Thursday, January 5, 2017

Hubungan Curah Hujan terhadap Produksi Kelapa Sawit

Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan dan Umur Tanaman Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit 

Hubungan curah hujan, hari hujan dan produksi ini hanya berlangsung pada saat tanaman kelapa sawit mengalami proses penyerbukan. Apabila pada saat tanaman kelapa sawit mengalami proses penyerbukan, jumlah hari hujan yang tinggi dapat mempengaruhi penyerbukan pada tahun ke depannya karena bunga pada penyerbukan tersebut tidak menjadi buah yang menyebabkan bakal buah gugur (Purba, 2006). 

Menurut hasil penelitian Sevitha (2013) di Serawak Damai Estate (SDME), PT Windu Nabatindo Lestari (WNL), Bumitama Guna Jaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dari hasil analisis regresi linear berganda dan diuji asumsi pada 24 bulan sebelum panen (BSP) pada tahun 2010 terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas yaitu suhu, kecepatan angin, hari hujan, umur tanaman, dan tenaga kerja. Hasil pendugaan model diperoleh nilai F-hitung sebesar 124,45, dan nilai signifikansi pada uji ini adalah 0,001 yang berpengaruh signifkan pada alpha 5%. Nilai koefisien determinasi (R2) setelah diregresi didapat sebesar 99,7 %. Hal ini berarti bahwa 99,7% variasi produktivitas dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel yang digunakan dan sisanya sebesar 0,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model. 

Berdasarkan penelitian Yunita (2010) yang menyatakan bahwa penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit kebun Sei Lala PT Tunggal Perkasa Plantations Indragiri Hulu Riau, dipengaruhi oleh curah hujan. Produktivitas tanaman kelapa sawit terbesar diperoleh saat curah hujan terbesar pula (curah hujan > 100 mm/bulan). Akan tetapi pada curah hujan 60–100 mm/bulan produktivitas tanaman kelapa sawit yang dihasilkan lebih kecil daripada produktivitas tanaman pada curah hujan < 60 mm/bulan. 

Kekeringan dengan defisit air di atas 250 mm pertahun akan mengakibatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit terganggu yang berlangsung sampai 2–3 tahun ke depan. Sebagai contoh, produksi tandan buah segar di Kebun Bekri (Lampung) menurun akibat kekeringan pada musim kemarau panjang yang terjadi pada tahun 1982. Penurunan tersebut 5–11 % pada tahun berjalan, 14–55 % pada tahun 1983, dan 4–30 % pada tahun 1984 (Lubis, 1992). 

Berdasarkan penelitian Prihutami (2011) di Sungai Bahaur Estate Kalimantan Tengah, yang menyatakan bahwa umur tanaman memiliki peranan yang sangat penting terhadap produksi TBS kelapa sawit. Hasil analisis menunjukkan umur tanaman 7-11 tahun memberikan pengaruh terbaik terhadap produksi TBS. Tanaman kelapa sawit pada umur 7-11 tahun dapat mencapai produksi optimum dengan jumlah TBS yang dihasikan banyak dan berat janjang yang dihasilkan juga cukup tinggi sehingga berpengaruh kepada pencapaian produksi TBS per hektarnya yang tinggi pula. 

Berdasarkan penelitian Pasaribu et al (2012) di perkebunan kelapa sawit di PPKS sub unit Kaliantan Kebun Riau, besar kecilnya curah hujan sangat mempengaruhi nilai lolosan tajuk dan aliran batang serta intersepsi yang terjadi setiap bulannya. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa lolosan tajuk pada tegakan kelapa sawit cukup tinggi di wilayah ini. Pada bulan Desember 2009 nilai lolosan tajuk mencapai 353,9 mm. Tingginya nilai lolosan tajuk pada bulan ini dikarenakan oleh tingginya curah hujan pada bulan tersebut. Sebaliknya pada bulan Juni 2011 memiliki curah hujan yang rendah sehingga perolehan nilai lolosan tajuk pada bulan ini hanya sebesar 2,2 mm. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai hujan turun. 

Berdasarkan penelitian Simanjuntak (2013) di PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk kebun Begerpang Estate, Provinsi Sumatera Utara yang menyatakan bahwa curah hujan dan hari hujan berpengaruh signifikan terhadap produksi TBS pada tanaman berumur 5 tahun. Hal ini diduga disebabkan oleh produksi TBS dipengaruhi oleh besarnya curah hujan yang terjadi. Besarnya curah hujan yang terjadi pada saat ini akan mempengaruhi besarnya produksi tanaman kelapa sawit pada beberapa waktu ke depan karena berhubungan dengan proses pembungaan dan pematangan buah pada tanaman kelapa sawit. Peningkatan curah hujan yang merata setiap tahun dapat menaikkan produksi karena buah merah semakin cepat memberondol dan mendorong pembentukan bunga selanjutnya. 
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com