tuhan Yang Maha Pencipta. Selain itu, harus adanya niat dan kebulatan tekad bahwa dalam berumah tangga itu harus berdasarkan ajaran agama yang dianut dan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan ini mudah-mudahan, rumah tangga akan menjadi kokoh. 

· KEDUA , adanya mesin yang betul-betul baik. Mesin yang dimaksud disini adalah Hati. Artinya bahwa suami istri harus memiliki tujuan yang sama dalam membangun rumah tangga. Berumah tangga bukan hanya sekedar untuk melepas nafsu birahi, melainkan harus memiliki tujuan untuk mencetak generasi-generasi bangsa yang baik, kuat dan tangguh serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa punya perasaan sehati, mungkin saja tujuan tidak akan tercapai. Maka dengan dasar ini, suami istri harus mengetahui dan memahami tentang kepribadian masing-masing.

·KETIGA, adalah dengan adanya bahan bakar yang cukup dan memadai. Bahan bakar yang dimaksud disini adalah Akhlak. Dalam berumah tangga, apabila hanya berbekal cinta dan perasaan saja, tanpa dibekali atau dibarengi dengan adanya akhlak yang mulia, jangan berandai-andai dapat menguasai medan perjuangan yang berat itu. Akhlak adalah pondasi utama dalam beragama. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa : ”tidaklah dikatakan dunia kecuali dengan agama dan tidaklah dikatakan agama kecuali dengan akhlak mulia”. Oleh karena itu kita harus membangun rumah tangga dengan akhlak yang mulia. Akhlak sebagai pondasi utama untuk membangun rumah tangga. Prinsip akhlak disini adalah saling menghargai, menghormati, menyayangi, bersikap dengan penuh senyum. 

·KEEMPAT, adalah membawa peta dan kompas sebagai pedoman perjalanan agar tidak tersesat dalam perjalanan. Dalam hal ini, Kitab suci agama adalah sebagai peta dan kompas. Sebagai pedoman agar tidak tersesat dalam perjalanan dan ketika kita menemukan kesulitan, keresahan dalam perjalanan rumah tangga, maka baca dan pahamilah kitab suci agama yang dianut kemudian kembalikan dan pasrahlah kepada Tuhan Yang Maha Menciptakan. Suami dan istri harus saling mengingatkan dan bekerjasama dalam menghadapi kesulitan hidup. Semua persoalan harus diselesaikan berdua dan ingatlah untuk selalu pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena ada ungkapan bahwa dengan selalu ingat kepada Tuhan, itu dapat dijadikan sebagai obat bagi kita, tetapi jika selalu ingat pada manusia itu adalah penyakit bagi kita. 

·KELIMA, adalah membawa peralatan yang memadai untuk mengantipasi macet. Dalam hal ini peralatan tersebut adalah Nasehat. Agama adalah nasehat, oleh karena itu kembalilah kepada ajaran agama yang dianut dalam menghadapi setiap persoalan, sehingga mudah terselesaikan. Maka dalam kehidupan rumah tangga, sepenuh apapun perasaan cinta suami pada istri atau sebaliknya, kesalahpahaman dan perselisihan (baik kecil maupun besar) mesti ada. Suami dan istri harus saling mengingatkan, saling menasehati dengan sabar antara keduanya untuk mencapai kebaikan. Selain itu, kita juga butuh nasehat-nasehat dari orang tua, tokoh agama, tokoh masyarakat, atau orang yang dianggap lebih berpengalaman, sebagai obat pencerahan dalam mencapai tujuan hidup yang mungkin salah dilakukan oleh kita. Dengan mendapatkan nasehat-nasehat akan tumbuh saling percaya, saling memaafkan, dan menghargai kesalahpahaman yang terjadi. 

·KEENAM, adalah nahkoda yang pandai, lihai, dan memiliki strategi untuk mengemudi kapal. Dalam rumah tangga, suami adalah sebagai nahkoda yang lihai. Suami harus pandai memainkan peranan, dapat menjadi panutan, cerdas melihat situasi, agar penumpang atau orang yang bersamanya merasa aman, tenang dan nyaman. Seorang suami harus memiliki ikhtiar dalam menjalankan perannya, sehingga seburuk apapun situasi dan kondisi yang dihadapinya, suami harus tenang, sabar, dan berserah diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Contoh perumpamaan adalah suami sebagai seorang nahkoda yang menghadapi cuaca yang buruk. Dia harus tetap tenang untuk mencapai tujuan, maka secara perlahan-lahan tapi pasti, dia akan lalui badai tersebut dan seluruh penumpang pasti akan menghormati dan menghargainya. Penghargaan itu akan datang dengan sendirinya, mungkin saja berupa ucapan terima kasih, mungkin ciuman, pelukan, bahkan dengan kepasrahan diri penumpang dan penumpang tersebut tiada lain adalah istri. 

·KETUJUH, adalah membawa bekal yang cukup dalam perjalanan. Kepasrahan, sebagai bekal yang cukup. Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, kita harus banyak berusaha (bekerja) dan berdoa mencari anugrah Tuhan untuk kehidupan akhirat, tetapi jangan lupa nasib (bagian) mu untuk kehidupan dunia dan berbuat baiklah sebagaimana Tuhan berbuat baik padamu”. Karena usaha atau bekerja tanpa do’a akan sia-sia, dan begitu juga sebaliknya do’a tanpa usaha atau bekerja adalah mimpi atau angan-angan belaka. Suami harus berusaha mencari nafkah untuk menghidupi istrinya. Suami dan istri harus dapat bekerja sama untuk melindungi perjalanan yang panjang, seorang suami selayaknya mengerti kebutuhan istri dan begitu pula sebaliknya selayaknya mengerti kebutuhan suami. Dengan demikian, akan terbangun sikap saling menghargai dan toleransi dalam berumah tangga. 

Beberapa tinjauan psikologis terhadap keluarga di antaranya dapat dinyatakan melalui aspek-aspek sebagai berikut:

· Kematangan emosi dan pikiran. Kematangan emosi seseorang akan terkait erat dengan pikirannya. Jika seseorang telah matang dan dapat mengendalikan emosinya, maka orang tersebut dapat berpikir secara jernih, tenang dan lebih obyektif dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan keluarganya. Contohnya, jika seorang suami mengalami benturan dan ketegangan dengan istrinya, maka ia harus dapat mengendalikan kemarahannya dengan tetap berpikir positif dan jernih, tenang dan obyektif dalam menyampaikan pendapatnya, tanpa membabi buta, sehingga ucapan-ucapannya pun tidak lepas kendali karena masih dalam pengendalian dirinya secara matang dan sebaliknya.

· Toleransi. Suami dan istri perlu mengembangkan sikap saling toleransi terhadap pasangannya masing-masing. Jika salah satu pihak merasa kurang dapat melaksanakan komitmen yang sudah dibuat dengan alasan yang kuat, sebaiknya pihak lain tidak memaksakan kehendaknya, apalagi menekan atau mengancam, tetapi sebaliknya diperlukan sikap toleran terhadap kendala yang dihadapi oleh pasangannya dalam keluarga. Contohnya, jika melihat istri merasa kurang "mood" melakukan hubungan seks karena kesehatannya agak terganggu, sebaiknya suami bersikap toleran terhadap perasaan istri. Demikian juga sebaliknya, seandainya istri melihat suaminya sibuk, maka ia berusaha untuk bersikap toleran terhadap kesibukkan suami.

· Perhatian. Munculnya sikap saling perhatian antara suami dan istri karena adanya rasa kasih sayang yang menganggap bahwa pasangannya adalah yang terpenting dalam kehidupan keluarga mereka. Saling perhatian yang terjalin di antara suami-istri akan sangat membantu mereka untuk berkembang dan menjadikan seseorang mempunyai daya tarik tersendiri. Contoh, pada waktu suami berangkat ke kantor, istri mempersiapkan keperluan suami baik berupa perlengkapan pakaian maupun sarapan pagi. Sebaliknya, jika istri membutuhkan pergi berbelanja ke pasar atau mall, maka suami seharusnya bersedia untuk mengantar dan mendampinginya.

· Pengertian. Menciptakan hubungan saling pengertian di antara suami dan istri, dapat menjadi salah satu pijakan untuk memahami kekuatan dan kelemahan pasangan masing-masing. Contohnya, jika suami menghendaki istrinya menjadi pengelola keuangan rumah tangga, maka istri perlu mengatur dengan cermat agar tidak timbul masalah di kemudian hari dan sebaliknya. Jika istri mempunyai kebiasaan mengatur kebersihan rumah agar selalu tampak rapi, maka suami pun perlu mengimbanginya. Atau contoh lain, jika suami mempunyai kebiasaan tidur sambil mendengkur, maka istri perlu memahaminya agar ia dapat menyesuaikan dirinya dan sebaliknya.

· Penerimaan. Sikap menerima terhadap kekurangan sangat perlu, supaya tidak menimbulkan kekesalan. Disamping itu, kekecewaan yang disebabkan kegagalan dan tidak tercapainya harapan dapat merusak suasana rumah tangga jika tidak diterima dengan lapang dada. Contoh, seorang suami yang sudah berusaha keras untuk menopang kehidupan selalu bekerja keras. Namun, usaha kerja keras suami seringkali tidak membuahkan hasil yang nyata untuk menopang kehidupan keluarga. Dalam waktu yang bersamaan jika istrinya terus menerus mengutarakan kekecewaan kepada suaminya, maka lambat laun suaminya menjadi jengkel dan kesal yang akhirnya dapat merusak hubungan kedua belah pihak dalam keluarga. Tetapi, jika istri dapat menerima semua kegagalan yang dihadapi suaminya, maka suaminya pun akan merasa senang dan tenang karena istrinya dapat memahami kegagalannya, sehingga kedua pihak dapat membangun rumah tangga yang lebih nyaman, tentram dan bahagia.

· Kepercayaan. Suami dan istri yang saling percaya tanpa menaruh kecurigaan akan membantu memperlancar tercapainya tujuan komunikasi. Pernyataan, pendapat, atau komitmen masing-masing pasangan yang secara meyakinkan dapat dipercaya dan diandalkan, dapat membuat kedua pihak lebih tenang dalam menjalankan aktivitas mereka masing- masing dan menjadi lebih solid dalam membangun rumah tangga. Contohnya, jika kedua pasangan tidak menaruh kepercayaan dan terus menerus curiga satu sama lain, maka akan menghambat tujuan komunikasi yang diharapkan. Akhirnya, dapat menjerumuskan suami dan istri masuk dalam jurang yang semakin tidak nyaman, jauh dari kemesraan, dan komunikasi menjadi terputus karena kedua pihak ingin memuaskan keinginan mereka sendiri.

Jadi dapat kita simpulkan dari penjelasan di atas adalah dalam usaha untuk mencapai keluarga bahagia dan harmonis, maka pasangan diharapkan mempunyai tujuan yang jelas dalam berumah tangga. Kemudian dapat memenuhi kebutuhan yang diharapkan serta menciptakan komunikasi yang kondusif di antara suami dan istri. Tinjauan psikologis dan pertimbangan kematangan emosi dan pikiran, saling toleransi, saling perhatian, saling mengerti, saling menerima, dan saling meningkatkan kepercayaan antara suami-istri dan anak adalah penting dalam kehidupan keluarga terutama dalam mengatasi hambatan-hambatan yang seringkali muncul dalam kehidupan rumah tangga
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com