4.1.2 Analisa Termal (TGA-DTA) Komposit HDPE dengan Filler Zeolit
Alam Modifikasi
Analisa termal yang diperlihatkan pada tabel 4.2 digunakan untuk
mendeteksi perubahan fisika (penguapan) dan perubahan kimia (dekomposisi) suatu
bahan yang ditunjukkan dengan penyerapan panas (endotermik) untuk mencairkan atau melelehkan bahan dan pelepasan
panas (eksotermik) untuk menguapkan
bahan.
Analisa termal TGA yang
ditunjukkan pada gambar 4.9 dimaksudkan untuk mengetahui perubahan berat dari
suatu senyawa sebagai fungsi dari suhu ataupun waktu.
Berdasarkan
gambar 4.9 diketahui bahwa untuk HDPE
terjadi pengurangan massa sebesar -26.21 mg pada suhu 448.47 - 475.700C
dan terjadi titik leleh pada suhu 124.27-140.130C. Pada komposit HDPE dengan filler zeolit alam kalsinasi terjadi pengurangan massa sebesar
-21.29 mg pada suhu 458.93-485.170C dan terjadi titik leleh pada
suhu 131.23-146.800C. Untuk komposit HDPE dengan filler zeolit
alam kalsinasi dan PE-g-MA terjadi
pengurangan massa sebesar -25.37 mg pada suhu 461.10-488.230C dan
terjadi titik leleh pada suhu 133.47-151.230C. Pada komposit HDPE dengan filler zeolit alam sintesis CTAB
terjadi pengurangan massa pada suhu 464.50-483.530C sebesar -27.07
mg dan terjadi titik leleh pada suhu 134.93-147.530C. Dan untuk
komposit HDPE dengan filler zeolit alam sintesis CTAB dan PE-g-MA terjadi pengurangan massa pada suhu 442.93-484.570C
sebesar -19.10 mg dan terjadi titik leleh pada suhu 124.27-138.630C.
Dari hasil pengujian TGA
tersebut dapat disimpulkan bahwa titik leleh tertinggi terdapat pada komposit HDPE dengan filler zeolit alam kalsinasi dan PE-g-MA sebesar 133.47-151.230C.
Hasil uji termal DTA
ditunjukkan pada gambar 4.10
Pada gambar 4.10
dapat diketahui bahwa untuk HDPE pada
suhu 448.47– 475.700C terjadi dekomposisi (perubahan kimia) dan
penurunan aliran panas sebesar -12.075 microV. Pada komposit HDPE dengan zeolit alam kalsinasi
terjadi penurunan aliran panas sebesar -12.625 microV dan terjadi dekomposisi
pada suhu 458.93 – 485.170C. Pada komposit HDPE dengan zeolit alam kalsinasi dan PE-g-MA terjadi dekomposisi pada suhu
461.10 – 488.230C dan penurunan aliran panas sebesar -14.550 microV.
Pada komposit HDPE dengan zeolit alam
sintesis CTAB terjadi dekomposisi
pada suhu 464.50 – 483.530C dan penurunan aliran panas sebesar
-13.500 microV. Pada komposit HDPE
dengan zeolit alam sintesis CTAB dan PE-g-MA terjadi dekomposisi pada suhu
442.93 – 484.570C dan penurunan aliran panas sebesar -11.363 microV.
Dari hasil uji DTA dapat
disimpulkan bahwa dekomposisi tertinggi terjadi pada komposit HDPE dengan filler zeolit alam kalsinasi dan PE-g-MA sebesar 488.230C.Hasil
Penelitian (Rihayat dan Suryani, 2010)
Pengolahan dan pengujian sifat termal Polipropilen-clay nanokomposit
menunjukkan dengan sedikit penambahan clay
yang telah diolah dengan menggunakan surfaktan CTAB kedalam PP murni,
maka terjadi peningkatan secara signifikan terhadap kestabilan termal, dimana
peningkatan terbesar terjadi pada pencampuran 5% clay yaitu sekitar 74% jika dibandingkan dengan matrik polimer.
Berdasarkan
pernyataan diatas maka komposit HDPE
dengan filler zeolit alam
kalsinasi dan PE-g-MA memiliki nilai
titik leleh dan dekomposisi yang lebih baik dibandingkan dengan filler zeolit alam sintesis CTAB.
Analisa SEM
Partikel Zeolit Alam Modifikasi
a. Partikel Zeolit Alam
Kalsinasi
Analisa Scanning Electron Microscope (SEM) partikel zeolit alam kalsinasi
dimaksudkan untuk mengetahui bentuk morfologi serta pori atau rongga pada
partikel zeolit alam kalsinasi yang dikalsinasi dengan larutan HCL pada
temperatur 6000C selama 2 jam.
Pada gambar 4.1 dan 4.2 diperlihatkan hasil uji morfologi partikel zeolit
alam kalsinasi dengan perbesaran berturut-turut 250 kali dan 750 kali dengan
besar ukuran partikel 100 µm dan 20 µm. Pada gambar hasil morfologi terlihat
jelas banyaknya lubang atau rongga yang terbentuk, yang ditandai dengan warna
gelap dan bentuk partikel zeolit alam kalsinasi yang berwarna terang. Hal ini
didukung dari hasil penelitian (Suriawan, dan Nindhia., 2010) yang diketahui
bahwa pengasaman dengan H2SO4 menyebabkan timbulnya
rongga atau porositas yang lebih banyak dibandingkan dengan zeolit tanpa
aktifasi ( tanpa proses perendaman dengan larutan H2SO4).
b. Partikel Zeolit Alam
Sintesis CTAB
Hasil uji morfologi partikel zeolit alam sintesis CTAB diperlihatkan pada gambar 4.3 dan 4.4 dengan perbesaran 500
kali dan 2000 kali dengan besar ukuran partikel berturut-turut 50 µm dan 10 µm.
Dari foto SEM terlihat adanya rongga
atau pori yang ditunjukkan dengan warna gelap dan warna terang yang merupakan
partikel zeolit alam sintesis CTAB.
Dari hasil uji morfologi
terlihat bahwa bentuk partikel zeolit alam sintesis CTAB tidak beraturan dan masih memiliki kristal-kristal kecil
disekitar permukaannya atau masih adanya pengotor yang masih menempel pada
kristal. Kristal-kristal kecil tersebut merupakan unsur zeolit yang tidak
membentuk kristal atau biasa disebut amorf (Mustain,A., dkk. 2011).
Analisa XRF
Partikel Zeolit Alam Sintesis CTAB
Analisa X-Ray Fluoresensi (XRF) partikel zeolit
alam sintesis CTAB dimaksudkan untuk
mengetahui unsur-unsur yang terkandung didalam partikel zeolit alam sintesis CTAB melalui grafik hubungan dua
parameter energi unsur (keV) terhadap intensitas cacahan perdetik (cps/count per second) yang berarti
semakin besar intensitas yang muncul, maka semakin banyak kandungan unsur tersebut
dalam suatu bahan.
Hasil analisa
partikel zeolit alam sintesis CTAB
ditunjukkan pada gambar 4.5. Dari hasil uji X-Ray
Fluoresensi (XRF) diketahui senyawa yang dominan yang terdapat pada
partikel zeolit alam sintesis CTAB
adalah C (karbon) sebesar 32,41%, O (Oksigen) sebesar 42,35%, Si (Silika)
sebesar 15,66%, Al (Aluminium) sebesar 5,18%, sedangkan senyawa lainnya
merupakan impuritinya seperti Na (Natrium) sebesar 0,36%, Mg (Magnesium)
sebesar 0,34%, K (Kalium) sebesar 1,96%, Ca (Kalsium) sebesar 0,61%, dan Fe
(Besi) sebesar 1,14%.
Pengujian Sifat Mekanik
Komposit HDPE dengan Filler Zeolit Alam Modifikasi
Pengujian sifat mekanik meliputi kekuatan tarik, perpanjangan putus, dan
modulus elastis yang diperlihatkan pada tabel 4.1. Hasil pengujian untuk kekuatan
tarik diperlihatkan pada gambar 4.6.
Pengujian kekuatan tarik (Tensile
Strength) dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan suatu bahan komposit untuk
menerima beban tanpa menjadi rusak atau putus. Dari hasil uji mekanik komposit HDPE dengan filler zeolit alam modifikasi (zeolit alam kalsinasi dan zeolit
alam sintesis CTAB) yang ditunjukkan
pada gambar 4.6 diketahui bahwa komposit HDPE
dengan filler zeolit alam sintesis CTAB dan PE-g-MA menunjukkan nilai kekuatan tarik tertinggi sebesar 24.964
MPa, dan mengalami kenaikan sebesar 1.421 MPa dari nilai kekuatan tarik HDPE.
Hasil pengujian mekanik untuk perpanjangan putus (elongation at break) ditunjukkan pada gambar 4.7.
Pengujian sifat elongation at break
(perpanjangan putus) dimaksudkan untuk mengetahui pertambahan panjang dari
spesimen karena beban penarikan sampai sesaat sebelum spesimen mengalami
perpatahan. Berdasarkan hasil pengujian mekanik komposit HDPE dengan filler zeolit
alam modifikasi yang ditunjukkan pada gambar 4.7 diketahui bahwa komposit HDPE dengan filler zeolit alam sintesis CTAB
dan PE-g-MA memiliki nilai
perpanjangan putus tertinggi sebesar 398.89 mm, dan mengalami kenaikan sebesar
177.64 mm dari nilai perpanjangan putus HDPE.
Dan
hasil pengujian mekanik untuk modulus elastis diperlihatkan pada gambar 4.8.
Pengujian modulus elastis yang ditunjukkan pada gambar 4.8 dimaksudkan
untuk mengetahui ukuran suatu bahan terhadap deformasi elastik. Dan hasil dari
komposit HDPE dengan filler zeolit alam sintesis CTAB menunjukkan nilai tertinggi modulus
elastis sebesar 720.76 MPa dan mengalami kenaikan sebesar 10.81 MPa dari nilai
modulus elastis HDPE.
Berdasarkan hasil pengujian mekanik (kekuatan tarik, perpanjangan putus,
dan modulus elastis) diketahui bahwa dengan penambahan filler zeolit alam sintesis CTAB
mengakibatkan pertambahan nilai sifat mekanik yang meliputi kekuatan tarik,
perpanjangan putus, dan modulus elastis. Hal ini disebabkan karena adanya sifat
surfaktan CTAB pada partikel zeolit
alam sintesis CTAB yang mengakibatkan
partikel yang terbentuk mudah terdispersi, sehingga campuran komposit lebih
homogen.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.