Thursday, October 15, 2009

Metode Pembelajaran Berbasis Kompetensi


1. Metode Pembelajaran Berbasis Kompetensi - 1.1. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Kompetensi : Kegiatan pembelajaran dalam KBK diarahkan untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap individu. Oleh sebab proses pembelajaran harus berorientasi pada siswa. Artinya guru harus menempatkan siswa sebagai subjek belajar bukan sebagai objek.

Dalam pemberian kompetensi dan pengetahuan kepada siswa dalam proses belajar mengajar, digunakan Metode Pembelajaran Berbasis Kompetensi yang digunakan oleh guru untuk mentransfer ilmu pengetahuannya.

Menurut Nanan (2006 : 76 ) Bahwa “Metode pengajaran adalah cara-cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan interaksi dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.”

Selanjutnya Hasibuan (2004 : 5) berpendapat bahwa “Metode mengajar adalah alat dan cara dalam melaksanakan suatu strategi belajar mengajar.”

Sedangkan menurut Surakhmad (2001 : 45 ) “Metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan dari pada proses pengajaran, atau soal bagaimana tekhnisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid disekolah.”

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode belajar adalah cara atau alat untuk mencapai suatu tujuan. Makin tepat metode yang diberikan, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut.

Pendidikan berbasis kompetensi menitik beratkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan kompetensi suatu tugas-tugas tertentu sesuai dengan standart performance yang telah ditetapkan.

Dalam dokumen kurikulum 2004 dirumuskan bahwa “Kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan.” ( Depdiknas 2002:54 ).

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kurikulum sebagai suatu rencana, ini berarti bahwa Metode pembelajaran berbasis kompetensi ditekankan pada kompetensi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Sedangkan masalah bagaimana cara mencapainya secara operasional diserahkan kepada guru di lapangan. Dalam metode KBK tidak secara khusus dijelaskan apa yang harus dilakukan guru untuk mencapai kompetensi tertentu. Kurikulum Berbasis Kompetensi hanya memberikan petunjuk-petunjuk secara umum bagaimana seharusnya metode pembelajaran diterapkan oleh setiap guru.

1.2. Aspek Yang Terkandung Dalam Metode Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Kompetensi adalah suatu pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa dalam berprilaku kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Artinya tanpa pengetahuan dan sikap tidak mungkin muncul suatu kompetensi tertentu.

Menurut Gordon ( 2002 : 68 ) Aspek yang terkandung dalam Metode Pembelajaran Berbasis Kompetensi yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan seseorang untuk melakukan sesuatu, misalnya akan dapat proses berpikir ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki pengetahuan yang memadai tentang langkah - langkah berpikir ilmiah.

2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya siswa hanya mungkin dapat memecahkan masalah ekonomi manakala ia memahami konsep konsep ekonomi.

3. Ketrampilan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas yang dibebankan. Misalnya siswa hanya mungkin dapat melakukan pengamatan tentang mikro organisme manakala ia memiliki ketrampilan bagaimana cara menggunakan microscope sebagai alat.

4. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya. Misalnya standar perilaku siswa dalam melaksanakan proses berpikir seperti keterbukaan, kejujuran, demokratis , kasih sayang dan lain sebagainya.

5. Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak senang terhadap munculnya aturan baru, reaksi terhadap diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi dan lain sebagainya.

6. Minas (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari dan memperdalam materi pelajaran.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran berbasis kompetensi bukan hanya sekedar agar siswa memahami materi pelajaran untuk mengembangkan kemampuan intelektual saja akan tetapi bagaimana pengetahuan yang dipahaminya itu dapat mewarnai perilaku yang ditampilkan dalam kehidupannya sehari-hari.

1.3. Karakteristik Metode Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Dalam konteks pembelajaran yang bermakna proses pembelajaran disekolah harus menjadi pengalaman bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan belajarnya di masyarakat. Siswa dituntut untuk terus belajar sesuai dengan tantangan masyarakat yang terus berubah.

Menurut Depdiknas (2002 : 78) mengemukakan bahwa karakteristik metode pembelajaran berbasis kompetensi yaitu :
Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa secara individual maupun secara klasikal. Ini mengandung pengertian bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi menekankan kepada ketercapaian kompetensi. Artinya isi KBK pada intinya adalah sejumlah kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, kompetensi inilah yang selanjutnya dinamakan standar minimal atau kemampuan dasar.
Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Ini artinya, keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang selanjutnya dijadikan acuan apakah kompetensi yang diharapkan sudah tercapai atau belum. Proses pencapaian hasil belajar itu tentu saja sangat tergantung pada kemampuan siswa. Sebab diyakini, siswa memiliki kemampuan dan kecepatan yang berbeda.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode bervariasi. Artinya sesuai dengan keberagaman siswa, maka metode yang digunakan dalam proses pembelajaran harus bersifat multimode. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang kemampuan berpikir siswa. Bahwa belajar sebagai proses menerima informasi dari guru, dalam KBK harus ditinggalkan. Belajar adalah proses mencari dan menemukan.
Sumber belajar bukan hanya guru , tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi sumber edukatif. Artinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi, dewasa ini siswa bisa belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang tersedia. Guru, dalam pembelajaran KBK, guru bukan satu-satunya sumber belajar. Guru berperan hanya sebagai fasilitator untuk mempermudah siswa belajar dari berbagai macam sumber belajar.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Artinya, keberhasilan pembelajaran KBK tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai isi atau materi pelajaran, akan tetapi juga bagaimana cara mereka menguasai bahan pelajaran tersebut. Oleh sebab itu, KBK menempatkan hasil dan proses belajar sebagai dua sisi yang sama pentingnya.

Setelah memahami dari karakteristik di atas dapat diambil kesimpulan bahwa apa yang harus dicapai oleh metode belajar berbasis kompetensi ialah mengembangkan potensi peserta didik untuk mengadapi perannya di masa datang dengan mengembangkan sejumlah kecakapan hidup (life skill), kecakapan hidup (life skill) adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani mengadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

1.4. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Sebagai kurikulum yang menekankan kepada pencapaian kompetensi metode pembelajaran berbasis kompetensi memiliki implikasi tertentu terhadap proses pembelajaran yang mesti dilakukan oleh guru dan siswa. Dalam konteks KBK, mengajar tidak diartikan sebagai proses penyampain ilmu pengetahuan kepada siswa saja akan tetapi mengajar harus dipandang sebagai proses pengaturan lingkungan agar siswa belajar. implikasi ini sangat penting artinya, sebab akan mempengaruhi berbagai tindakan guru dalam pengelolaan pembelajaran, baik dalam pengembangan strategi pembelajaran termasuk di dalamnya metode pembelajaran maupun penggunaan berbagai sumber belajar.

Sesuai dengan makna tersebut ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan metode pembelajaran berbasis kompetensi agar tujuan dari metode yang digunakan agar tercapai.

Menurut Sanjaya ( 2008:30) prinsip-prinsip tersebut ialah :
1. Berpusat kepada siswa 
Prinsip ini mengandung makna, bahwa dalam proses pembelajaran siswa menempati posisi sentral sebagai subjek belajar. Keberhasilan proses metode pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana materi pelajaran telah disampaikan guru akan tetapi sejauh mana telah beraktifitas mencari dan menemukan materi pelajaran sendiri. Inilah makna metode pembelajaran yang menekankan kepada proses ( process oriented ).

2. Belajar Dengan Melakukan 
Prinsip ini mengandung makna, bahwa belajar bukan hanya mendengarkan, mencatat sambil duduk di bangku, akan tetapi belajar adalah proses beraktifitas, belajar adalah berbuat (learning by doing). Dengan beraktifitas, siswa dengan cara menghafal, akan tetapi bagaimana memperoleh dan menemukan.

3. Mengembangkan Kemampuan Sosial 
Manusia adalah mahkluk sosial. Sejak mulai lahir sampai akhir hayatnya, manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri. Ia selamanya pasti membutuhkan komunikasi dan bantuan dari orang lain. Oleh karena, kenyataan semacam inilah, maka proses metode pembelajaran bukan hanya mengembangkan kemampuan intelektual akan tetapi kemampuan sosial.

4. Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi dan Fitrah 
Rasa keingintahuan adalah salah satu fitrah yang dimiliki manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Oleh karena itulah proses metode pembelajaran harus mampu melatih kepekaan dan keingintahuan setiap individu terhadap segala sesuatu yang terjadi. Proses pembelajaran yang dimulai dan didorong oleh rasa ingin tahu, akan lebih bermakna dan bertenaga, dibandingkan dengan proses pembelajaran yang berangkat dari keterpaksaan.

5. Mengembangkan Ketrampilan Pemecahan Masalah 
Pembelajaran adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah. Sekecil apa pun kehidupan manusia tidak akan terlepas permasalahan yang harus diselesaikan. Oleh sebab itu, pengetahuan yang diperoleh mestinya dapat dijadikan sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Metode belajar berbasis kompetensi mengampakan siswa menjadi siswa yang kritis yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

6. Mengembangkan Kreatifitas Siswa 

Membentuk manusia yang kreatif dan inovatif merupakan salah satu tujuan dari KBK. Selama ini kurikulum yang berlaku dianggap kurang mengembangkan aspek kreatifitas siswa. Metode belajar berbasis kompetensi mengampkan kemampuan siswa dalam penguasaan pengetahuan itu mestinya dapat dijadikan alat untuk mendorong kreatifitas siswa.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa proses metode pembelajaran berbasis kompetensi harus memberikan peluang kepada siswa agar mereka secara langsung dapat berpatisipasi secara langsung dalam proses pembelajaran. Dengan demikian guru harus bertindak sebagai pengelola proses belajar, bukan bertindak sebagai sumber belajar. Guru perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk mereflesi apa yang telah dilakukannya. Dengan demikian pembelajaran bukan hanya mendorong siswa untuk melakukan tindakan saja, akan tetapi menghayati berbagai tindakan yang telah dilakukannya. Proses pembelajaran harus mempertimbangkan perbedaan individual. Hal ini didasarkan pada satu asumsi bahwa tidak ada manusia yang sama baik dalam minat, bakat maupun kemampuannya.

1.5. Makna Metode Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Dalam istilah pembelajaran, guru tetap harus berperan secara optimal demikian juga halnya dengan siswa. Sebagai contoh ketika guru menentukan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode buzz group (diskusi kelompok kecil), yang lebih menekankan kepada aktifitas siswa, maka tidak berarti peran guru semakin kecil. Guru akan tetap dituntut berperan secara optimal agar proses pembelajaran dengan buzz group itu berlangsung dengan baik dan optimal. Demikian juga sebaliknya ketika guru menggunakan pendekatan eksposotori (metode ceramah) dalam pembelajaran, tidak berarti peran siswa menjadi semakin kecil. Guru dan siswa harus tetap berperan secara optimal dalam rangka menguasai dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Dengan demikian Sanjaya ( 2008 : 81 ) berpendapat makna dari metode pembelajaran berbasis kompetensi tersebut ialah :
Metode pembelajaran berbasis kompetensi adalah metode yang membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuannya ialah untuk menyediakan pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta. Oleh karena itu, proses pembelajaran berbasis kompetensi menuntut aktivitas siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri.
Ada tiga pengetahuan yang harus dicapai oleh siswa dalam menggunakan metode belajar berbasis kompetensi yaitu pengetahuan fisis, sosial dan logika.
Metode pembelajaran berbasis kompetensi harus melibatkan peran lingkungan sosial. Anak akan lebih baik mempelajari pengetahuan logika dan sosial dari temannya sendiri. Melalui pergaulan dan hubungan sosial, anak akan belajar lebih efektif dibandingkan dengan belajar yang jauh dari lingkungan sosial.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran berbasis kompetensi bahwa dalam kurikulum berbasis kompetensi belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dapat diartikan bahwa dengan metode belajar berbasis kompetensi yang diberikan guru kepada siswa maka siswa dapat memecahkan masalah dilingkungannya yaitu masyarakat.

1.6. Indikator Keberhasilan Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Perubahan kurikulum dari kurikulum yang berorientasi pada isi pelajaran (content based curriculum) menjadi kurikulum yang berorientasi pada kompetensi ( competency based curriculum) memiliki konsekuensi terhadap berbagai aspek pembelajaran disekolah. Konsekuensi tersebut bukan hanya pada implementasi atau proses pembelajaran, akan tetapi juga pada penetapan kriteria keberhasilan. Dengan demikian dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi guru, dituntut untuk dapat menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi.

Dalam penetapan kriteria keberhasilan, kalau kurikulum sebelumnya kriteria ditetapkan oleh sejauh mans pengusaan siswa terhadap materi pelajaran, sekarang dalam kurikulum berbasis kompetensi keberhasilan ditentukan lebih dari itu, yaitu bagaimana materi pelajaran yang telah dikuasai itu berdampak pada perubahan perilaku atau performance siswa sehari-hari. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan kemampuan yang memadai baik secara konseptual maupun secara pratikal dalam bidang evaluasi pembelajar berbasis kompetensi untuk menentukan apakah penguasaan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran telah berhasil dikuasai siswa atau belum.

Menurut Sanjaya ( 2008 : 180 ) ada dua hal yang penting dalam memahami evaluasi metode pembelajaran berbasis kompetensi yaitu :
Evaluasi merupakan kegiatan integral dalam, suatu proses pembelajaran. Artinya kegiatan evaluasi ditempatkan sebagai kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Sebab evaluasi dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi sebagai upaya untuk memantau perkembangan siswa baik perkembangan kemampuan maupun perkembangan mental dan kejiwaan.
Evaluasi bukan hanya tanggung jawab guru, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab siswa. Artinya dalam proses evaluasi siswa dilibatkan oleh guru, sehingga mereka memiliki diri dalam proses pembelajaran.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam evaluasi digunakan untuk melihat sejauh mana siswa telah berhasil menguasai tujuan pembelajaran yang diajarkan oleh guru, akan tetapi evaluasi juga berfungsi bagi guru sebagai umpan batik dalam perbaikan metode belajar yang berlandaskan berbasis kompetensi.

Evaluasi untuk program pelaksanaan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi disekolah memerlukan indikator keberhasilan sebagai tolak ukur pencapaian pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.

Depdiknas (2002 : 70) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan peneparan kurikulum berbasis kompetensi mencakup :
Indikator keberhasilan sosialisasi kurikulum berbasis kompetensi ke sekolah-sekolah di masing-masing daerah.
Indikator keberhasilan menyusun silabus.
Indikator keberhasilan penyusunan rencana. pembelajaran.
Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Indikator penggunaan sumber belajar.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan indikator yang telah ditetapkan tersebut diatas, bahwa pecan guru sangat penting dalam keberhasilan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi sehingga pelaksanaan kurikulum di setiap sekolah bedalan dengan baik.

2. Prestasi Belajar
2.1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar sering diartikan dengan hasil yang dicapai dari perbuatan belajar atau nilai diperoleh dalam belajar. Sedangkan belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang.

Menurut Slameto (2003 : 6) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Hamalik (2004 : 27)mengemukakan “Belajar adalah suatu bentuk perubahan pada diri anak yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru dikatakan berpengalaman dan latihan.”

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku karena adanya interaksi dengan lingkungan. Seseorang yang belajar tentu akan mengalami perubahan dalam dirinya. Hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar. Prestasi belajar mempunyai arti yang sangat penting karena merupakan tujuan yang akan dicapai.

Menurut Syah ( 2004 : 213) “Prestasi belajar adalah pengungkapan hasil yang ideal meliputi ranch psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.”

Selanjutnya Hamalik (2004 : 30) mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah siswa mengikuti program pengajaran dalam bidang studi tertentu.”

Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar seorang siswa adalah hasil belajar yang dilakukan dalam, jangka waktu tertentu atau kemampuan siswa dalam menjawab atau menyelesaikan tugas-tugasnya secara maksimal maupun minimal. Pada prinsipnya prestasi belajar siswa dapat diamati dan diukur. Pengukuran hasil belajar diberikan nilai dalam bentuk angka atau huruf. Untuk me,ngukur prestasi belajar digunakan nilai prestasi yang merupakan hasil belajar yang diperoleh setelah adanya proses belajar dari siswa.

Jadi, prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh siswa selama proses belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk angka atau pun huruf yang berasal dari test yang dilakukan. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau nilai rata-rata, yang dicapai siswa dari kegiatan belajar mengajar.

2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar ada dua faktor yang dominant dan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor saling berinteraksi artinya kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi seseorang yang sedang belajar.

Slameto (2003 : 37) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :
a. Faktor Internal; Yang mempengaruhi faktor internal yaitu : faktor jasmani dan faktor psikologi.
b. Faktor Eksternal; Yang termasuk faktor eksternal yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan masyarakat.

Faktor diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Faktor Internal
Faktor jasmani yaitu meliputi segala yang berhubungan dengan keadaan fisik dan jasmani yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan antara lain kondisi fisik dan kondisi kesehatan.

Faktor psikologi yaitu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seperti kondisi mental yang stabil, selain itu, juga keberhasilan belajar dipengaruhi juga dengan intelegensi, bakat dan daya konsentrasi.

b. Faktor Eksternal
Faktor lingkungan keluarga yaitu lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang dan menentukan keberhasilan belajar. Faktor sekolah yaitu salah satu yang mutlak dalam satu sekolah, harus ada displin dan tata tertib yang ditegakkan secara konsisten. Kondisi lingkungan sekolah juga dapat mempengruhi kondisi belajar antara lain adanya guru yang berkompeten, sarana dan prasarana yang memadai.

Lingkungan masyarakat yaitu lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena siswa di masyarakat. Contohnya teman sepergaulan dan bentuk lingkungan masyarakat.

Kerangka Berpikir
Metode pembelajaran berbasis kompetensi merupakan metode yang digunakan oleh guru yang terdiri dari rencana pengajaran dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang hares dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Metode belajar berbasis kompetensi merupakan pertanyaan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus mqnggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.

Seorang siswa dikatakan belajar tentang sesuatu apabila terjadi perubahan dalam dirinya. Perubahan dalam dirinya dapat diukur oleh guru melalui evaluasi sesuai jangka waktu yang telah ditentukan. Hasil belajar inilah yang akan menentukan prestasinya dalam belajar, apakah prestasinya rendah atau tinggi.

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang dinyatakan dalam raport dalam bentuk angka-angka dan gambaran dari kualitas pencapaian tujuan belajar. Untuk itu dalam mencapai prestasi belajar yang lebih baik maka diharapkan kepada guru untuk menggunakan metode belajar yang lebih baik juga yaitu dengan metode belajar berbasis kompetensi.

Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : 

“Terdapat Pengaruh Yang Positif Dan Signifikan Antara Metode Pembelajaran Berbasis Kompetensi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Negeri I Model Patumbak Medan Amplas Tahun Ajaran 2007 / 2008 ?.”

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Dalam Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta
Dalyono, M. 2001. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Departeman Pendidikan Nasional.2002. Kurikulum 2004, Kerangka Dasar. Jakarta: Puskut Balitbang
Depdikbud, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Fuchan, Arief 1992 Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Gordon, Peter. 2002. Metode Kurikulum dalam Pengajaran. New york: University Press
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hasibuhan, JJ dan Moediono. 2004. Proses Belajar Mengajar Ketrampilan Dasar Pengajaran Mikro, Bandung : Remaja Karya.
Idi, Aboillah. 2002. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Jakarta: Gaya Media Pratama
Mulyana, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK, Bandung : Remaja Rosda Karya
Nana Sudjana dan Dadang Arifin. 2006. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru.
Nanan, Gunawan. 2006. Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar
Nasution, S. 2001. Berbagai Pendekatan Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bina Rineka CiptaSanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Prenada Media Group
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com