Friday, April 19, 2013

PERANAN PUPUK ORGANIK TERNAK PADA TANAH SALIN


Praktek Pertanian Organik
Masalah penurunan kandungan bahan organik tanah diketahui menyebabkan kemerosotan kesuburan tanah sehingga mengakibatkan lebih lanjut terhadap kebutuhan pupuk buatan  yang semakin meningkat (Aphani, 2001). Manajemen terhadap kandungan bahan organik ini adalah salah tujuan dalam  praktek pertanian organik (Mashima, et al., 1999).  Praktek pertanian organik menjadi prioritas sekaligus untuk mengatasi masalah degradasi lingkungan lahan pertanian akibat penerapan yang keliru dalam penggunaan pupuk dan perbaikan lahan-lahan marginal.
Akhir-akhir ini pertanian organik tumbuh pesat, terutama di negara berkembang.  Di negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Jepang, pertanian  dengan manajemen organik telah berkembang dengan cepat. Hal ini nyata dari laporan bahwa areal lahan yang dikelola secara organik di Eropa meningkat dari 250 000 menjadi 2 juta ha pada akhir-akhir ini (1990-1997) (Lampkin, 1997 dalam Widjajanto dan Miyauchi, 2002).  Dalam periode yang sama, sertifikasi lahan pertanian organik meningkat dari 258,974 to 2,102,209 ha dengan peningkatan areal pertanian organic dari 12,735 menjadi 81,783 petani (Zanoli, 1999). Di Italy,  salah satu negara Uni Eropa telah maju dalam praktek pertanian organik, areal pertanian organik meningkat dari 13,000 to 641,149 ha (Zanoli, 1999). Lebih lanjut, telah dilaporkan bahwa sebagian produksi pangan secara organik dalam sistem pangan telah dikembangkan dibanyak megara seperti Amerika Serikat, Perancis dan Japan yang meningkat lebih dari 20 % per tahun (FAO, 1999). 
 Keamanan pangan, lingkungan yang lebih baik dan pasar yang baik dari produk pangan organik telah dipercaya  sebagai faktor dimulainya meledaknya pertanian organik di dunia, terutama di negara berkembang.  Sebaliknya, praktek pertanian organik di negar-negara Asia masih terbatas.  Hal ini dilaporkan bahwa kegiatan pertanian yang dikelola  secara organik hanya dicatat di Cina, Japan, Israel, Korea dan Lebanon.  Gambaran terhadap areal lahan pertanian secara organik yang meliputi wilayah ini antara 100 ha (Lebanon) sampai 14,000 ha (China) (IFOAM, 2001).   Bagi pertanian di Indonesia mendorong berkembangnya pertanian organik menjadi salah satu cara untuk menerapkan konsep LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) sehingga dapat diperoleh efisiensi agroekosistem yang tinggi melalui Integrated Farming System berbasis Zero Waste (Suharto, 2004).

Peranan Umum Pupuk Organik
Praktek pertanian organik atau pengurangan penggunaan bahan kimia telah dilaporkan di Jawa Tengah, dengan hasil yang yang memuaskan.  Sebagi contoh, penerapan pupuk organik seperti biokom dan bio guano super meningkatkan penampilan tanaman padi. Penggunaan  biokom pada padi di Wonogiri  meningkat dari 6.0 menjadi 8.5 ton ha-1 (Widjajanto dan Miyauchi, 2002). Di  Karang Anyar produksi padi meningkat dari 5.0 menjadi 8.3 ton ha-1 akibat penerapan pupuk organik pada areal pertanian. Penggunaan pupuk organik seperti  bio guano super yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik meningkatan produksi padi di Klaten dari 5.5 menjadi 7.3 ton ha-1 (Widjajanto dan Miyauchi, 2002).
Penelitian Fuskhah (1992) menunjukkan bahwa penggunaan seresah eceng gondok mampu meningkatkan produksi bahan kering Centrosema pubescens Benth (Sentro) dibandingkan dengan seresah plastik dan tanpa seresah.  Seresah eceng gondok dapat juga digunakan untuk menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu.  Penggunaan seresah eceng gondok dengan kandungan air 20 % sebanyak 60 kg/plot (3 x 3,7 m) selama 3 minggu dapat menekan pertumbuhan Cyperus rotundus dan menambah kelembaban pada permukaan tanah sebesar 33 % (Abdalla dan Hafeez, 1969 yang dikutip oleh Soewardi dan Utomo, 1975).
Telah banyak diketahui bahwa bahan organik seperti limbah tanaman, pupuk hijau dan kotoran ternak dalam sistem tanah-tanaman dapat memperbaiki struktur tanah dan membantu perkembangan mokroorganisme tanah  (Yaacob et al., 1980; Kerley et al., 1996; Matsushita et al., 2000; Widjajanto et al., 2001; 2002; 2003).  Kondisi ini sebagai awal mula proses transformasi N secara biologis dalam tanah dan, menghasilkan konversi bentuk N  organik menjadi bentuk an organik yang tersedia bagi tanaman.
Telah banyak diketahui bahwa bahan organik seperti limbah tanaman, pupuk hijau dan kotoran ternak dalam sistem tanah-tanaman dapat memperbaiki struktur tanah dan membantu perkembangan mokroorganisme tanah  (Yaacob et al., 1980; Sumarsono, 1983, Kerley et al., 1996; Matsushita et al., 2000; Widjajanto et al., 2001; 2002; 2003).  Kondisi ini sebagai awal mula proses transformasi N secara biologis dalam tanah dan, menghasilkan konversi bentuk N  organik menjadi bentuk an organik yang tersedia bagi tanaman.   
Kotoran ternak memainkan peranan yang penting sebagai sumber pupuk organik. Dilaporkan bahwa ternak menghasilkan   19 - 40 kg hari- . Sekitar 3.5 kg ternak- bahan organik  dikeluarkan oleh sapi Jersey yang dikandangkan, sedangkan kira-kira 0.045 kg N day-1 dikeluarkan oleh sapi muda yang digemukkan  (Kerley et al., 1996).  Pupuk organik ternak sebagai pupuk kandang, mempunyai pengaruh meningkatkan produksi tanaman lamtoro (Dewi, Widjayanto dan Sumarsono, 1998),
 juga pada pertanaman campuran setaria dan Sentro (Sumarsono, 2001).

Tanaman Pakan Toleran Pada Tanah Salin
Kelebihan suatu unsur pada media tumbuh tanaman dapat mengganggu pertumbuhan melalui : kompetisi dengan unsur esensial lain dalam penyerapan, menonaktifkan enzim, mengantikan unsur-unsur esensial dari tempat berfungsinya atau mengubah struktur air (Marschner, 1986).  Oleh karena itu agar tanaman toleran  terhadap kelebihan NaCl pada media tumbuhnya, harus mengurangi absorbsi ion Na dan atau ion Cl oleh akar atau mempunyai berbagai cara menetralkan (buffer) pengaruh NaCl dilingkungan perakaran atau setelah diserap tanaman.
Morfologi dan fisiologi toksisitas cekaman NaCl pada tanaman tampak pada reduksi pertumbuhan akar (Kusmiyati et al., 2000), penurunan serapan unsur hara (Sopandie, 1990 dan Kusmiyati et al 2000), dan perubaan struktur tanaman seperti reduksi ukuran daun dan jumlah stomata, penebalan kutikula daun dan terbentuknya lapisan lilin pada permukaan daun serta lignifikasi akar yang lebih awal (Harjadi dan Yahya, 1988). 
Perbaikan mutu genetik tanaman dapat dilakukan melalui introduksi galur-galur unggul, seleksi, persilangan dan manipulasi genetik.  Di Indonesia, tanaman rumput pakan mempunyai kendala perbanyakan secara generatif  karena kendala penyediaan benih fertil, sehingga sampai saat ini perbanyakan melalui cara vegetatif lebih banyak dilakukan.  Oleh karena itu pada tanaman rumput pakan, maka perbaikan genetik yang memungkinkan adalah dengan introduksi, seleksi dan manipulasi tanamannya atau menggabungkan ketiganya.
Salah satu perbaikan mutu genetik tanaman rumput pakan yang telah dilakukan adalah melalui seleksi tanaman terhadap salinitas yang mewakili zona agroekosisten lahan pantai, dilanjutkan dengan penggandaan kromosom terhadap tanaman terpilih hasil seleksi (Anwar, Karno, Kusmiyati dan Sumarsono, 2003). Spesies hasil pengandaan kromosom atau tanaman poliploid mempunyai kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan dibandingkan tanaman diploidnya akibat adanya penambahan alel pada sistem kromosomnya (Baataout, 1999).
Salah satu manipulasi lingkungan tumbuh tanaman rumput pakan yang telah dilakukan adalah melalui perbaikan kandungan bahan organik tanah pada kondisi salinitas yang mewakili zona agroekosisten lahan pantai (Sumarsono, Anwar dan Budianto 2005). Bahan organik di dalam tanah dapat berperan sumber unsur hara, memelihara kelembaban tanah, sebagai buffer dengan mengkhelat unsur-unsur penyebab  salinitas  sehingga  dapat   meningkatkan   ketersediaan   unsur-unsur    hara
 (Buckman dan Brady, 1982).

Hasil Penelitian yang telah dicapai
 Hasil penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah (1) Telah berhasil mengidentifikasi respon pertumbuhan dan produksi tanaman pakan terhadap salinitas (Kusmiyati dan Anwar, 1997, Kusmiyati et al, 2000) (2) Telah diseleksi berbagai jenis rumput pakan diploid dan poliploid terhadap cekaman salinitas di rumah kaca (Anwar, Kusmiyati, Karno dan Sumarsono, 2003), (3)  Indikasi awal  penelitian pendahuluan di rumah kaca menunjukkan bahwa  pupuk organik optimum antara 3,0 - 4,5 % bahan organik tanah pada rumput gajah dan rumput kolonjono di tanah salin (Sumarsono, Anwar dan Budiyanto 2005).  Studi tersebut memunculkan ide untuk mengembangkan  tanaman rumput unggul dan teknik manipulasi lingkungan  yang telah ditemukan  di tingkat laboratorium untuk penelitian lebih lanjut  pada uji lapang di tingkat petani.
Share :

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan masukkan saran, komentar saudara, dengan ikhlas saya akan meresponnya.

 
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
My Ping in TotalPing.com