Wednesday, March 20, 2013

Pemeriksaan Penyakit Dermatitis atopik


a. Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan :
            IgE serum dapat diperiksa dengan metode ELISA. Ditemukan 80 % pada penderita dermatitis atopik menunjukkan peningkatan kadar IgE dalam serum terutama bila disertai gejala atopi ( alergi )
Kadar serum dapat ditemukan dalam serum penderita dermatitis atopik. Berbagai mediatore berperan sebagai kemoatraktan terhadap eosinofil untuk menuju nke tempat peradangan dan kemudian mengeluarkan berbagai zat antara lain Major Basic Protein (MBP). Peninggian kadar eosinofil dalam darah terutama pada MBP.
Konsentrasi plasma TNF-a meningkat pada penderita dermatitis atopik dibandingkan penderita asma bronkhial.
Sel T Limfosit T di daerah tepi pada penderita dermatitis atopik mempunyai jumlah absolut yang normal atau berkurang. Dapat diperiksa dengan pemeriksaan imunofluouresensi terlihat aktifitas sel T-helper menyebabkan pelepasan sitokin yang berperan pada patogenesis dermatitis atopik.
Uji tusuk Pajanan alergen udara (100kali konsentrasi) yang dipergunakan untuk tes intradermal yang dapat memacu terjadinya hasil positif.
Pemeriksaan biakan dan resistensi kuman Pemeriksaan dilakukan bila ada infeksi sekunder untuk menentukan jenis mikroorganisme patogen serta antibiotika yang sesuai. Sampel pemeriksaan diambil dari pus tempat lesi penderita.
b. Dermatografisme Putih
Penggoresan pada kulit normal akan menimbulkan 3 respon, yakni : akan tampak garis merah di lokasi penggoresan selama 15 menit, selanjutnya mennyebar ke daerah sekitar, kemudian timbul edema setelah beberapa menit. Namun, pada penderita atopik bereaksi lain, garis merah tidak disusul warna kemerahan, tetapi timbul kepucatan dan tidak timbul edema.
c. Percobaan Asetilkolin
Suntikan secara intrakutan solusio asetilkolin 1/5000 akan menyebabkan hiperemia pada orang normal. Pada orang DA. akan timbul vasokontriksi, terlihat kepucatan selama 1 jam.

d. Percobaan Histamin
Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi penderita D.A. eritema akan berkurang, jika disuntikkan parenteral, tampak eritema bertambah pada kulit yang normal.

6. HISTOPATOLOGI
Gambaran yang dapat terlihat sangat tergantung pada perjalanan penyakit dari seorang penderita. Pada penderita tanpa lesi kulit, secara histopatologik akan terdapat suatu hiperkeratosis ringan, hiperplasia epidermisdan sebukan ringan sel radang limfosit di daerah dermis.
Pada penderita dengan lesi akut, histopatologik akan terdapat suatu edema intraseluler (spongiosa) di epidermis dan edema intrasel. Sebukan ringan sel radang limfosit di epidermis serta dermis daerah perivenul.
Pada lesi kronik berlikenifikasi, histopatologik akan tampak epdermis hiperplasia disertai perpanjangan rete ridges, hiperkeratosis yang menyolok, dan spongiosis ringan. Jumlah sel langerhans di epidermis bertambah dan sebukan sel radang mononuklear di dermis didominasi oleh makrofag.
Gambaran histopatologik dermatitis atopik tidak spesifik dan sesuai dengan berbagai fase dermatitis lainnya sehingga histopatologik tidak dipakai sebagai parameter untuk kriteria diagnosis.

7. DIAGNOSA
Diagnosis dermatitis atopik didasarkan kriteria yang tersusun oleh Hanifin dan Rajka yang diperbaiki oheh kerja Inggris yang dikoordinasi oleh Williams (1994);

Kriteria mayor
·         Pruritus
·         Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
·         Dermatitis di fleksura pada dewasa
·         Dermatitis kmnis atau residif
·         Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Kriteria minor
·         Xerosis
·         Infeksi kulit ( khususnya oleh stafilokokus aureus dan virus herpes simpleks)
·         Dermatitis non spesifik pada tangan atau kaki
·         Iktiosislhiperlineat Palmaris/keratosis pilaris,
·         Ptiriasis alba
·         Dermatitis di papila mamae
·         White dermographism delayed dan blanch response
·         Kelitis
·         Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
·         Konjungtivitis berulang
·         Keratokonus
·         Katarak subkapsular anterior
·         Orbita menjadi gelap
·         Muka pucat atau eritema
·         Gata1 bila berkeringat
·         Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
·         Aksentuasi perifolikular
·         Hipersensitif terhadap makanan
·         Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi
·         Tes kulit alergi tipe dadakan positif
·         Kadar IgE di dalam serum meningkat
·         Awitan pada usia dini

Diagnosis dermatitis atopik harus mempunyai tiga kriteria mayor dan tiga kriteria minor. Untuk bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi yaitu :
1. Tiga Kriteria mayor berupa :
  • Riwayat atopi pada keluarga
  • Dermatitis di muka atau ekstensor
  • Pruritus
2. Tiga Kriteria minor berupa :
·         Xerosisl Iktiosis/ Hiperlinearis Palmaris/ Aksentuasi perifolikular
·         Fisura belakang telinga
·         Skuama di skalp kronis
Kriteria major dan minor yang diusulkan oleh Hanifin dan Rajka didasarkan pengalaman klinis. Kriteria ini cocok untuk diagnosis penelitian berbasis rumah sakit ( hospital based) dan eksperimental, tetapi tidak dapat dipakai pada penelitian berbasis populasi, karena kriteria minor umumnya ditemukan pula pada kelompok kontrol, disamping juga belum divalidasi terhadap diagnosis dokter atau diuji untuk pengulangan (repeatability). Oleh karena itu kelompok kerja Inggris (UK working parry) yang dikoordinasi oleh William memperbaiki dan menyederhanakan kriteria Hanafin dan Rajka menjadi satu set kriteria untuk pedoman diagnosis dermatitis atopik yang dapat diulang dan divalidasi. Pedoman ini sah untuk orang dewasa, anak, berbagai ras, dan sudah divalidasi dalam populasi, sehingga dapat membantu dokter puskesmas membuat diagnosis.

Pedoman diagnosis dermatitis atopik yang diusulkan oleh kelompok tersebut yaitu :
·     Harus mempunyai kondisi kulit gatal (itchy skin) atau dari laporan orangtua nya bahwa attaknya Sulca inenggaruk atau inenggostsk.
·         Ditambah 3 atau lebih kriteria berikut :
1.      Riwayat terkenanya lipatan kulit, misalnya lipat siku, belakang lutut, bagian depan pergelangan kaki atau sekeliling leher (termasuk pipi anak usia dibawah 10 tahun).
2.      Riwayat asma bronkial atau hay fever pada penderita (atau riwayat atopi pada keluarga tingkat pertama dari anak dibawah 4 tahun).
3.      Riwayat alit kering secara umum pada tahun terakhir.
4.      Adanya dermatitis yang tampak di lipatan (atau dermatitis pada pipi/dahi dan anggota badan bagian luar anak dibawah 4 tahun).
5.      Awitan di bawah usia 2 tahun (tidak digunakan bila anak dibawah 4 tahun).

8. DIAGNOSIS BANDING
Sebagai diagnos banding dermatitis atopik adalah :
  • Dermatitis seboroik (terutama pada bayi)
  • Dermatitis kontak
  • Dermatitis numularis
  • Scabies
  • Dermatitis herpetiformis

9. PENATALAKSANAAN UMUM
Penata laksanaan seperti dermatitis pada umumnya,terutama menghindari faktor pencetus/faktor predisposisi.bila eksudasi berat atau stadium akut diberi kompres terbuka,bila dingin dapat diberikan kortikosteroid ringan sedang. Pada lesi kronis dan likenifikasi dapat diberikan salep kortikosteroid kuat. Antihistamin merupakan obat pilihan utama sebagai kompetitip histamin.Dapat digunakan golongan sedasi (klasik) maupun non-sedasi (AH baru). Bila memakai sabun hendaknya yang berdaya Iarut minimal terhadap Iemak dan mempunyai pH netral. Pakaian baru sebaiknya dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai untuk membersihkan formaldehid atau bahan kimia tambahan. Mencuci pakaian dengan detergen harus dibilas dengan baik, sebab bisa detergen dapat bersifat iritan. Ka1au selesai berenang harus segera mandi untuk membilas klorin yang biasanya digunakan pada kolam renang. Stres psikis juga dapat menyebabkan eksaserbasi dermatitis atopik.
Acapkali serangan dermatitis pada bayi dan anak dipicu oleh iritasi dari luar, misalnya terlalu sering dimandikan, menggosok terlalu kuat, paksian terlalu tebal, ketat atau kotor, kebersihan kurang terutama didaerah popok, infeksi lokal, iritasi oleh kencing atau feses, bahkan juga medicated baby oil. Pada bayi penting diperhatikan kebersihan daerah bokong dan genitalia, popok segera diganti, bila ba.sah atau kotor. Upaya pertama adalah melindungi daerah yang terkena terhadap garukan agar tidak memperparah penyakitnya. Usahakan tidak memakai pakaian yang bersifat iritan (misalnya wol atau sintetik), bahan katun lebih baik. Kulit anaklbayi dijaga tetap tertutup pakaian untuk menghindari pajanan iritan atau trauma garukan.
Mandi dengan pembersih yang mengandung pelembab; hindari pembersih antibakterial karena beresiko menginduksi resistensi.

Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com