Friday, February 8, 2013

Teknis Budidaya Tanaman Karet

TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN KARET

Disampaikan pada :
Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pengawalan Peremajaan Karet Non Revitalisasi Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara
Medan, 21 Nopember 2008

BALAI PENELITIAN SUNGEI PUTIH
PUSAT PENELITIAN KARET INDONESIA
2008
TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN KARET

Aidi Daslin Sagala
Balai Penelitian Sungei Putih
Pusat Penelitian Karet


PENDAHULUAN
Tanaman karet (Hevea brasilliensis ) adalah merupakan tanaman tahunan. Satu siklus tanam yang dihitung dari saat menanam di lapangan sampai peremajaan memakan waktu  25 tahun. Hal ini berarti bahwa pemilihan bahan tanam/bibit tanaman dilakukan sekali dalam 25 tahun. Pemilihan bahan tanam harus dipertimbangkan secara cermat karena adanya kekeliruan dalam pemilihan bahan tanam akan berdampak negatif terhadap perkebunan dan terhadap usaha karet alam nasional.

Bahan tanam karet yang dianjurkan adalah bahan tanam klon yang diperbanyak secara okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan tanam klon sangat menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa tanaman belum menghasilkan lebih cepat, keseragaman tanaman lebih besar sehingga produksi pada tahun sadap pertama lebih tinggi serta memiliki sifat sekunder yang diinginkan seperti relatif tahan terhadap penyakit tertentu, batang tegap, volume kayu per pohon tinggi dll.

Berkat kerja keras para pemulia tanaman karet, telah ditemukan klon-klon berpotensi produksi tinggi seperti klon RRIC 100, IRR 39, IRR 32, PB 330, PB 260, PB 340, BPM 109, IRR 118 dll. Produktivitas klon tersebut akan terwujud sepenuhnya di lapangan jika digunakan bahan tanam yang bermutu baik, serta diikuti dengan penerapan kultur teknik anjuran di lapangan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa rata-rata produksi secara komersial adalah jauh dibawah potensi produksi klon. Produksi riel yang dicapai sekarang adalah 1.000- 1.500 kg karet kering/ha/tahun, sementara potensi klon dapat mencapai  2.500 kg karet kering/ha/tahun. Adanya kesenjangan tersebut diakibatkan oleh banyak faktor dan salah satu diantaranya adalah mutu bahan tanam. Bahan tanam bermutu baik ialah bahan tanam yang telah dianjurkan, berproduksi tinggi sesuai dengan potensinya, pertumbuhan cepat dan seragam sehingga dapat mempersingkat masa tanaman belum menghasilkan dan produksi pada awal penyadapan adalah tinggi.
Mengikuti norma-norma dan urutan pekerjaan dalam setiap tahap kegiatan dalam pengadaan bahan tanam adalah cara satu satunya untuk mendapatkan bahan tanam karet yang bermutu baik. Pekerjaan dari sejak pemilihan biji untuk batang bawah, pengecambahan, pembibitan batang bawah, pelaksanaan okulasi, pemilihan entres sampai pembibitan tanaman di polibeg harus mengikuti norma-norma yang telah ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut saling terkait, sehingga saling mempengaruhi satu sama lain. Kesalahan dalam pelaksanaan satu jenis kegiatan dapat menghasilkan bahan tanam yang tidak bermutu baik. Salah satu contoh yang paling nyata ialah jika mutu batang bawah yang dipakai tidak sesuai (dalam hal ini menyangkut mutu fisik, fisiologi dan genetik ), maka walaupun dilakukan okulasi dengan klon anjuran, produksi karet kering yang diperoleh dapat berkurang sebesar 15%-20% dari potensi klonnya. Banyak praktisi kurang menyadari hal ini karena menganggap bahwa hanya dengan melakukan okulasi, sudah dipeloleh bahan tanam bermutu baik.


Untuk mendapatkan bahan tanam yang bermutu baik, dibawah ini akan diuraikan urutan pekerjaan, norma-norma yang perlu diperhatikan dalam proses pengadaannya serta standar mutu benih yang dihasilkan. Jika semua standar mutu pada setiap kegiatan telah diterapkan, dapat dipastikan bahwa masa TBM menjadi lebih singkat 5-10 bulan dan produksi pada tahun sadap pertama meningkat 110-500 kg/ha/tahun. Potensi klon akan terealisasi secara komersial jika digunakan bahan tanam bermutu baik dan dipelihara di lapangan menurut standar kultur teknik.


PEMBIBITAN BATANG BAWAH

Penyiapan lahan bibitan
Persiapan dan pengolahan lahan yang baik akan mendukung dalam menghasilkan bahan tanam yang bermutu. Pengolahan lahan yang tidak baik akan menghasilkan tanaman yang berakar bengkok/tidak sempurna. Beberapa syarat yang baik untuk areal bibitan adalah :
 Lahan rata, jika terpaksa harus menggunakan lahan yang miring maka harus dibuat teras gulud atau rorak untuk memperkecil erosi tanah, dengan catatan bahwa kemiringan maksimum 3%.
 Dekat sumber air
 Jauh dari jangkauan hewan ternak
 Dekat dengan jalan agar mudah dalam pengangkutan

Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara mekanis dengan menggunakan traktor (untuk bibitan skala besar) atau secara manual dengan mengunakan cangkul (untuk bibitan skala kecil).
 Secara mekanis
Pengolahan lahan secara mekanis dapat dilakukan dengan dua kali bajak dengan selang waktu tiga minggu dan dua kali garu dengan selang waktu satu minggu pada kedalaman 40-50 cm.
 Secara manual
Pengolahan lahan secara manual dapat dilakukan dengan cara mencangkul dengan kedalaman olah 40 cm – 50 cm

Hal yang perlu diperhatikan pada saat penyiapan lahan adalah lahan harus terbebas/bersih dari sisa-sisa akar dan kayu untuk mencegah penyebaran penyakit jamur akar putih. Setelah lahan siap tanam langkah selanjutnya adalah pengajiran/pemancangan yang disesuaikan dengan jarak tanam yang diinginkan. Jarak tanam yang biasa digunakan adalah pola tanam segi empat jarak tanam 25 cm x 25 cm x 50 cm (jarak tanam ganda), dalam satu hektar terdapat 100.000 tegakan

25 cm 50 cm 25 cm
0
0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
Skema pola tanam segiempat

Pengumpulan dan Seleksi Biji
Untuk mendapatkan batang bawah yang baik, sumber biji yang digunakan juga harus baik. Biji berasal dari kebun monoklonal yang sudah berumur 10 – 20 tahun. Biji untuk batang bawah dianjurkan oleh Pusat Penelitian Karet yang berasal dari klon GT 1, AVROS 2037, PB 260 dan RRIC 100. Kebun sumber biji hendaknya mendapat perlakuan sebagai berikut : Satu bulan sebelum buah jatuh areal di bawah pohon dibersihkan dan dibebaskan dengan biji-biji yang lama. Kemudian pengumpulan biji dilakukan secara serentak setiap dua hari sekali. Biji yang sudah terkumpul tidak semuanya bernas dan berisi adakalanya kopong dan tidak bagus, untuk itu perlu dilakukan seleksi biji. Biji dapat diperoleh langsung dari Pusat Penelitian Karet di Sungei Putih atau dari penangkar benih resmi.

Seleksi biji dapat dilakukan secara manual dan visual dan menggunakan alat pental biji karet. Apabila dilakukan seleksi secara manual maka biji mempunyai ciri sebagai berikut :
 Warna mengkilat
 Permukaanya licin
 Bentuk normal
 Daya lentingnya tinggi dan nyaring apabila dijatuhkan di lantai
Uji kesegaran secara visual dapat dilakukan dengan cara membelah biji dan diamati endosperm dan kotiledonnya.

Biji yang baik mempunyai ciri sebagai berikut :
 Apabila dibelah endosperm menunjukkan warna putih dan masih segar, serta kotiledon masih rapat (Kelas I).
 Endosperm berwarna putih agak kekuningan, kotiledon terbuka tidak lebih dari 1 mm (Kelas II).
 Jika endosperm berwarna kuning, kuning kehitaman serta lembek, berminyak maka biji sudah jelek dan tidak akan mampu tumbuh menjadi kecambah normal (biji afkir).
Dalam penyimpanan biji karet kadar air awal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya tumbuh biji. Sebaiknya biji yang telah jatuh lebih dari tiga hari, dapat dilakukan perendaman satu malam sebelum disimpan untuk meningkatkan kadar air. Penyimpanan cukup dilakukan di area yang terlindung dari sinar matahari langsung, lama penyimpanan dapat mencapai 1 minggu dengan daya tumbuh 60%. Untuk pengiriman jarak jauh, pengawetan biji dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk gergaji yang lembab. Volume serbuk gergaji yang dipakai 1/2 dari volume biji karet.

Pengecambahan/Penyemaian biji
Biji yang sudah dipilih dan diseleksi harus segera dikecambahkan dalam bedeng perkecambahan. Biji karet harus disemaikan dalam suatu media yang lembab dan tidak terkena sinar matahari langsung untuk mempermudah proses pengecambahan. Untuk itu perlu diberikan bedengan dengan media lembab dan ternaungi. Bedengan perkecambahan berbentuk persegi panjang berukuran lebar 1.2 m, panjang 10 m dengan kapasitas 10.000 biji. Media yang digunakan untuk pertumbuhan adalah pasir atau serbuk gergaji setebal 10 cm. Bedengan diberi atap rumbia atau pelepah kelapa dengan ketinggian 1.5 meter dibagian Timur dan 1.2 meter di bagian Barat. Penanaman biji dilakukan dengan cara 2/3 bagian biji (bagian perut) dibenamkan dalam media pasir dan 1/3 bagian lagi (bagian punggung) berada di permukaan pasir. Biji ditanam berbaris dengan jarak antar barisan 1cm. Setelah di semai maka biji dalam bedengan harus disiram dengan air pagi dan sore hari dengan menggunakan gembor. Kecambah yang baik akan muncul pada umur 5 – 21 hari setelah penyemaian biji. Biji yang berkecambah di atas 21 hari sebaiknya tidak digunakan karena pertumbuhannya sudah tidak bagus. Lokasi semaian sebaiknya dekat dengan lahan bibitan untuk memudahkan dalam pemindahan dan penanaman.


Pemindahan dan Penanaman Kecambah
Kecambah diambil dari persemaian dengan hati-hati agar tidak merusak bakal akar. Stadia kecambah yang telah siap dipindahkan ke lahan bibitan apabila :
 Sudah mencapai stadium bintang (umur 4-7 hari)
 Sudah mencapai stadium pancing (umur 7-14 hari)
 Sudah mencapai stadium jarum (umur 14-21 hari)
 Sebelum ditanam kecambah harus diseleksi yaitu bebas dari dari infeksi jamur akar putih, tidak terserang hama dan pertumbuhan normal.


Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari stress di lapangan. Pengangkutan kecambah menggunakan ember yang berisi air. Penanaman kecambah dilakukan dengan cara menugal tanah sedalam 5 cm dengan menggunakan kayu atau benda yang runcing. Akar harus berada seluruhnya di dalam tanah dan permukaan biji rata dengan tanah (biji jangan dilepas dari kecambah). Kemudian tanah di sekitar lubang di padatkan dengan hati-hati agar tidak merusak akar tanaman, lalu di siram untuk melembabkan. Penyiraman bibit harus dilakukan pada setiap pagi hari terutama pada musim kemarau.

Pemeliharaan Tanaman di Bibitan
Pemeliharaan bibitan terdiri dari empat kegiatan yaitu penyulaman/penyisipan, pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit dan pemupukan.
Penyulaman atau penyisipan bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati atau kerdil/tidak normal pertumbuhannya. Penyisipan dapat dilakukan pada saat tanaman di bibitan berumur paling lama 1-2 minggu dengan menggunakan kecambah pertumbuhan stadia jarum.

Lahan bibitan harus bebas dari gulma agar pertumbuhannya tidak terganggu. Penyiangan gulma yang tumbuh dapat dilakukan dengan manual (rotasi 1x2 minggu) tergantung dari banyak tidaknya gulma yang tumbuh di lapangan, penggunaan herbisida pada tanaman yang masih muda tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan kematian pada tanaman karet.

Untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit yang sering merusak bibitan karet seperti Colletotrichum dan Helmintsosporium dapat diberi obat Dithane M-45 dengan dosis 2 gram/liter/rotasi (1x2 minggu). Untuk mencegah timbulnya serangan jamur akar putih (JAP) pada umur 2-6 bulan dapat dilakukan aplikasi biofungisida Triko SP plus dengan dosis 600 Kg/ha, di tabur disekitar barisan tanaman. Kemudian di tutup dengan tanah menggunakan cangkul. Beberapa hama yang sering menyerang bibitan karet adalah jangkrik, rayap dan tungau untuk menenggulanginya dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang yang tepat seperti Sevin 85S.

Pemberian pupuk ditaburkan disekitar barisan tanaman, dengan dosis pupuk menggunakan pupuk tunggal sebagai berikut :
Umur bibit
(bulan) Dosis(gram/pohon)
Urea SP-36 MoP Kieserit
1 2 2.5 1 1
3 5 6.25 2 1
5 9 11.25 3 4
7 9 11.25 3 4
Sumber ; Balit SP- Puslit Karet, 2004
Apabila menggunakan pupuk majemuk NPK-Mg 15-15-6-4 dapat digunakan sebanyak 5, 10, 15 dan 15 gram/pohon untuk tanaman yang berumur 1, 3, 5 dan 7 bulan.

PEMBANGUNAN KEBUN ENTRES

Klon Karet Unggul
Kemajuan penelitian karet selama empat siklus seleksi telah mampu menghasilkan klon karet unggul yang dapat dibagi kedalam tiga kategori yaitu :
1. Klon penghasil lateks : Klon yang mamiliki ciri potensi hasil lateks sangat tinggi tetapi hasil kayu sedang.
2. Klon penghasil lateks-kayu : Klon yang memiliki ciri potensi hasil lateks tinggi dan hasil kayu juga tinggi.
3. Klon penghasil kayu : Klon yang memiliki ciri potensi hasil lateks rendah tetapi hasil kayu sangat tinggi.
Untuk periode tahun 2004 – 2010, telah dirumuskan klon karet anjuran untuk penanaman sebagai berikut :
 Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260.
 Klon penghasil lateks-kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, IRR 118.
 Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78

Persyaratan pembangunan kebun entres
a. Lokasi kebun entres
Areal yang memenuhi syarat untuk pembangunan kebun entres, sebaiknya memiliki syarat sebagai berikut :
 Lokasi datar dan tidak tergenang air pada saat hujan, areal dengan kemiringan 3-5% dapat digunakan, tetapi perlu dibuat drainase yang baik
 Dekat dengan jalan utama agar memudahkan pengangkutan, pengawasan dan pengiriman kayu entres
 Lahan memiliki sifat fisik yang baik (gembur)

b. Penanaman bibit untuk kebun entres
Bahan tanaman dapat berupa stum mata tidur atau bibit polibeg berpayung satu atau dua. Penanaman dengan stum mata tidur harus pada musim hujan. Pemancangan dilakukan dengan jarak tanam 1x1 m segi empat, kemudian dibuat lubang tanaman berukuran 60 x 60 x 40 cm. Dalam satu hektar kebun entres memiliki tegakan 8000 – 9000 pohon dan mampu menghasilkan mata tunas lebih kurang 600.000 mata. Setiap klon ditanam dalam satu petak dan diberi nomor, dalam satu petak dapat dibuat 5 baris 40 pohon.

c. Pemeliharaan
 Penyiangan
Keadaan kebun entres harus bersih dari rerumputan, penyiangan dapat dilakukan secara manual 3 minggu sekali atau secara kimia dengan herbisida 3 bulan sekali, menggunakan herbisida round up dengan dosis 0.2% (2 cc/1 liter). Penyemprotan dilakukan setelah tanaman mencapai 5-6 payung.
 Pemupukan
Dosis yang di berikan secara umum adalah sebagai berikut :
Tahun I : 50 gram urea, 50 gram SP 36, 10 gram KCl dan 5 gram Kieserit
Tahun II : 75 gram urea, 75 gram SP 36, 25 gram KCl dan 10 gram Kieserit
Aplikasi dua kali setahun, setiap pemberian setengah dosis dalam setahun. Letak tabur pupuk melingkar mengelilingi batang dengan radius 1m dari pohon.
 Pengendalian penyakit
Sama dengan pengendalian penyakit di pembibitan batang bawah.
 Pemanenan/pemangkasan
Kayu okulasi hijau di panen pada umur 4-5 bulan dan okulasi coklat umur 10-12 bulan. Pemangkasan pertama dilakukan saat tanaman berumur 10 bulan dengan ketinggian 40-60 cm. Setelah pemangkasan dilakukan, pada umur 3-4 minggu akan muncul tunas baru, untuk itu perlu dilakukan seleksi dengan meninggalkan dua sampai tiga cabang. Pemangkasan pada tahun berikutnya lebih kurang 15 cm dari pangkal tunas karangan mata.
 Peremajaan kebun entres
Kebun entres dapat dipertahankan sampai umur 10 tahun kemudian dilakukan peremajaan. Berdasarkan pengamatan di lapangan kebun okulasi yang berumur lebih dari 10 tahun memperlihatkan kemunduran dalam pertumbuhan.

OKULASI
Okulasi adalah suatu proses penempelan mata tunas dari klon-klon anjuran pada batang bawah yang terpilih sehingga dapat memberikan hasil sesuai harapan. Pelaksanaan okulasi pada tanaman karet ada dua jenis yang didasarkan pada ukuran diameter batang bawah dan umur batang bawah. Okulasi hijau umur 4-5 bulan dengan diamter 1.1-1.3 cm dan okulasi coklat umur 10-12 bulan dengan diameter 1.5-2.5 cm. Umur entres disesuaikan dengan batang bawah.

Bahan dan Alat yang digunakan untuk okulasi adalah :
 Kain lap
 Pisau okulasi
 Plastik/verban okulasi
 Kolter/TB 192
 Gunting stek
Dalam pelaksanaan okulasi ada beberapa tahapan untuk mendapatkan batang bawah yang baik tahapan-tahapan tersebut adalah :

a. Ketersediaan batang bawah yang akan diokulasi
Batang bawah dipersiapkan melalui pembibitan biji (bab sebelumnya) dan baru bisa diokulasi apabila memenuhi syarat pertumbuhan sesuai jenis okulasi.
Untuk pelaksanaan okulasi coklat dapat dilakukan sebagai berikut :
 Ukuran diameter batang tanaman 1.5-2.5 cm diukur pada ketinggian 5 cm (gbr.1)
 Pertumbuhan daun payung yang paling atas dalam keadaan tua (gbr.2)
 Tanaman tidak terserang penyakit

Gambar 1. pengukuran lilit batang dan Gambar 2. keadaan tunas yang siap diokulasi

b. Pembuatan jendela okulasi
Pembuatan jendela okulasi dilakukan pada batang bawah yang telah memasuki kriteria okulasi diatas. Tujuan dari pembuatan jendela okulasi ini adalah untuk menempelkan mata tunas/entres dari klon yang diinginkan. Pembuatan jendela okulasi terdiri dari beberapa langkah yakni :
 Membersihkan batang bawah dari kotoran tanah atau pasir yang dapat mengganggu penyatuan entres dengan batang bawah dengan lap bersih (Gbr.3)
 Mengiris batang bawah dengan dua irisan vertikal yang sejajar dengan panjang 5 cm dan lebar 1/3 lilit batang bawah pada ketinggian 5-10 cm dari permukaan tanah. Jika terlalu dekat dengan tanah akan semakin memperkecil keberhasilan okulasi (Gbr.4)
 Membuat potongan melintang pada salah satu ujung garis sejajar yang telah dibuat. Potongan melintang dapat dibuat pada ujung atas untuk bukaan bawah atau ujung bawah garis sejajar untuk bukaan atas. (Gbr.5 dan Gbr.6)


Gbr. (3, 4, 5 dan 6), proses pembuatan jendela okulasi
c. Membuat perisai mata okulasi
Perisai okulasi adalah mata okulasi yang diambil dari batang entres untuk ditempelkan pada jendela okulasi. Tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut :
 Menyiapkan perisai okulasi dari batang entress yaitu dengan mengiris entres yang bermata baik (mata yang berada pada ketiak daun) dengan ukuran lebar 1-2 cm dan panjang 5 cm. Ukuran perisai harus lebih kecil dari jendela okulasi yang telah dibuat, hal ini bertujuan agar terjadi sirkulasi udara pada okulasi yang dibuat.
 Penyayatan perisai okulasi harus diikut sertakan sedikit bagian kayu (Gbr.7 dan Gbr. 8)
 Perisai yang baik apabila di bagian dalam kulitnya terdapat titik tumbuh putih yang menonjol. Apabila bagian dalam kulitnya berlubang berarti matanya tertinggal pada bagian kayu dan perisai tidak boleh ditempelkan ke batang bawah.



Gbr. 7 dan Gbr.8 Penyanyatan perisai okulasi

d. Penempelan perisai mata okulasi
Penempelan perisai mata okulasi dilakukan segera setelah jendela okulasi dibuka dan perisai okulasi harus dalam keadaan tidak bergerak, lalu jendela okulasi di tekan dan bagian ujung nya dipotong dan dibuang, kemudian jendela okulasi ditutup dan siap dibalut. (Gbr. 8, 9 dan 10)

Gambar 8, 9, 10 Penempelan perisai okulasi
e. Pembalutan dengan verban okulasi
Agar mata okulasi tidak bergerak dan menempel baik dengan batang bawah serta agar tidak terkena air hujan dan kotoran maka perisai okulasi harus dibalut kuat dengan verban/plastik okulasi (Gbr. 11)

Gambar 11. pembalutan dengan verban

f. Pembukaan Verban dan Pemeriksaan Okulasi
Pemeriksaan okulasi dilakukan pada umur 21 hari dan umur 28 hari. Okulasi yang telah berumur 21 hari dibuka verban okulasinya dan diperiksa apakah tunas okulasi hidup atau tidak. Verban dibuka dengan cara memotong verban dengan pisau atau cutter tegak lurus ke arah atas. Potongan harus berada di sebelah belakang bagian okulasi. Okulasi yang berhasil ditandai dengan perisai yang masih hijua apabila digores sedikit dan perisai masih terlihat segar (Gbr. 12 dan 13). Apabila menunjukkan warna hitam dan perisai terlihat membusuk berarti okulasi tidak berhasil. Okulasi yang berhasil diberi tanda berupa ikatan plastik untuk membedakan okulasi yang berhasil dengan okulasi yang tidak berhasil. Lebih kurang satu minggu setelah buka verban pemeriksaan yang kedua dilakukan tujuannya untuk benar-benar memastikan keberhasilan okulasi. Keberhasilan okulasi selain ditentukan oleh tenaga kerja okulasi ditentukan juga oleh keadaan cuaca terutama hari hujan.


Gambar 12 dan 13 Okulasi yang hidup

g. Pembongkaran bibit
Apabila ingin dibongkar dengan cangkul, 7 hari setelah okulasi jadi, dilakukan penyerongan batang bawah dengan ketinggian 10-15 cm di atas pertautan okulasi menggunakan gergaji serong, dengan kemiringan 45 derajat berlawanan arah mata okulasi dan diolesi dengan kolter/TB 192. Setelah 7-10 hari dan mata okulasi membengkak dilakukan pembongkaran. Setelah tercabut maka akar lateral ditinggalkan sepanjang 5 cm dan akar tunggang dipotong sehingga tinggal sepanjang 25-30 cm. Apabila menggunakan dongkrak bibit maka 2-3 minggu sebelum dicabut batang bawah dipotong/dipotes pada ketinggian 70 cm dari permukaan tanah. Hasil okulasi yang didapatkan dari pembibitan batang bawah seperti tersebut di atas disebut dengan stum mata tidur.


h. Seleksi Stum Okulasi Mata Tidur
 Stum yang akar tunggangnya terserang jamur akar putih, mata okulasi rusak, akar bercabang banyak (menjari), akar bedenggol atau bengkok (muntir) tidak dipakai sebagai bahan tanam. Bila akarnya bercabang dua atau tiga maka satu atau dua akar yang terkecil dipotong dan lukanya diolesi dengan TB 192, sehingga dapat dipakai sebagai bahan tanam.
 Bibit stum okulasi mata tidur selanjutnya dapat dianjurkan sebagai bahan tanam setelah terlebih dahulu ditumbuhkan didalam polibeg sampai mencapai stadia satu atau dua payung daun.



Gambar 13 dan 14 stum okulasi mata tidur yang baik dan afkir


BIBIT DALAM POLIBEG

Bibit dalam polibeg adalah bibit okulasi yang ditumbuhkan dalam polibeg yang mempunyai satu atau dua daun payung, Bibit polibeg dapat dibuat dengan menanam stum mata tidur atau dengan pembibitan batang bawah di polibeg. Kelebihan dalam pembibitan di polibeg adalah lebih seragam ketika dipindah ke lapangan, memudahkan penyiraman dan dapat menghemat air ketika penyiraman.

Bibit Polibeg dari Stum Mata Tidur
Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit yang baik didalam polibeg, maka dibutuhkan stum mata tidur yang telah terseleksi sesuai dengan mutu standar. Tahapan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Polibeg berukuran 25 cm x 40 cm dipersiapkan dan diisi dengan tanah top soil (tanah bagian permukaan 10-15 cm) yang sudah di campur dengan fosfat alam (rock phospat) sebanyak 25 gram per polibeg, setinggi 2/3 bagian polibeg
2. Buatlah parit sedalam 10 cm (selebar dua ukuran polibeg)
3. Polibeg disusun dua baris di dalam parit yang sudah disiapkan.
4. Tanamkan stum mata tidur tepat ditengah polibeg, lalu diisi dengan tanah yang sudah dicampur fosfat alam sedikit demi sedikit sampai leher akar, sambil dipadatkan dengan tangan.
5. Penyiraman dilakukan secara teratur dan dipupuk setiap bulan sesuai anjuran, yaitu umur 1-3 bulan diberi pupuk Urea = 5 gram/pohon, SP 36 = 6.25 gram/pohon, KCl = 2 gram/pohon dan Kieserit = 2 gram/pohon.
6. Sangat penting diperhatikan, bahwa semua tunas yang tumbuh bukan dari mata tempelan (mata liar) harus dibuang dan diperiksa 1 x 2 minggu.
7. Bibit dipelihara sampai pertumbuhan tunas mencapai satu payung daun (2 bulan) atau dua payung daun (4 bulan).
8. Pada saat pemindahan bibit ke lapangan, akar yang menembus polibeg harus di potong, dan waktu pemindahan terbaik adalah pada saat pertumbuhan dua payung daun tua (mengeras). Jangan lakukan penanaman ke lapangan dalam keadaan tumbuh tunas muda atau daun muda.

Gambar pembibitan stum mata tidur dalam polibeg

Pembibitan Batang Bawah di Polibeg
Selain pembibitan batang bawah di lapangan, penanaman biji untuk batang bawah juga dapat dilakukan langsung di polibeg. Pengokulasian bibit dalam polibeg bertujuan untuk meringankan biaya pengolahan tanah di lapangan. Tahapan pembuatan bibitan polibeg adalah sebagai berikut :

1. Polibeg berukuran 25 cm x 40 cm dipersiapkan dan diisi dengan tanah top soil (tanah bagian permukaan 10-15 cm) di campur dengan pupuk fosfat alam sebanyak 50 gram per polibeg.
2. Buatlah parit sedalam 10 cm (selebar dua ukuran polibeg)
3. Polibeg disusun di dalam parit yang sudah disiapkan
4. Sebelum dilakukan penanaman kecambah harus di seleksi dan dilakukan penanaman di tengah-tengah polibeg
5. Bibit batang bawah ini dipelihara sampai umur 6-8 bulan
6. Bibit diokulasi dalam polibeg dengan posisi jendela okulasi menghadap ke luar.
7. Setelah okulasi jadi, potonglah batang miring ke arah belakang pada ketingian 10-15 cm di atas pertautan okulasi
8. Mata okulasi dibiarkan tumbuh dan dipelihara dengan baik sampai satu atau dua payung penuh
9. Penunasan mata tunas liar dilakukan dua minggu sekali
10. Pada saat pemindahan bibit ke lapangan, akar tunggang yang menembus polibeg harus di potong, dan untuk pembibitan langsung di polibeg, waktu pemindahan dapat dilakukan pada stadia pertumbuhan satu payung daun tua.


PENYIAPAN LAHAN

Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pada perkebunan rakyat yang luasnya relatif kecil, penyiapan lahan biasanya dilakukan dengan manual dan khemis.

Penyiapan lahan secara manual dan kemis
Tebas/Imas
Penebasan dilakukan untuk membuang kayu-kayu kecil dan gulma. Alat-alat yang digunakan biasanya parang.

Penebangan Kayu
Penebangan kayu secara manual biasanya menggunakan parang panjang, kapak besar atau dengan gergaji konvensional. Tunggul yang disisakan adalah 30 cm dari permukaan tanah.

Penyincangan/perpanjangan
Setelah kayu tumbang ranting dipotong kecil-kecil untuk dijual atau dijadikan bahan bakar batang dipotong sesuai kebutuhan untuk dijual. Apabila tidak laku dijual dibiarkan membusuk dengan sendirinya.

Pembakaran dan peracunan tunggul
Pembakaran dilakukan hanya pada kayu-kayu yang tidak bisa atau tidak laku dijual. Apabila tidak laku dijual dibiarkan dan di beri racun agar cepat busuk. Tunggul yang tertinggal juga diberi racun agar lebih cepat busuk.

Pengumpulan dan Pembakaran ulang
Kayu yang masih berserakan dan tidak habis terbakar maupun yang sudah mulai busuk dikumpulkan menjadi satu di suatu tempat dan dibakar ulang atau dibiarkan membusuk sehingga lahan terlihat bersih. Penyiapan lahan dengan cara manual mempunyai kelemahan yakni memakan waktu yang lebih lama yakni 2 bulan atau lebih dan potensi penyakit jamur akar putih tinggi.

Penyiapan Lahan Secara Mekanis Penuh

Cara peremajaan mekanis ini lebih disukai untuk mengatasi penyakit JAP yang sangat berbahaya. Dengan peremajaan secara mekanis penuh maka sumber infeksi penyakit JAP baik yang berupa tunggul atau sisa-sisa akar-akar yang sakit dapat disingkirkan dari areal penanaman.

Pembukaan lahan sebaiknya dilakukan menjelang musim kemarau, dimaksudkan agar tanaman yang ditebang segera akan mengering. Kondisi kering ini akan mempermudah dalam penanganan selanjutnya, apakah kayu hasil penebangan akan dimanfaatkan sebagai kayu log atau selainnya. Di wilayah Sumatera Utara umumnya musim kemarau jatuh pada bulan Februari s.d Juni. Tahapan penyiapan lahan secara mekanis adalah sebagai berikut :

a. Penumbangan dan pengumpulan pohon
Tanaman tua ditumbangkan dengan meggunakan chain saw atau dengan didorong sampai tumbang dengan menggunakan bulldozer. Sewaktu penumbangan dengan chain saw tunggul harus disisakan sepanjang 30 cm untuk memudahkan dalam pembongkaran dan pencabutannya. Pohon karet yang sudah ditumbang kemudian di potong-potong sesuai keperluan misalnya untuk kayu log. Ranting dan cabang biasanya dikumpulkan sebagai sumber kayu bakar atau sebagai kayu asap.

b. Pembongkaran dan pengumpulan tunggul/perumpukan
Pembongkaran tunggul dilakukan dengan mendorong tunggul yang disisakan sepanjang 30 cm menggunakan crawler tractor dan dikumpulkan pada tiap-tiap barisan yang berjarak 10 m. Di beberapa daerah sisa-sisa tunggul masih bisa dijual sehingga akan mengurangi biaya pengangkutan. Tunggul-tunggul yang sudah kering dikumpulkan menjadi beberapa bagian (spot-spot) lalu dibakar. Saat ini pembakaran sudah dilarang dalam penyiapan lahan, untuk mempercepat pelapukan sisa tunggul maka dapat dibantu dengan penanaman kacangan penutup tanah. Untuk daerah-daerah ber lereng sisa tunggul didorong ke daerah lembahan dan diharapkan akan melapuk dengan sendirinya.

c. Ripper
Ripper dilakukan apabila tahap pembongkaran sudah selesai dan sisa-sisa tunggul sudah dirumpuk menjadi spot-spot dan tidak berada dalam barisan lagi. Ripper dilakukan dua kali, Ripper pertama dilakukan dengan melintang ke arah Timur-Barat, Ripper kedua ke arah Utara-Selatan. Untuk lahan-lahan yang miring putaran pertama dilakukan ke atas dan kemudian ke bawah lalu dilanjutkan dengan rippper kedua dan seterusnya. Alat yang digunakan adalah Ripper yang ditarik dengan traktor rantai D6/D8. Kedalaman ripper 50 cm, selang waktu antara ripper I dengan ripper II berselang 2-3 minggu. Setiap kali ripper di ikuti dengan ayap akar. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan sisa akar yang masih tertinggal ketika pembongkaran. Dalam pengelolaan perkebunan karet diusahakan agar akar berada di permukaan dan terkena cahaya matahari, tujuannya adalah untuk mengurangi potensi JAP dari sisa akar tanaman karet.

d. Luku (Bajak)
Pekerjaan luku dilakukan dua kali, dengan alat bajak piringan yang ditarik menggunakan traktor ban. Kedalam luku minimal 40 cm sesuai dengan distribusi akar serabut tanaman karet. Luku dilakukan sebanyak 2 kali dengan arah menyilang saling tegak lurus satu sama lainnya, interval waktu antara luku I dan luku II selang 2-3 minggu. Setiap kali pembajakan di ikuti dengan ayap akar.

Semua sisa akar tanaman dan potongan kayu karet yang masih tertinggal diayap secara manual dan dikumpulkan di tempat tertentu untuk mempermudah pemusnahannya.


e. Garu (Harrow)
Garu dilakukan 2 kali . Garu pertama ke arah Utara-Selatan dan yang kedua ke arah Timur-Barat. Alat yang digunakan adalah tractor ban yang dilengkapi dengan 24 disk flow. Tujuannya adalah untuk menggemburkan dan meratakan permukaan tanah. Setiap selesai pekerjaan garu di ikuti dengan ayap akar, selang waktu garu I dengan garu II berselang 2-3 minggu.

f. Pembuatan teras
Tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi erosi yaitu dengan pembuatan teras, benteng, rorak maupun parit di areal penanaman karet. Cara ini dalam pengawetan tanah berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta menyalurkan air dengan kekuatan yang tidak merusak.

Tindakan pengawetan tanah pada budidaya tanaman, didasarkan pada kelas kemiringan lahan yang ada. dibagi ke dalam 4 kelas yaitu :

1. Tanah datar (0-3%)
Tidak diperlukan pembuatan benteng, rorak, maupun teras. Umumnya yang dibutuhkan yaitu drainase untuk menampung dan mengalirkan air yang berlebihan.
2. Tanah bergelombang (4-10%)
Pada daerah dengan kemiringan 4-10% mulai nampak adanya erosi alur. Ini terjadi karena air tekonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu sehingga diperlukan pembuatan benteng dan rorak.
3. Tanah berbukit (11-100%)
Pada areal bukit diperlukan pembuatan teras bersambung.
4. Tanah curam (>100%)
Pada tanah curam dengan kemiringan > 100% tidak dianjurkan untuk usaha perkebunan karet. Untuk pengusahaan tanaman karet, kemiringan lahan sampai 47%.

Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan lahan dan jarak antar kontur diambil dari rata-rata kemiringan lahan. Makin tinggi kemiringannya maka jarak antar kontur semakin jauh. Lebar teras sekitar 2 m dengan permukaan teras miring kedalam ke arah lereng dengan sudut kemiringan 10o. Pembuatan teras dapat dilakukan secara manual atau dengan mekanis menggunakan traktor rantai D6. Pembuatan teras sebaiknya dimulai dari tempat yang tinggi (puncak bukit). Bagian dalam dari tiap titik penanaman dalam teras dibuat rorak (lubang sedalam 1.5-2m) untuk menampung kelebihan air ketika hujan turun.

g. Pembuatan saluran drainase
Drainase areal sering menjadi masalah utama yang dijumpai pada daerah datar, rendahan, dan areal yang sering kebanjiran. Untuk mengatasinya diperlukan pembuatan saluran drainase yang berguna untuk mencegah genangan air dan menurunkan permukaan air tanah. Banyaknya saluran tergantung dari kondisi lahan, ataupun tinggi rendahnya permukaan air tanah. Sebelum membangun saluran drainase harus direncanakan dimana titik pembuangan arahnya, dan berapa debit air yang harus dibuang. Dengan data yang diperoleh selanjutnya ditentukan berapa lebar dan dalam saluran yang akan dibuat dan tingkat jaringan saluran yang diperlukan.
Pembangunan Penutup Tanah
Pada areal pertanaman karet rakyat, biasanya gawangan tidak ditanam penutup tanah kacangan. Selama lebih kurang tiga tahun pertama (tajuk tanaman karet belum menutup), petani dianjurkan untuk memanfaatkan gawangan dengan mengusahakan tanaman pangan seperti padi gogo, kedelai, jagung dan lainnya.

Untuk pembangunan penutup tanah, kacangan campuran konvensional terdiri dari Pueraria javanica, Calopogonium mucunoides, dan Centrosema pubescens merupakan penutup tanah yang ideal di perkebunan karet. Campuran konvensional memberikan bahan organik dan unsur hara ke dalam tanah lebih banyak dibandingkan dengan rumput alami, melindungi tanah dengan sempurna dari erosi, dan memberikan efek penekanan terhadap serangan JAP. Dapat dibangun dengan teknik yang sederhana baik secara manual bila tenaga kerja cukup tersedia maupun secara kimiawi. Kelemahannya yakni kurang toleran terhadap suasana ternaung sehingga pertumbuhannya berangsur-angsur tertekan bila tajuk tanaman karet menutup permukaan tanah.

Selain kacangan campuran konvensional di atas, Calopogonium caeruleum (CC) salah satu jenis yang memberikan bahan organik lebih banyak dari yang dihasilkan kacangan konvensional dan melindungi permukaan tanah dari erosi setaraf atau lebih baik dari kacangan campuran konvensional. Juga berperan menekan secara efektif serangan JAP. Dibanding dengan kacangan lainnya, jenis ini lebih toleran terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai hama. Selama masa TM kacangan jenis CC dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet. Pertumbuhan awalnya lebih lambat menutup permukaan tanah dibanding dengan kacangan konvensional.

Jenis kacangan lain yang pada saat ini banyak digunakan di perkebunan adalah Mucuna bracteata, menghasilkan bahan organik cukup besar dan pertumbuhannya sangat cepat. Pengamatan di lapangan pertumbuhan sulur kacangan yang sehat dapat mencapai >10 cm setiap 24 jam dan dengan penanaman sama banyak dengan jumlah tegakan karet per hektar, ternyata dalam waktu 6 bulan dapat menutup pemukaan tanah dengan sempurna. Mucuna sangat efektif melindungi permukaan tanah dari erosi terutama pada masa TBM, lebih toleran terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai hama dan tidak disukai ternak, sehingga jenis kacangan ini sangat cocok untuk dipergunakan pada areal TBM yang potensial mendapat gangguan ternak lembu maupun kambing. Selama masa TM Mucuna bracteata masih dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet. Kelemahannya, karena pertumbuhan kacangan ini sangat cepat, frekuensi rotasi pengendalian sulur menjadi lebih sering. Dalam dua minggu, apabila pertumbuhan sulur tidak dikendalikan maka akan melilit batang tanaman karet.

Penanaman penutup tanah kacangan.
Penanaman biji kacangan dilakukan secara menugal dalam 4 barisan, masing-masing berjarak 1 meter di tengah gawangan. Campuran biji kacangan yang ditanam dicampur lagi dengan Rock Phosphat sebanyak 25 kg/ha pada saat hendak menanam. Saat menanam biji kacangan adalah setelah tanah selesai diolah sempurna dan bahan pembiak vegetatif gulma serta potongan-potongan kayu telah disingkirkan.

Penanaman di Lapangan

Pemancangan
 Kegiatan penanaman tanaman karet dimulai dengan penentuan jarak tanam. Pada saat ini banyak dianut jarak tanam dengan kerapatan populasi sekitar 500 s.d 600 pohon/ha. Dengan populasi tersebut, dapat menggunakan jarak tanam pagar 3,3 x 6,0 m atau 2,75 x 6,0 m.
 Setelah penentuan jarak tanam dilakukan, selanjutnya dilakukan pemancangan titik tanam di lapangan. Dimulai dengan pancang kepala dengan arah barisan tanaman timur barat terutama pada daerah datar, sedangkan pada daerah dengan topografi bergelombang berbukit, arah barisan disesuaikan dengan kontur. Pancang kepala dibuat lebih tinggi dari anak pancang agar memudahkan dalam meluruskan barisan tanam. Kompos dan tali atau kawat diperlukan untuk menentukan arah dan jarak tanaman dalam barisan.

Pemancangan dan Pembuatan lubang tanam
 Lubang tanam dibuat minimal 1 minggu sebelum tanam dengan maksud agar ada kesempatan untuk diperiksa jumlah maupun ukurannya, pada titik pancang dibuat lubang tanam dengan ukuran 70 x 70 x 60 cm.
 Pada saat penggalian lubang tanam, tanah bagian atas (top soil) diletakkan disebelah kanan lubang dan sub soil diletakkan disebelah kiri lubang tanam.
 Sebelum penanaman dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan pemupukan lubang tanam dengan menggunakan pupuk RP dengan dosis pemupukan setiap lubang tanam 250 g. Pemberian pupuk ini dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan akar karet yang baru ditanam. Pupuk dicampurkan secara merata pada tanah yang akan digunakan untuk menimbun kembali tanaman karet yang ditanam.

Penanaman karet
 Penanaman karet dilakukan pada musim hujan besar.
 Bibit yang polibegnya robek harus diikat dengan tali agar tidak pecah ketika diangkut ke lapangan.
 Bibit yang didistribusikan ke lapangan diletakkan di samping lubang tanam. Dalam lubang disesuaikan dengan tinggi polibeg.
 Dasar polibeg disayat dengan pisau dan bibit diletakkan dalam lubang tanam. Dari bagian samping plastik disayat dan dilepaskan dari bibit, diletakkan di atas pancang sebagai tanda bahwa palstik sudah dibuka.
 Arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah rata, sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulasi diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras. Pada saat penanaman, pertautan okulasi diatur sedemikian rupa sehingga setelah ditimbun tanah, pertautan okulasi akan tertimbun sekitar 10 cm di bawah permukaan tanah. Setelah persyaratan dipenuhi, tanah sub soil ditutupkan terlebih dahulu kemudian disusuk dengan tanah top soil. Pemadatan tanah dilakukan dengan tangan mulai dari bagian pnggir ke arah tengah atau diinjak pelan-pelan tetapi jangan sampai mengenai tanah polibeg. Tanah pada bagian tanaman dibuat cembung untuk menghindari air hujan yang menggenang.

Pemeliharaan TBM
a. Strip Weeding/Penyiangan
Adalah penyiangan gulma di sekitar bibit yang telah ditanam, tanaman harus bersih dari gulma pada jarak 1m ke arah kanan dan 1 m ke arah kiri. Strip widing dilakukan setiap 1 – 3 bulan sekali tergantung jumlah gulma yang tumbuh. Cara yang digunakan dapat menggunakan herbisida atau secara manual/dengan cangkul atau dengan herbisida Round up/Matador. Tujuan Strip Widing adalah :
 Menjaga tanaman dari gulma yang dapat merugikan
 Menghindari tanaman dari penyakit yang dibawa gulma
 Efisiensi pemupukan

Penyiangan pada areal tanaman karet yang berumur kurang dari satu tahun dilakukan secara manual dengan menyiang rumput secara melingkar di sekitar tanaman dengan radius 50 cm. Selanjutnya tanaman yang sudah berumur lebih dari satu tahun penyiangan dapat dilakukan secara melingkar ataupun mengikuti jalur penanaman karet dengan jarak 1.5 – 2 meter dari barisan pohon. Penyiangan dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan herbisida. Rotasi penyiangan akan tergantung dari kecepatan pertumbuhan gulma. Pada areal dengan laju pertumbuhan gulma yang tinggi, rotasi penyiangan dilakukan 2 minggu sekali, tetapi pada lokasi pertumbuhan gulma yang biasa, rotasi penyiangan dapat dilakukan 3 minggu sekali.

b. Penunasan/Pewiwilan
Setelah usia tanaman 1-3 bulan harus dilakukan pengontrolan yaitu pengamatan terhadap kondisi tanaman terutama daun/tunas yang kurang tumbuhnya kurang baik. Setelah tahap ini dilakukan tahap selanjutnya adalah penunasan/pewiwilan. Tujuan dari penunasan adalah untuk mendapatkan tanaman yang baik/subur dengan bentuk batang yang tegak/lurus dan kulit batang mulus. Tunas yang dipotong adalah tunas yang kurang baik tumbuhnya, bisa berupa tunas samping atau tunas atas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penunasan adalah :
 Tunas-tunas liar yang tumbuh di luar mata okulasi dihilangkan dengan pisau sampai pangkal tunas.
 Setelah mata okulasi tumbuh dijaga agar tumbuh lurus ke atas. Tunas-tunas samping diwiwil sampai 2.5 m dari permukaan tanah.
 Frekuensi penunasan dilakukan 2 minggu sekali terutama pada tahun pertama setelah penanaman.

c. Penyisipan/penyulaman
Adalah penggantian tanaman yang mati akibat penyakit atau akibat kerusakan lainnya dengan tanaman yang baru (tautan usianya tidak jauh berbeda). Sebelum penyisipan harus dilakukan inventarisasi terlebih dahulu, inventarisasi adalah pendataan tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan baik. Biasanaya karena patah batang, serangan penyakit Jamur Akar Putih (JAP), kanker garis. Presentase keberhasilan tanaman ulang adalah 98.5% sedangkan sisanya (1.5%) biasanya harus di sisip.

d. Perangsangan percabangan
Pada tanaman karet muda sering dijumpai tanaman yang tumbuhnya meninggi tanpa membentuk cabang. Tanaman ini pertumbuhan batangnya lambat sehingga terlambat mencapai matang sadap. Tanaman muda yang demikian, pada bagian ujungnya mudah dibengkokkan oleh angin, akibatnya akan tumbuh tunas cabang secara menyebelah, sehingga tajuk yang terbentuk tidak simetris. Keadaan cabang seperti tersebut di atas akan sangat berbahaya karena cabang mudah patah bila ada angin kencang. Ketinggian cabang yang dikehendaki umumnya antara dua setengah sampai tiga meter dari atas pertautan okulasi. Bagi klon-klon yang pertumbuhan cabangnya lambat dan baru terbentuk di atas ketinggian tiga meter, perlu dilakukan perangsangan untuk mempercepat pembentukan cabang agar tajuk tanaman lebih cepat terbentuk.

1. Pembuangan ujung tunas
Kurang lebih pada ketinggian 2m – 3m dari pertautan okulasi, tunas muda yang baru tumbuh di atas daun payung teratas dibuang dengan jalan dipotes atau di gunting.

2. Penutupan ujung tunas
Ujung tunas muda yang baru tumbuh serta masih berdaun merah dan lemas, ditutup atau dikerudungi dengan kertas atau kain yang sudah dicelup dengan parafin. Setelah tujuh hari, daun-daun yang tadinya berwarna merah, telah mengeriput dan tiadak berkembang.

3. Pengguguran daun (perompesan)
Payung teratas yang sudah tua pada tanaman berumur 1,5 – 2 tahun dirompes seluruhnya. Tiga minggu kemudian tunas calon cabang akan tumbuh.

4. Pemenggalan batang
Pemenggalan batang dilakukan pada ketinggian 2,5 – 3 tahun sedikit di atas kumpulan mata. Pemenggalan ini dilakukan pada waktu tanaman muda berumur 1 – 24 bulan, dimana pada waktu tersebut tanaman sudah mencapai tinggi kurang lebih lima meter. Pemenggalan dilakukan pada waktu awal musim hujan.

Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com